USTADZAH HALIMAH ALAYDRUS

1 0 0
                                    

SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA SEBAGAI KIBLATNYA WANITA

Sayyidah Fatimah lahir 5 tahun sebelum masa kenabian Rasullullah. Dimana kala sang putri lahir. Rasullullah saat itu masih berumur 5 tahun. Beliau merupakan putri bungsu dari Rasullullah dan Sayyidah Khadijah walau bukan anak paling bungsu, melainkan Sayyid Abdullah yang lahir paling akhir setelah Rasullullah mengalami kenabian. Dimana pada saat itu Sayyidah Khadijah bahkan tak menyangka bahwa di umurnya yang ke 50 beliau hamil dan melahirkan, akan tetapi Sayyid Abdullah meninggal pada saat masih terlalu kecil yang menjadi kejadian paling menyayat hati. Hal inilah yang membuat Sayyidah l'atimah menjadi putri kesayangan Rasullullah, yang mana pada masa - masa kenabian, Rasullullah mengalami berbagai kesulitan dari Sayyidah Fatimah lah beliau mendapatkan obat pelipur lara, bukan berarti Rasullullah pilih kasih dengan para putrinya, tidak, pada masa itu putri- putri Rasullullah selain daripada Sayyidah Fatimah tak ada yang tinggal menetap dengan beliau. mereka semua telah mengikuti para suaminya.

Saat pada masa kenabian, Rasullullah tak pernah sekalipun hari harinya dilewati dengan tanpa ujian, tanpa cacian, dia selalu pulang dalam kondisi yang kacau dan hanya Sayyidah Khadijah dan Sayyidah Fatimahlah yang menjadi penghibur, menjadi sebaik- baiknya penguat bagi Rasullullah dimasa itu. Dalam kisah yang paling kita kenal, yang paling menyayat hati seluruh umat, Suatu kali Rasullullah diperlakukan sangat amat buruk sekali oleh orang-orang kafir Quraisy, disebabkan karena dakwah beliau yang membuat mereka merasa kesal, mereka pun memutuskan kalau Rasullullah shalat didepan Ka'bah mereka hendak melumuri Rasullullah, mereka hendak mengotori tubuh Rasullullah dengan kotoran unta, yang merupakan bagian dalam dari unta yang dibiarkan lama dan membusuk. baunya begitu menyengat dan menganggu Indra penciuman. Mereka menunggu Rasullullah sampai beliau melaksanakan ibadahnya, yang mana ketika Rasullullah sedang begitu tenang melakukan shalat didepan Ka'bah. hingga sampai pada posisi sujud dilempari seluruh tubuhnya dengan kotoran inta sampai seluruh badan Rasullullah hampir berlumuran dengan kotoran tersebut.

Seorang budak perempuan yang melihat pemandangan itu, dia segera berlari ke rumah Rasullullah, digedornya pintu rumah Rasullullah. "Yaa Fatimah.... Yaa Fatimah..." Sayyidah Fatimah yang merasa terpanggil namanya keluar dari rumahnya kala itu beliau masih berusia kisaran 9 tahun atau 8 tahunan saja. Ketika budak itu melihat Sayyidah Fatimah keluar, "Ya Fatimah cobalah engkau lihat itu wahai Fatimah, apa yang sudah mereka perlakukan terhadap Ayahanda mu itu," Sayyidah Fatimah mendengar ini pun ayahandanya. segera berlari lari kecil menuju ayahandanya. Sampai didepan Ka'bah, dilihat oleh beliau sang ayah tengah gang, sujud, menghadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sementara bau busuk berasal dari kotoran yang meraka letakkan di atas punggung Rasullullah. Sayyidah Fatimah mendekati ayahnya. beliau dengan tangannya mengusap- usap, membersihkan kotoran yang melekat di tubuh sang ayah, tidak dipedulikannya bau busuk yang begitu menyengat Indra penciuman siapapun itu, sementara tangan kirinya sibuk menghapus rintikan air mata yang mengalir deras kala melihat kondisi sang ayah. "Wahai ayah... mengapa mereka berbuat seperti ini padamu ayah?"

Rasullullah masih tetap bersujud sampai dirasakannya tangan mungil Sayyidah Fatimah mengusap kotoran dari punggung beliau yang mulia, beliaupun kemudian duduk dan menyelesaikan shalatnya, sampai beliau salam, pada masa tersebut belum ada hukum yang mewajibkan untuk membatalkan shalat ketika terkena najis. Karena itulah Rasullullah melanjutkan shalatnya, meskipun dalam keadaan berlumuran kotoran. Rasullullah bersedih. bukan atas perlakuan orang kafir kepadanya melainkan beliau sedih atas kesedihan Sayyidah Fatimah. Sayyidah Fatimah masih terus berusaha membersihkan baju sang ayah dengan tangis yang tetap ada disana, sementara Rasullullah yang saat itu telapak tangannya bersih dari kotoran karena menapak pada alas sujud, beliau gunakan tangan tersebut untuk menghapus air mata yang mengenang di mata putrinya, "Wahai Fatimah janganlah engkau bersedih, akan datang hari, dimana engkau melihat kenabian ayahandamu."

Sayyidah Fatimah dikuatkan oleh Allah dalam menjalankan segala kehidupannya. Bahkan beliau merupakan putri yang namanya paling banyak dikisahkan, karena pendampingan beliau pada masa kenabian Rasullull. Dari sini pula kita bisa mengetahui bahwasanya kesulitan itu sejatinya mendewasakan seseorang, tidak akan ada seseorang yang sanggup mencapai puncak sebelum berjalan dijalan yang terjal, untuk mencapai bunga mawar kita pasti harus menggenggam duri durinya. bahkan tsunami saja yang merupakan suatu musibah darinya lahirlah seorang pelayar - pelayar yang tangguh. Maka sangatlah wajar bagi seorang Nabi untuk di uji dengan ujian ujian yang berat. begitu pula dengan Rasullullah. Beliau hidup dengan ujian terus dan terus, hingga Allah kirimkan Sayyidah Khadijah dan Sayyidah Fatimah yang merupakan penghibur bagi Rasullullah.

Beliau hidup dengan ujian terus dan terus, hingga allah kirimkan Sayyidah Khadijah dan Sayyidah Fatimah yang merupakan penghibur bagi Rasullullah. dimana karena banyaknya pengorbanan yang dilakukan oleh Sayyidah Khadijah, membuat beliau selalu di cinta dan selalu di ingat oleh Rasullullah, begitu pula Sayyidah Fatimah yang menjadi bagian dari belahan jiwa Rasullullah sebagaimana yang beliau sabdakan, "Sungguh putriku Fatimah adalah bagian dariku. barangsiapa membuat hati Fatimah cemas, ia mencemaskanku. Barangsiapa menyakitinya, ia menyakitiku. barangsiapa yang membuatnya bahagia, ia membahagiakanku," hal ini pun tentu pula membuktikan bahwa seseorang yang menemani kita dalam setiap kesulitan merupakan kekasih yang paling sebenarnya. Pada masa setelah Sayyidah Khadijah wafat. Sayyidah Fatimah menjadi pengganti yang menggantikan ibunya dalam merawat, menghibur pun mendukung rasullullah. bahkan Rasullullah pun memberikannya julukan. "Ya ummu abiha," inilah awal mula yang menjadikan Sayyidah Fatimah menjadi perempuan yang istimewa, wanita yang sangat diperhatikan hatinya sebagaimana sabda Rasullullah yang telah kita baca diatas, bahwasannya Rasullullah bahagia apabila Sayyidah Fatimah bahagia. Rasullullah marah apabila Sayyidah Fatimah marah dan Rasullullah bersedih apabila Sayyidah Fatimah bersedih.

Dalam sebuah kisah pernah terdengar, bahwa ada seorang murid yang bertanya kepada Habib Umar bin Hafidz dalam sebuah majelis, murid ini bertanya, "Ya Habib, bagaimanakah cara untuk selalu menjaga hati agar tetap bersih?" habib umar bin hafidz pun menjawab pertanyaan si murid tersebut, "untuk menjaga agar hatimu tetap bersih. Maka hendaknya engkau mendekati seseorang yang paling bersih hatinya," dan seseorang yang paling bersih hatinya, ialah sang aulia, Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Yang mana dengan mencintai beliau maka kita mendapatkan cintanya allah. cinta pemilik jagat raya, dan cinta dari sang maha cinta. dan untuk mendapatkan itu semua maka hendaknya kita pula mencintai seorang yang paling Rasullullah cintai. yakni Sayyidatun Nisa Ahlul Jannah, sang pemimpin wanita surga. kenali beliau dan dekati beliau, sampai ada rasa cinta dalam hati kita kepadanya, niscaya cinta yang lain pun akan menyertainya.

Salah satu dari cara mendekati Sayyidah Fatimah pun diantaranya adalah dengan membaca Sirah - sirah beliau, yang mana dizaman ini banyak sekali buku yang tersebar tentang kisah beliau, namun penulisnya kebanyakan tidak berasal dari kalangan Ahlul Sunnah Wa Jama'ah maka hendaknya kita sebagai pembaca yang ingin membaca sirah beliau, lebih selektif dalam memilih. Ikutilah prinsip beliau meskipun hanya sekedar dan sebagian saja. Yang mana prinsip hidup Sayyidah Fatimah adalah prinsip hidup yang dilakukan hanya untuk mengejar ridho Allah. beliau selalu hidup dengan memperhitungkan segala waktu yang beliau habiskan, apakah itu mampu memberinya kemanfaatan apabila dikerjakan ataukah justru mendatangkan kerugian dan murka Allah. Maka jadilah kita seperti beliau karena sejatinya orang yang paling beruntung adalah orang yang pandai menghitung untung dan ruginya suatu yang tengah dijalani.

Sayyidah Fatimah dididik dengan ajaran Rasullullah yang begitu berbeda dengan orang tua lainnya, beliau memiliki prinsip untuk tidak menikmati kemewahan didalam dunia, sangat tinggi didikan Rasullullah kepada Sayyidah Fatimah. Dimana dalam suatu kisah diceritakan, pada masa itu Sayyidah Fatimah mengetuk pintu rumah Rasullullah, dimana Rasullullah langsung membukakan pintu baginya, tidak beliau izinkan siapapun membuka pintu bagi Sayyidah Fatimah kecuali Rasullullah, ini juga membuktikan betapa eratnya hubungan mereka sebagai ayah dan anak. Sayyidah Fatimah dipersilahkan masuk oleh Rasullullah, beliau pun masuk kedalam rumah sang ayahanda, Rasullullah awal mulanya menyambut sang putri dengan penuh kebahagian, namun ketika beliau melihat kalung tergantung di leher Sayyidah Fatimah, Rasullullah pun langsung mengubah mimik wajahnya menjadi tak senang. Sayyidah Fatimah yang mengetahui itupun bersedih dan bersegara menjual kalung barunya, yang baru saja diberikan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib kepadanya. Sayyidah Fatimah menjual kalung tersebut dan menyumbangkannya. Setelah melakukan itu beliau pun kembali masih dalam kondisi menangis. Sayyidah Fatimah sangat terluka melihat wajah sang ayahanda yang terlihat tidak senang, beliau membujuk sang ayahanda dan menceritakan kepada Rasullullah bahwa kalung yang diberikan Sayyidina Ali telah beliau jual dan beliau sumbangkan, mendengar hal itu Rasullullah langsung tersenyum begitu lebar dan langsung mengatakan kepada Fatimah. "Kau adalah putriku Fatimah."

Dari kisah diatas kita sanggup mengambil kesimpulan, bahwa sejatinya didikan Rasullullah kepada para anaknya begitu tinggi. kitapun masih sangat jauh dari sosok kehidupan mereka. Rasullullah selalu mengutamakan prinsip bahwa dunia sejatinya tak berharga dan tak bernilai apapun, karena sungguh Allah telah menyediakan bagi mereka jatah terbaik di akhirat. Rasullullah yang melihat Sayyidah Fatimah tak mampu membendung air matanya merasakan sakit pula didalam hatinya. Beliau sedih melihat Sayyidah Fatimah menangis seperti itu. Hingga Rasullullah meminta kembali agar sang putri mendekatkan diri kepadanya untuk kedua kalinya, beliau bisikan kepada Sayyidah Fatimah, yang mampu mengundang senyum di bibir putrinya itu. senyum itu teramat lebar menggantikan tangis Sayyidah Fatimah yang terasa memilukan sebelumnya. Melihat itu semakin bertambahlah rasa penasaran di hati Sayyidah Aisyah. Beliau pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Sayyidah Fatimah, "Apa yang telah ayahandamu bisikan kepadamu. Wahai Fatimah?" Sayyidah Fatimah pun menjawab pertanyaan Sayyidah Aisyah. "Sesungguhnya aku tak akan mengatakan apa yang Rasullullah bisikan kepadaku, sedangkan beliau masih hidup dan berada disini," Mendengar jawaban itu mau tak mau Sayyidah Aisyah mengubur dalam-dalam rasa penasarannya sampai tiba dimana Rasullullah wafat.

Seluruh penduduk merasakan kepedihan, para Sahbiyah Rasullullah bersedih begitu pula dengan Sayyidah Aisyah, beliau sempat melupakan soal rasa penasarannya tentang sesuatu yang dibisikkan Rasullullah kepada Sayyidah Fatimah, yang mana ketika beliau mengingatnya bersegaralah Sayyidah Aisyah menemui Sayyidah Fatimah dirumahnya. Beliau mendatangi Sayyidah Fatimah dan melontarkan pertanyaan yang sama. "Aku mohon demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah padaku sesuatu yang dibisikkan oleh Rasullullah kepadamu kala itu," akhirnya Sayyidah Fatimah pun mau menceritakan sesuatu yang dibisikkan Rasullullah kepadanya. Beliau mengatakan, "Saat berbisik pertama kali Rasullullah mengatakan padaku bahwa Malaikat Jibril telah memeriksa bacaan Al - Qur'an sekali dalam setahun, namun kali ini ia memeriksa bacaan Al Qur'an sebanyak dua kali, ayah mengatakan,"Takutlah kepada Allah dan sabarlah, aku adalah sebaik-baik orang yang mendahuluimu." Kemudian pada bisikan yang kedua, Rasullullah mengatakan kepada Sayyidah Fatimah,"Dan Wahai Fatimah tidakkah engkau senang menjadi pemimpin kaum wanita umat ini dan menjadi orang pertama yang menjumpaiku di akhirat nanti," Sayyidah Aisyah yang mendengar cerita tersebut ikut menangis dan meneteskan air matanya. Sayyidah Fatimah yang telah diberitahukan mengenai ajalnya yang akan semakin dekat pun tak pernah berhenti mempersiapkan kematian terbaik, beliau setiap harinya melayani suami dan anaknya dengan penuh kasih sayang, menambah penghambaan ya kepada Allah dan mahabbah pada Rabbnya semakin erat dan erat. Hingga tiba ketika ajalnya semakin dekat Sayyidah Fatimah memakai pakaian terbaiknya, memberikan pelayanan terakhirnya kepada sang suami dan anak-anaknya, sampai beliau diwafatkan dalam keadaan paling bahagia, dimana disana sang Ayahanda dan ibundanya bersama dengan Allah tengah menunggu Sayyidah Fatimah. Inilah sebaik-baiknya kematian dan perjumpaan.

STORY OF SAYYIDAT NISA AL-ALAMIN : SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang