"Akan kubuktikan bahwa ombak lebih indah daripada banjir."
Pada hirupan terakhir dari gelas strawberry nya. Terdengar dari pengeras suara sebuah panggilan.
"Cahaya rainbow almanzo,From eleventh class B, Called to the principal's office."(Cahaya rainbow almanzo, dari kelas sebelas B dipanggil ke ruang kepala sekolah)Cahaya terkejut, lalu menatap kedua sahabatnya.
"Gue?"
Sarah dan Amel mengangguk berbarengan.
"Ada apa? gue emangnya ada salah? pakai dipanggil segala."
"Mana gue tau, lagian.... ." Ucapan Sarah terpotong, dia mengingat sesuatu. Wajahnya sumringah.
"Gue yakin, madam rindu lagi sama lo." Sarah tertawa.
"Astaga Sarah, gue lupa, Udah satu bulan Cahaya nggak dipanggil sama madam." Sahut Amel.
Lalu dia mendekatkan bibirnya ke telinga Cahaya, berbisik pelan:
"Cahaya lo bakalan dihukum." Sarah cekikikan tertawa."Dasar sahabat-sahabat kurang iman." Sahut cahaya ketus.
Panggilan dari pengeras suara itu, terdengar lagi.
"Tuh, pangeras suara aja doyan sama lo."
Cahaya berdiri.
"Dasar pengeras suara nggak tau sopan santun, nyebutin nama gue sembarangan. Lihat aja, besok lo kena sakit tenggorokan."Sarah tersenyum.
"Baiklah, tuan Putri. Para prajurit akan menghancurkan pengeras suara itu".Sarah memandang Amel.
"Bergegas Amel, misi dimulai."* * *
Cahaya mengetuk pintu, seorang guru melihat.
"Masuk."
Cahaya melangkah pelan, tenang.Tiba-tiba hidungnya mencium sesuatu.
Ahaaaa!!!bau parfum.
Dia menyukainya. Terasa tidak asing, tapi...."Cahaya rainbow almanzo."
panggil seorang wanita paruh baya. kepala sekolah, yang seluruh siswa memanggilnya madam."Ya."sahut Cahaya.
Seorang pria yang menandatangani sebuah berkas melirik.
"Cahaya, saya mendengar kamu sering telat lagi, bahkan sebulan penuh, benar?."
"Ya."
"Cahaya tolong partisipasinya, 1 bulan loh kamu telat pelajaran pertama. Dan itu juga pelajaran pokok. Tolong kedisiplinannya, seharusnya kamu diskors, tapi karena diberi keringanan kamu hanya diberi masa percobaan selama satu minggu."
"Mengerti Cahaya?" Tanya kepala sekolah.
Cahaya mengangguk pelan.
Tapi di dalam hatinya "nggak apa-apa kok Madan diskors, lagi pula liburan tahun lalu masih kurang.""Oh ya madam, kalau satu minggu lagi Cahaya telat, gimana?"
Madam menggelengkan kepala. "Nggak ada yang namanya telat. Harus tepat waktu, ngerti?" Suara madam terdengar tegas.
Cahaya menyeringai.
"Ah, madam. Jangan begitu kasar. Cahaya juga bisa bikin sekolah sendiri."Madam menghembuskan napas pelan, sudah tau seperti apa Cahaya.
"Madam, goodbye."
Cahaya melambaikan tangan. Lalu keluar tanpa peduli.
Pria yang dari tadi mendengarkan pembicaraan, mendekati meja madam.
"Kenapa tidak diskors?" Tanyanya.
"Maaf Zico, ayahnya adalah donatur terbesar di sekolah ini." Kata madam.
"Siapa dia?" Tanya Zico, menatap punggung Cahaya yang mulai menghilang.
"Dia, Cahaya."
💨💨 Jangan lupa tinggalkan jejak.
💨💨 Sayang kalian semua, dari author.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA RAINBOW ALMANZO(On Going)
Ficção Adolescente"Bahagia hanya sebutan bagi orang yang kehilangan kebahagiaan di dunianya sendiri." 💨💨 jangan lupa di-follow juga 💨💨vote juga yaa nggak follow nggak paten💨 bjirrrr