Celaka

81 0 0
                                    

Hari ini Diana dibawa ke rumah sakit oleh Morgan, karena sewaktu di cafe ia mengalami kontraksi. Disana sudah ada Juno mengantar nya menuju ruang persalinan.

Dimana pria yang berjanji akan menemani nya? entah kemana perginya Diana memilih acuh, padahal dalam lubuk hati kecilnya sedikit ada harapan terhadapnya.

"Semangat Na' lahirkan keponakan yang lucu." ucap Morgan memberi semangat.

"Makasih kak, doakan aku." lirih Diana berbaring diatas brankar seraya menahan rasa sakit teramat sangat.

*Ya tuhan semoga kelahiran nya berjalan lancar. Selamatkan Diana beserta anaknya.

"Dimana bosmu." tanya Juno menatap sahabat nya.

Morgan mengedakkan bahunya."Aku tidak tau. Dua hari ini dia pergi malam malam kelihatan terburu buru, mungkin ada urusan penting, pas aku tanya diam saja."

Jawaban tak sesuai harapan, sebagai asisten masa dia tidak tau, sangat mustahil.

"Gan aku tanya serius. Bukannya dia orang paling bersemangat apapun menyambut kelahiran anaknya." ujar Juno.

Tuk

"Kok kamu ketuk pala gue." tak terima Juno.

"Biar otak lo kebuka." sahut Morgan.

"Aku tau kau berusaha menyembunyikan keberadaan dia kan, aku tau tampang bohong mu itu." ujar Juno mengintimindasi.

"Jangan jangan kamu menculik sahabatmu sendiri demi cinta butamu." tuduh Juno.

Morgan semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan itu, ia harus menjelaskan apalagi, sementara saat Andre pergi dia sama sekali tidak tau, bosnya bungkam seribu bahasa.

"Diam berarti iya." cecarnya. "Gan aku sedang berbicara denganmu, jawab!" sentak Juno marah ia khawatir terjadi apa apa pada saudara sepupunya.

"Maaf bapak bapak, kalian jangan ribut di rumah sakit, para pasien
bisa terganggu nantinya." kata wanita berseragam putih datang menghampiri dua orang pria tampan yang sedang berdebat.

Bapak bapak dua manusia lelaki tampan itu saling beradu pandang. Kemudian tertawa, suster menghampiri mereka pun bingung atas kelakuan keduanya terkesan menghina fisik kecilnya, padahal Juno dokter bedah disana tetapi kenapa gadis bekerja sebagai suster memanggilnya seperti orang asing.

"Perkenalkan namaku Juno Lee dokter paling tampan pemilik rumah sakit xxx." mengulurkan tangannya tersenyum ramah. Juno sedikit tertarik melihat paras cantik mungil suster muda itu.

"Dih sombong, sok cakep. Gantengan juga gue." memutar bola mata malas.

Juno menyeringai tidak menanggapi ucapan Morgan barusan.

Hah! pemilik rumah sakit, kaget suster muda melotot kaget, pasalnya dari awal bekerja dua tahun lamanya para suster dan dokter disana tidak tau bagaimana wajah dari seorang Juno yang katanya tampan, tapi emang bener sih lebih cakep dari foto yang teman nya perlihatkan.

"Kamu Moza kan." tebak Morgan.

"Maaf, om tau darimana namaku." ujar Moza menunjuk diri sendiri.

Suster muda yang dipanggil Moza mengangguk ragu.

"Kok kamu tau nama dia. Kalian saling kenal." seru Juno penasaran.

"Kenal lah orang dia adik tiriku." sahut Morgan enteng.

Moza sedari awal dagunya sedikit tertunduk, mendongak lurus tatapan beradu pada pria paling ia rindukan.

"Kak Gan." lirih nya.

Belum sempat membuka suara pintu persalinan terbuka, berbarengan suara tangisan bayi dari dalam ruangan.

Juno dan Morgan bergegas masuk, Moza berjalan berlainan arah menyusuri lorong kamar rumah sakit masuk ke dalam ruang ICU terlebih dulu memakai gaun pembesuk.

"Kak An. Bagaimana kabarmu, aku doakan semoga cepat mendapatkan pendonor, andai saja kakak tidak selamatkan aku waktu itu, keadaannya tidak seperti ini." isak tangis Moza pecah.

Hiks

Hiks

Hiks

Moza menangis tak bersuara, disinilah pria penyelamat berada dalam perawatan intensif. Keadaannya kritis sudah satu minggu koma.

Gadis itu terus menyalahkan diri sendiri sejak pertemuan tak terduga depan Cafe Diana. Dari kejauhan ia melihat pria tak asing lalu memutuskan untuk berlari  menghampirinya, dengan harap bertemu Morgan lewat Andre selaku sahabatnya.

Hal tak terduga terjadi sesaat Moza melambaikan tangan kearah nya, pria itu menoleh sesaat ia tertegun saking senangnya berlari lurus tanpa memperhatikan keadaan sekitar.

Dari arah berlawanan mobil truk bermuatan barang melaju kecepatan tinggi hampir saja badan besi itu menghantam tubuh mungilnya, namun tiba tiba ada tangan kekar menarik tubuhnya ke tepian trotoar, belum sempat bertanya, hal terduga terjadi.

BRAK

Kak An....!
***
BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang