Kedua kelopak mata Joan terbuka, menampilkan bola mata coklat dengan bulu mata lentik yang terlihat cantik. Joan mengedarkan pandangan ke arah kanan dan kiri, menerka tempat yang sedang ia tinggali saat ini.
Pintu terbuka menampilkan sang tuan rumah yang membawa nampan beserta hidangan di atasnya. Hendric tersenyum ketika melihat Joan sudah sadarkan diri.
"Makan dulu, yuk."
Setelah menaruh nampan di atas meja, Hendric membantu Joan untuk duduk, tak lupa memperbaiki posisi bantal agar bisa menjadi tempat sandaran tubuh Joan.
"Maaf saya merepotkan, Tuan." Joan menunduk penuh sesal.
"Gak masalah, saya gak merasa direpotkan." lelaki itu duduk di sebuah kursi, tepat di sebelah ranjang Joan.
Hendric mengambil semangkuk bubur yang terlihat masih panas karena uap mengepul, "Saya suapin ya."
Sebelah tangannya terulur ke arah mulut Joan yang sudah terbuka, meski ragu Joan tetap melahapnya.
"Ahhh.. Phanashh.." Joan mengipas-ngipaskan tangan di depan mulut.
Hendric lupa, bubur yang baru saja dibuat tentu saja masih terasa panas.
"Ma-maaf, Joan, saya lupa."
Joan mengambil gelas berisi air yang diberikan oleh Hendric dan langsung meminumnya hingga tersisa setengah.
Bibir Joan terlihat lucu, memerah akibat kepanasan. Jujur saja hal itu membuat Hendric salah fokus.
"Tuan?"
Hendric tersentak ketika Joan melambaikan tangan di depan wajahnya. Tiba-tiba saja Hendric bangkit dan menaruh bubur di atas meja, "Kamu makan sendiri ya, saya ada urusan lain."
Lelaki itu pergi tanpa menunggu respon dari Joan yang menatapnya kebingungan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak banyak yang dilakukan oleh Hendric hari ini. Ia hanya menyibukkan diri bermain handphone. Melihat kabar dan berita di berbagai belahan dunia. Jemarinya terus menggulirkan layar hingga terhenti ketika mendapat sebuah notifikasi.
Notifikasi itu berupa pemberitahuan bahwa streamer yang sedang ia tunggu memulai livestreaming kembali. Hendric menekan notifikasi tersebut, lalu bergabung dalam siaran.
"Halo, semua! Selamat datang di room J. Aku alias J bakal nemenin kalian selama 1 jam kedepan, semoga kalian bisa terhibur ya."
Viewers dalam siaran bertambah dalam waktu yang sangat cepat hingga mencapai 10k viewers. J sangat bersemangat ketika melihat banyak orang yang mengirimkan gift padahal ia baru saja memulai siaran.
Semua permintaan dari para pemberi gift dilakukan J dengan senang hati. J tidak memiliki batasan khusus terkait permintaan apa yang akan diterima, asal bukan menunjukkan wajah, maka ia tak masalah.
Suaran desahan mulai mengalun, membuat Hendric memasang sebuah earphone dengan panik. Takut ada yang mengetahui dan mencurigainya.
Hendric memperbaiki posisi tubuh agar lebih nyaman berbaring di kasur. Fokus mendengarkan desahan dari sang streamer. Entah mengapa saat mendengarnya lewat earphone, Hendric merasa suara J sungguh tak asing, ia berusaha memikirkan banyak hal. Mungkin saja seseorang yang pernah ia temui atau kerabat dekatnya. Namun, ia juga harus jujur bahwa suara J terdengar sangat seksi.
Sebelah tangan Hendric terulur ke arah celana. Masuk ke dalam dan meraba-raba kejantanannya.
"Ahhh..."
J semakin bersemangat mendesah saat tau bahwa semakin banyak yang mengirimkan gift.
Akibatnya Hendric ikut terpancing, ia meremas-remas kejantanan yang mulai menegang. Dikocok perlahan sambil tetap fokus mendengarkan suara J dan menatap tubuh mulus yang terlihat samar dari pakaian tipisnya.
Semakin kencang J mendesah, maka semakin bersemangat Hendric memainkan kejantanan. Begitu lemah tembok pertahanan nafsu Hendric hanya karena mendengar orang asing yang mendesah, tak bisa dibayangkan jika ia bertemu langsung dengan J, mungkin Hendric akan menumpahkan semua cairan di wajah streamer bertopeng itu.
Hendric sangat yakin bahwa J merupakan gambaran dari seorang lelaki tampan nan cantik yang merasa kesepian dan kekurangan dari segi ekonomi, sehingga harus melakukan pekerjaan beresiko seperti itu. Entah mengapa feelingnya berkata begitu.
Tangan Hendric semakin gencar memuaskan dirinya sendiri, hingga akhirnya menumpahkan semua cairan ketika berhasil mencapai puncak kenikmatan. Dadanya naik turun, meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Pening memenuhi kepalanya. Sungguh kenikmatan yang tak bisa dijelaskan, kini ia tau mengapa banyak orang yang rela membuang uang demi mendukung streamer yang mereka sukai.
Beberapa menit kemudian Hendric beranjak dan melangkah keluar kamar. Ia harus menyegarkan tenggorokan yang kering dengan air dingin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Joan duduk bersandar pada jendela kamar setelah menyelesaikan pekerjaan sampingan. Jika boleh jujur pekerjaan sampingannya terasa lebih melelahkan dibanding membersihkan rumah mewah milik keluarga Hendric. Joan juga tidak perlu berpura-pura menjadi karakter yang dibangun oleh seseorang yang mempunyai kebijakan dalam mengatur segala tingkah lakunya. Tidak mudah membohongi diri, tidak mudah menyamankan diri dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Kepulan asap berhembus dari bibir mungilnya, sudah terhitung 3 batang rokok yang ia hisap hari ini. Joan bukan pecandu nikotin, namun dengan nikotin ia bisa menghilangkan segala keresahan akibat pekerjaan. Terkadang ia bertanya pada diri sendiri, sampai kapan harus terjebak pada jeruji kehidupan seperti saat ini.
Netra Joan menjelajah area luar, tak sengaja melihat seekor kupu-kupu yang terbang dengan sayap biru cantiknya. Joan jadi berpikir, mungkin saja menjadi seekor kupu-kupu lebih menyenangkan. Ia bisa terbang kemana pun, hinggap di banyak dedaunan, juga menyapa bunga bermekaran tanpa takut oleh aturan. Seolah hidup tanpa beban. Hanya lahir, mempunyai sayap yang indah, lalu terbang hingga limit kehidupannya habis.
Joan terdiam dengan mata berkaca-kaca, seandainya ia bisa memilih ingin dilahirkan atau tidak, maka ia dengan tegas akan menolak hadir ke dunia.