O5. Sweat

965 97 8
                                    

🔞🔞🔞🔞

Entah mengapa saat melihat Joan hari ini Hendric kembali mengingat mimpinya semalam. Bukan pertama kali bagi Hendric memimpikan hal tak senonoh, namun belakangan ini ia sudah tiga kali mendapatkan mimpi seperti itu bersama partner yang sama, tak lain adalah Joan.

Mungkin saja ketika melihat Joan, hasratnya kembali memuncak. Hendric tak kuasa lebih lama bersama Joan dalam jarak dekat. Ia mudah terpancing dan berakhir menegang. Akhirnya lebih memilih menuju kamar mandi lebih dulu untuk menuntaskan, selagi Joan membuatkan sarapan di bawah sana

Hendric mengambil posisi duduk bersandar di dalam bathtub, kakinya diluruskan agar mendapat posisi ternyaman sebelum melakukan kegiatan inti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hendric mengambil posisi duduk bersandar di dalam bathtub, kakinya diluruskan agar mendapat posisi ternyaman sebelum melakukan kegiatan inti. Setelah memastikan posisi, tangan Hendric bergerak membuka seluruh celana hingga hanya bagian tubuh atas saja yang tertutup oleh pakaian.

Suhu udara di kamar mandi cukup dingin dan Hendric akan mengubahnya dengan cara memanaskan diri sendiri.

Sebelah tangannya menyentuh kejantanan, membayangkan perlakuan tersebut dilakukan oleh sang asisten rumah tangga. Kelopak mata Hendric terpejam, halusinasi kehadiran Joan semakin terlihat jelas. Joan kini mengulum kejantanan Hendric dengan tempo cepat, menciptakan rangsangan luar biasa yang membuat Hendric seakan diajak melayang.

"Fuckhh.. Joan.."

Hendric semakin mempercepat kocokan pada kejantanan, berdenyut-denyut seperti detak jantung yang memompa dengan cepat. Hendric sudah gila karena membayangkan bercinta dengan seseorang yang bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Bunyi pintu terbuka membuat Hendric membuka mata. Betapa terkejutnya ia kala melihat Joan sudah berdiri menatap ke arahnya.

"Tuan?"

Hendric sontak berusaha bangkit, bermaksud menjelaskan semuanya, "I-ini tidak-"

"Perlu bantuan?'

Keadaan hening, sedetik setelah pertanyaan yang dilontarkan oleh Joan.

Hendric menyesal, keputusan yang ia buat nampaknya akan diingat seumur hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hendric menyesal, keputusan yang ia buat nampaknya akan diingat seumur hidup. Bisa-bisanya seorang majikan sepertinya malah menyetujui seorang pekerja untuk memuaskan nafsu padahal tidak ada dalam kontrak kerja yang telah disepakati.

Jika bisa mengulang waktu, maka ia akan lebih memilih menggelengkan kepala dibanding mengangguk seperti orang bodoh. Joan yang melihat itu tentu menyimpulkan bahwa Hendric memang yakin dengan pilihannya.

Kini bukan hanya Hendric yang berada di dalam bathtub, Joan pun bergabung. Joan menundukkan tubuh hingga sejajar dengan kejantanan Hendric, sementara bokongnya ditinggikan agar lebih mempermudah. Kedua tangan Joan meremas kejantanan Hendric secara perlahan, netra Joan ikut menunjukkan tatapan menggoda dengan bibir yang sengaja ia gigit. Sontak kejantanan itu berkedut dan semakin membesar.

Bibir Joan mengerucut, memberikan ciuman pada pangkal kejantanan hingga bagian bawah, tak lupa memainkan twinsball. Puas memberikan kecupan, mulut Joan terbuka, mendekati kejantanan dan melahapnya hingga seluruh bagian.

"Ughh.."

Tatapan Hendric sudah sangat sayu. Seperti menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati. Niat untuk sarapan gagal, malah ia yang dijadikan menu oleh Joan.

Joan menaik turunkan kepala. Mulutnya menghisap perlahan. Lidahnya pun aktif menjilat memutar. Semua perlakuan itu berhasil membuat reaksi kembali berupa kejantanan yang semakin menegang. Joan juga semakin memasukkan kejantanan hingga mencapai tenggorokan, meski ia hampir tersedak namun tetap memaksakan.

Tangan Hendric yang semula meremat sisi bathtub diarahkan oleh Joan menuju surai kelamnya. Ia ingin Hendric melampiaskan semua pada dirinya.

Hendric menurut, ia berganti meremat surai milik Joan, tidak terlalu kencang karena takut menyakiti. Hendric masih mencoba menggunakan akal sehat untuk tidak menyakiti Joan.

"Mmphhh.."

Lagi-lagi Joan hampir tersedak karena ulahnya sendiri, membuat Hendric menjadi tak tega. Akhirnya ia berusaha melepaskan kuluman, namun Joan keras kepala, ia malah semakin bersemangat menghisap dan memasukkan hingga Hendric mendapat pelepasan.

"Joan.. Ahh..."

Belum sempat Hendric meminta Joan untuk melepaskan, ia sudah mengeluarkan cairan lebih dulu. Joan tersenyum menatap Hendric. Ia telan seluruh cairan tanpa rasa jijik, bahkan cairan yang membasahi perut Hendric juga ia bersihkan tanpa sisa. Seperti sedang mencicipi manisnya es krim vanilla.

Joan berniat bangkit karena telah selesai melaksanakan tugasnya, namun tanpa ia duga Hendric bertindak lebih. Lelaki itu menarik Joan kepelukan. Belum sempat bertanya, bibirnya lebih dulu dibungkam.

Bibir Hendric secara terburu-buru memberikan lumatan pada setiap bagian bibir Joan. Tak lama karena lidahnya juga tak sabar mengajak lidah Joan untuk bersilat. Hendric mengecap rasa manis dari tiap saliva yang bertukar.

Kepala mereka terasa pening, bukan karena banyak pikiran yang menumpuk, namun suatu reaksi menyenangkan dari kegiatan panas kali ini.

Tangan Joan diarahkan untuk melingkar di leher Hendric, dengan senang hati ia malah mengeratkan pelukan.

Disela-sela cumbuan, tangan Hendric tak tinggal diam, menjalar mencari sesuatu. Tujuannya terhenti pada kejantanan Joan. Seketika menyadari bahwa ukuran milik Joan lebih kecil dari miliknya. Hendric menahan tawa, semua tentang Joan nampaknya sangat menggemaskan. Dan Hendric sangat menyukainya.

"Tuanhh.."

Joan sudah mendesah, dipastikan bahwa Hendric berhasil menciptakan sensasi luar biasa di bagian sana. Hendric mulai mengocok kejantanan mungil itu dengan tempo cepat. Joan mendongak, bertepatan dengan Hendric yang langsung mencicipi leher jenjang milik Joan menggunakan lidahnya.

Nafas Joan sudah tak terkendali, terlebih saat Hendric mulai lancang menghisap lehernya bagai seorang vampire haus darah yang mengincar korbannya. Ditambah gerakan tangan sang majikan yang semakin tak terkendali. Joan bagai dicekik dan tak diizinkan bernafas lega. Hendric begitu mengikatnya dalam kenikmatan dunia.

Semakin cepat gerakan tangan Hendric, semakin kencang pula desahan yang keluar dari mulut Joan. Seperti meminta pertotolongan untuk segera dibebaskan. Rupanya harapan Joan terkabul, terbukti dengan pelepasan cairan yang ia keluarkan beberapa detik ketika Hendric sibuk membuat tanda baru pada lehernya.

"Ahh... Cumhh.."

Love StreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang