Hanya ada suara dari acara pada televisi yang mengisi keheningan ruangan. Dua jam lalu, tepatnya saat mereka menyelesaikan kegiatan panas, Joan segera pergi meninggalkan Hendric tanpa pamit.
Bukan hanya Joan yang merasa malu melakukan kegiatan tersebut, Hendric pun demikian. Sesaat merasa bahwa ia seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu. Hasratnya begitu bergejolak setiap melihat Joan. Padahal sejak awal lelaki itu bekerja di sini, Hendric tidak sampai terpikir akan melakukan kegiatan tak senonoh bersamanya.
Takdir memang tidak bisa diprediksi. Entah mengapa Hendric juga memikirkan hal aneh belakangan ini. Sebelumnya Hendric berspekulasi bahwa seorang streamer yang sering kali ia tonton setiap minggu, merupakan seseorang yang ia kenal. Meski sang streamer pasti tidak menggunakan suara asli untuk berbicara, namun gelagatnya ketika melakukan sesuatu amat terasa tak asing.
Hendric memijat pelipisnya, kepalanya terasa sakit. Ia terlalu menampung banyak pikiran dan belum menemukan jawaban hingga saat ini. Tolong ingatkan ia untuk memastikan kondisi Joan setelah ini.
Joan bergerak gelisah di atas ranjang. Pejaman kedua matanya sesekali terbuka. Kini jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, ia harus bekerja keesokan harinya, namun hingga sekarang dirinya masih terjaga. Setiap kali ia memejamkan mata, maka kejadian beberapa jam lalu terputar dalam memori otaknya. Jujur saja, Joan merasa senang, namun ia juga tidak bisa menutupi rasa malu yang sampai kini masih terasa. Tidak pernah terpikir akan bercinta dengan sang majikan yang sudah berbaik hati mempekerjakannya di rumah mewah itu. Joan baru sadar bahwa perilakunya tak bisa ditoleransi, ia telah melanggar batas sebagai pekerja. Hendric bisa memecatnya kapan saja. Karena terlalu takut, ia meninggalkan Hendric tanpa berpamitan.Tangan Joan meraba laci meja untuk mencari ponsel. Setelah memasukan kata sandi, jemarinya menekan aplikasi chat. Joan menggulir chat secara perlahan, guna memastikan sesuatu. Salah satu nama kontak mencuri atensi, Hendric mengirimkan pesan padanya.
Tuan Hendric
tolong temui aku di kamar esok pagi
Hanya satu bubble chat, namun Joan membacanya berulang kali. Joan memang sering datang ke kamar Hendric untuk membawakan makan dan lainnya, hanya saja situasi ini sangat berbeda. Bagaimana ia bisa menemui seseorang yang baru saja menjadi partner sexnya esok hari? Joan lebih memilih bekerja di balik layar komputer selama belasan jam daripada harus menemui Hendric. Hal itu akan lebih mempermalukan dirinya.
[ Hendric's room ]
Hari kembali berganti, namun Hendric masih sibuk dengan banyak pemikirannya. Matanya sering melirik ke arah jam pada ponsel, seolah tidak sabar menunggu sesuatu. Sudah pukul 9 pagi, seseorang yang ia tunggu belum menampakan diri.
Tiba-tiba saja suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Hendric bangkit dan melangkah mendekati. Ketika pintu terbuka, nampaklah Joan yang berdiri di hadapan sambil menundukan kepala.
"Selamat pagi, Tuan. Maaf saya terlambat."
"Masuk."
Joan melangkahkan kaki, mengikuti Hendric masuk ke dalam kamar.
Hendric mendudukan diri pada sofa hitam dan mempersilakan Joan untuk duduk di sebelahnya. Joan hanya menurut tanpa membuka suara.
Saat Joan melirik ke arah Hendric, lelaki itu nampak sedang sibuk menggulir layar ponselnya. Mungkin sedang mencari sesuatu, ia pun tak tau. Tentu saja Joan tak akan membiarkan mulutnya terbuka dan bersuara guna menanyakan hal apa yang sedang Hendric cari pada layar pipih itu.
Jemari Hendric menekan salah satu video. Ia mendekatkan diri ke arah Joan, lalu menunjukan video itu padanya. Joan mati-matian menahan ekspresi terkejut kala melihat video live streaming yang sempat ia rekam beberapa hari lalu.
"Gimana menurut kamu?"
Entah sengaja atau tidak, mulut Hendric berada tepat di samping telinga Joan.
"Maaf, saya tidak mengerti, Tuan."
Joan berusaha menahan getaran pada pita suaranya. Jika ia berbicara dengan nada yang salah, maka Hendric pasti akan mudah mencurigainya.
Hendric terkekeh. Ia menjauhkan diri. Dengan ekspresi bahagia, ia mengatakan sesuatu yang sangat ambigu.
"Akhir-akhir ini saya suka nonton live streaming semacam ini."
Joan mulai memberanikan diri melihat Hendric, "Kenapa Tuan suka?"
Hendric menolehkan wajah, "He is very naughty. I feel like I want to make love with him all the time."
Dengan tatapan meremehkan sekaligus menggoda, netra Hendric juga menelisik lekukan tubuh Joan. Tentu saja lelaki itu sangat merasakan aura dominan dari sang majikan. Ia seperti seekor kucing kecil yang terperangkap dalam kawasan seekor anjing.
Hendric kembali mendekatkan diri. Jarak diantara mereka telah terhapuskan. Tubuh Joan mulai mengeluarkan keringat. Gugup sekali berdekatan dengan sang majikan, bahkan kegugupan ini melebihi saat dirinya baru memulai karir sebagai streamer.
Jemari Hendric membelai pipinya. Ia diperlakukan seperti layaknya benda pecah belah. Terlalu lembut. Mata mereka saling beradu tatap, Joan kesulitan mengalihkan pandangan, mata tajam Hendric seperti pengunci baginya.
"T-Tuan..."
Detik itu juga, nasib Joan sudah tidak bisa diprediksikan.
Tbc.
Halo, semuanya. Mau nginfoin kalo jadwal update au dan book wp agak terlambat yaa, aku lagi lumayan sibuk sama urusan rl, tapi aku sempetin update one/few tweet au di twitter. Mohon maaf dan terima kasih atas pengertiannya <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Streamer
FanficKisah lelaki bernama Herdinan Dricta yang terjerumus dalam dunia lain dari live streaming.