O4. Fact

880 105 25
                                    

Sejatinya, tidak ada manusia yang ingin hidup dalam keterbatasan, terutama keterbatasan ekonomi. Jika bisa menentukan kehidupan sebelum lahir, maka semua akan memilih hidup berkecukupan, apalagi berlebihan. Hidup kekurangan sangat sulit dijalani, bukan hanya sulit mencari pekerjaan untuk menyambung hidup, namun juga sulit mengontrol pandangan orang-orang yang meremehkan para kaum yang berada di bawah.

Hari ini Joan mulai melakukan pekerjaan sampingan lagi. Meski keadaannya sedang tidak memungkinkan, ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu walau sehari saja, karena sudah terikat kontrak. Betapa malangnya hidup penuh aturan ketat demi mencari pundi-pundi uang.

Banyak sekali gift yang ia dapat malam ini. Mulai dari harga murah hingga mahal sekali pun. Joan juga menuruti semua permintaan dari para pemberi gift. Banyak dari mereka yang meminta Joan melakukan hal ambigu, mulai dari mendesah sampai bergerak naik turun. Sebenarnya Joan sudah terbiasa melayani para lelaki haus belaian, namun bukan berarti ia menyukai pekerjaan ini. Joan merasa dirinya tidak berbeda dengan para pelacur di luar sana. Mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi resiko pekerjaan.

Dari sekian banyak pemberi gift, ada satu yang menarik perhatian Joan. Seseorang dibalik akun 'Hdc' memberi sebuah gift singa, yang jika dicairkan menjadi uang bisa memenuhi kebutuhan hidup Joan selama hampir 2 bulan. Joan sampai berteriak karena terlalu terkejut sekaligus senang menerima hadiah dengan jumlah sebesar itu untuk pertama kalinya.

Hanya saja sang pemberi gift menginginkan sesuatu yang cukup berbeda. Hdc meminta Joan untuk mendekatkan wajahnya ke depan kamera selama 1 menit, lalu berkedip-kedip. Joan tidak menanyakan apa maksud permintaan dari Hdc, ia hanya menuruti saja.

Waktu menunjukkan pukul 6 pagi, Joan sudah mempersiapkan diri untuk menjalankan pekerjaan utamanya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Waktu menunjukkan pukul 6 pagi, Joan sudah mempersiapkan diri untuk menjalankan pekerjaan utamanya kembali. Ia menaiki kendaraan umum agar cepat sampai ke rumah sang majikan.

Sesampainya di rumah Hendric, ia langsung disambut oleh pemandangan sang majikan yang berdiri di ambang pintu dengan wajah bantalnya.

"Selamat pagi, Tuan."

"Selamat pagi, bagaimana keadaanmu?"

Joan tersenyum, "Jauh lebih baik."

Hendric mengangguk, ia mempersilakan Joan untuk masuk ke dalam rumah.

Entah mengapa, sejak kedatangannya pagi ini hingga dua jam berlalu, Hendric terlihat mengamatinya dari jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah mengapa, sejak kedatangannya pagi ini hingga dua jam berlalu, Hendric terlihat mengamatinya dari jauh. Joan menyadari karena sempat bertatapan dengan Hendric yang sedang duduk di ruang tamu sambil meminum kopi.

Joan masih berusaha fokus dengan kegiatan menyapu lantai, mengalihkan semua pertanyaan yang ada di kepala tentang perubahan sikap Hendric. Biasanya majikannya itu lebih sering berdiam diri di dalam kamar jika tidak memiliki kegiatan di luar rumah, bukan berada di ruang tamu dan memperhatikan Joan yang sedang bekerja.

Selesai membersihkan lantai, Joan beralih menuju wastafel, ia akan mencuci tumpukan alat makan yang sudah menggunung. Satu piring, dua piring, lima piring telah ia cuci bersih. Namun, ketika piring keenam akan ia cuci, sepasang lengan melingkar di pinggang rampingnya.

Ketika Joan menoleh, terlihatlah Hendric sebagai pelaku. Lelaki itu tersenyum penuh makna. Joan yang ingin membuat pergerakan, dihentikan oleh perkataan Hendric.

"Lanjutkan saja pekerjaanmu."

Joan menelan ludah saat mendengar suara serak Hendric yang mengalun di telinga. Telinganya bergidik ketika sapuan nafas hangat sang dominan menyapu di area belakang.

Joan kembali mengerjakan pekerjaan dengan perasaan was-was dan bingung. Hendric mulai mengusap perut Joan dari luar baju, menciptakan sensasi geli. Bibir Hendric juga mulai berani melabuhkan ciuman kupu-kupu pada leher jenjangnya. Tentu saja membuat Joan kehilangan fokus.

"Hello, J."

Kedua mata Joan melebar saat mendengar sapaan yang keluar dari mulut Hendric.

Tiba-tiba saja ia terbangun dari tidur lelapnya. Mimpi buruk yang terlalu buruk untuk menjadi kenyataan. Nafas Joan naik turun, seakan kesulitan menghirup oksigen. Tubuhnya berkeringat akibat energi yang cukup terkuras.

Dering handphone berbunyi. Tangan Joan terulur untuk mengambilnya dan menggeser tombol hijau pada layar.

"Bagaimana keadaanmu?"

Joan seketika beranjak dari tempat tidur, "S-sudah lebih baik, Tuan."

"Hari ini sudah bisa bekerja?"

"Sudah, Tuan. Maaf saya terlambat. Saya akan segera kesana."

Panggilan dimatikan sepihak oleh Hendric. Joan mengacak-acak rambutnya kesal. Bisa-bisanya ia memimpikan hal tak senonoh dengan Hendric. Tuan mudanya itu tidak mungkin melakukan perbuatan layaknya seorang lelaki haus belaian tanpa meminta izin terlebih dahulu. Apalagi Hendric dikenal sebagai seorang lelaki pendiam yang selalu menjaga diri dari pergaulan bebas. Memang di sini Joan lah yang patut dipertanyaan, mengapa ia bisa memimpikan hal seperti itu.

 Memang di sini Joan lah yang patut dipertanyaan, mengapa ia bisa memimpikan hal seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Joan sudah mempersiapkan diri untuk menjalankan pekerjaan utamanya kembali. Ia menaiki kendaraan umum agar cepat sampai ke rumah sang majikan.

Sesampainya di rumah Hendric, ia langsung disambut oleh pemandangan sang majikan yang berdiri di ambang pintu dengan wajah bantalnya.

"Selamat pagi, Tuan."

"Selamat pagi, bagaimana keadaanmu?"

Joan tersenyum, "Jauh lebih baik."

Hendric mengangguk, ia mempersilakan Joan untuk masuk ke dalam rumah.

Ia merasa seperti dejavu, mungkin saja situasi ini sama seperti yang ada di mimpinya.

Joan melangkah menuju dapur untuk membuatkan sarapan terlebih dulu untuk Hendric, karena ia sudah sangat terlambat. Sementara Hendric sudah kembali ke kamarnya.

Sarapan hari ini cukup praktis, hanya roti selai dan segelas susu, untung saja Hendric bukan type pemilih.

Selesai membuat sarapan, Joan melangkahkan kaki menuju kamar Hendric. Ia mengetuk pintu dan tidak mendengar jawaban apa pun dari dalam kamar.

Joan berinisiatif untuk masuk, mungkin saja Hendric sedang berada di kamar mandi.

Benar saja, Hendric tidak ditemukan di dalam kamar. Joan mendekat ke arah kamar mandi. Ketika akan mengetuk pintu, sebuah suara menghentikan pergerakannya. Mata Joan terbuka lebar saat mendengar sesuatu dari dalam sana.

"Fuckhh.. Joan.."

Love StreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang