"Indahnya masa SMA itu ketika memilih pilihan yang tepat untuk dijalani setelah lulus nanti."
–Namika Julian A.•••
Jam menunjukkan pukul 09.15, sudah 15 menit Hagita terus menatap room chat nya dengan Namika. Namun gadis itu tak kunjung mengetikkan pesan terima kasihnya pada Namika.
Namika IPA 1
OnlineMika
ini Gita
makasih banyak ya udah bantu bawa motor gue ke bengkel tadi, semoga kebaikan lo dapat balasan yang lebih banyak dari Allahoh, oke Git
sama-sama, aamiinApa yang dapat diharapkan dari Namika? Ketikannya yang singkat, padat, dan juga jelas itu pasti. Ketikan jamet pemuda itu hanya akan keluar ketika membalas pesan di grup inti OSIS. Aneh memang!
Sedangkan disisi lain, Namika sibuk berguling-guling tidak jelas sambil membaca ulang pesan yang dikirim oleh Hagita.
"Kuatkan iman hamba ya Allah, masih SMA." Gumam pemuda itu mengusap kasar wajahnya.
•••
"Pesonaaaa, indah wajah Nam-joon. Mampu mengalihkan duniaaaaku!" Dengan tanpa malunya Hagita berjoget-joget tidak jelas sambil berjalan menuju ke ruang makan.
"Pagi-pagi kamu sudah banyak tingkah saja, Gita. Penampilan kamu seperti ukhti, tapi kelakuan seperti Kunti." Omel Ibu.
Hagita terkekeh geli mendengar ucapan Ibu. "Nah, itu Ibu benar." Jawabnya membenarkan.
"Sudah-sudah, cepat makan. Nanti terlambat kamu sekolahnya," ujar Ibu sambil mengambil nasi untuk Hagita.
Ibunya sangat perhatian dan sayang sekali pada Hagita. Sifat itulah yang membuat Hagita menurut pada Ibu karena Ibu sangat sayang padanya. Setelah kakaknya menikah, Hagita hanya tinggal berdua dengan Ibu.
"Oh iya, Gita berangkat pake apa hari ini? Kan motornya di bengkel!" Ucap Hagita menepuk jidatnya sendiri.
Tit!
Tit!
Tit!
Suara klakson membuat Hagita menoleh ke arah pintu depan. Siapa yang bertamu pagi-pagi, pikirnya.
Cepat-cepat gadis itu membuka pintu dan ternyata itu adalah Namika dengan motor N-Max hitam kesayangannya.
"Kenapa Mik?" tanya Hagita.
"Jemput lo, kan motor lo dibengkel." Jawab Namika.
"Gapapa kok Mik, ngerepotin banget gue." Tolak Hagita.
"Enggak kok, lagian kita ga aneh-aneh Git. Gue masih takut Allah," jawab Namika meyakinkan Hagita.
"Siapa, Gita?" tanya Ibu dari dalam rumah.
"Mika, Bu!"
"Suruh masuk, sarapan sekalian." ujar Ibu.
"Mik, sarapan dulu ayo!" ajaknya.
"Gausah Git, gue udah kok." Tolak Namika.

YOU ARE READING
Rewrite The Dream
روحانيات[On Going] Diusianya yang baru genap 18 tahun, Hagita dihadapkan pada dua pilihan saat memilih jurusan dijenjang perguruan tinggi. Antara mengikuti kemauan sang Ibu pada jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, atau mengikuti kata hatinya untuk melanjutk...