Rewrite The Dream : Incident

57 4 0
                                    

•••

Jam telah menunjukkan pukul 08.25 malam, mata Hagita mengerjap menatap sekeliling.

Ruangan kumuh dan berdebu, gudang sekolah. Otaknya berusaha keras mengingat kejadian sebelumnya yang membuat dirinya berada diruang kumuh ini.

"Gita!" panggil seorang laki-laki berambut cokelat dari ujung lorong.

"Rico, kenapa?" tanya Hagita menghampiri pemuda itu.

"Bantuin gue bersihin gudang sekolah dong, mau dipake buat acara kelulusan soalnya." pinta Rico.

Dengan hati yang bersih Hagita bersedia membantu Rico membersihkan ruangan. Namun bukannya memberikan sapu atau sejenisnya, Rico malah memojokkan Hagita disudut ruangan. Tangan pemuda itu terulur membekap mulut Hagita dengan kain yang sudah diberi obat bius saat Hagita mencoba untuk berteriak.

Setelah itu, Hagita tidak mengingat apa-apa lagi karena sudah pingsan.

Mengingat hari yang sudah malam, Hagita menegakkan tubuhnya dan mencoba untuk berdiri. Rasa nyeri yang hebat disekitar pahanya. Apa ia baru saja diperkosa?

Matanya memerah seketika. Sungguh ia tak mengerti keadaan apa yang sedang dialaminya.

•••

Esoknya, Hagita tidak bersekolah karena demam di sekujur tubuhnya yang tak kunjung turun. Saat ia pulang semalam, dapat ia lihat raut wajah Ibu sangat khawatir pada putri semata wayangnya.

Hagita ingin sekali menceritakan kejadian yang dialaminya semalam pada Ibu, tapi ia takut Ibu akan kenapa-napa karenanya.

Sekarang yang ia takuti hanya satu, hamil. Ia sangat takut jika mengandung dalam keadaan masih sekolah dan belum menikah. Meski ia tahu siapa yang memperkosanya, tapi nyatanya selalu perempuan yang disalahkan dan dirundung saat hamil diluar nikah.

•••

Beberapa Minggu kemudian. Hagita sudah sekolah seperti biasanya. Setiap hari gadis itu mencoba menepis ingatannya tentang Rico.

Rico adalah salah satu siswa kelas 12 dari IPS 5. Pemuda itu terkenal sangat nakal dan jarang sekali sekolah. Ternyata selama hampir 3 tahun bersekolah di SMA Adhiyaksa, Rico menyukai Hagita. Namun Rico terlalu tidak percaya diri dengan Hagita.

"Git, muka lo pucat banget. Sakit ya?" tanya Gina menatap lekat wajah sahabatnya. Wajah gadis itu menunjukkan kekhawatiran yang sangat kentara.

"Engga kok, gue gak papa." jawab Hagita tersenyum manis. Gadis itu merasa pusing di sekujur tubuhnya.

Tiba-tiba saja penglihatannya mengabur dan tubuhnya tergeletak dilantai. Namika datang dengan wajah panik.

"Gita kenapa, Gin?" tanyanya to the point.

"Gue gatau Mik, mukanya pucet dan tiba-tiba aja pingsan gini." jawab Gina.

"Tolong bantu angkatin Gita ke parkiran, gue bawa ke rumah sakit." Ujar Namika.

Gina dan siswi lainnya langsung membopong tubuh Hagita menuju ke parkiran yang tidak jauh dari kelas mereka.

"Gin, lo ikut. Biar gue gak berdua sama Gita aja," ucap Namika yang dibalas anggukan oleh Gina.

•••

Sesampainya di rumah sakit, dokter langsung memeriksa Hagita dengan hati-hati.

Rewrite The DreamWhere stories live. Discover now