foolish being.

252 27 0
                                        

pagi hari tiba, kamu sudah duduk di dikelilingi beberapa pelayan yang sibuk mendadanimu laksana boneka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pagi hari tiba, kamu sudah duduk di dikelilingi beberapa pelayan yang sibuk mendadanimu laksana boneka. kamu tak lagi mengenakan kazami lusuh, atau bangun pagi-pagi buta untuk menimba air. sekarang kamu diperlakukan layaknya seorang putri dalam dongeng.

miris, perjuanganmu untuk hidup harus berhenti dititik dimana kamu diangkat menjadi selir keenam sekaligus terakhir. ironi menghantam batinmu, tatkala beberapa pelayan dengan senyum bangganya memperlihatkan pada cermin jernih akan hasil mahakarya mereka.

"bukankah selir kita yang baru sungguh cantik?"

"lihatlah, aku tak pernah melihat bulu mata selentik itu seumur hidupku."

"kau benar-benar seperti putri, nyonya."

kamu hanya bisa tersenyum, mengucapkan terimakasih dengan lembut alih-alih memasang muka masam.

untuk apa semua ini jika ia akan menderita?

kamu memutar kembali ingatanmu semalam, dimana perayaan usai lebih cepat dari yang kamu duga. telingamu masih mengingat jelas, derap langkah kaki menggema seakan tengah mengintai mangsa, memecah sunyi malam dengan atmosfer gelap mengerikan. sukuna membuka pintu dengan kencang, membuatmu berjengit kaget. saat itu, kamu berkecamuk akan pikiran-pikiran negatif yang sukses menguasai ketakutanmu.

dia tidak menyentuhmu.

tidak setelah tubuhmu bergetar, bersujud dan menangis. memohon untuk tidak melayangkan jemarinya pada kulit polos milikmu. kamu berpikir hal itu sungguh mustahil untuk dia kabulkan, atau yang paling buruk, mendapat hukuman atas pembangkanganmu terhadapnya. namun tidak, dia hanya mendengus dan melontarkan kalimat pahit; sungguh disayangkan kamu sudah kebal terhadap hal tersebut.

"betapa lemahnya manusia dihadapanku kali ini. wanita bodoh, jika kau adalah orang lain, aku sudah pastikan lidahmu terpotong."

dan setelahnya, derap langkahnya kembali terdengar. menjauh diikuti dengan hantaman keras dari pintu yang ditutup kasar. kamu yang malam itu adalah seorang pengantin baru, hanya bisa termenung. merebahkan tubuhmu yang letih di atas futon dingin, kamu terlelap.

sendirian.

"Nyonya!"

lamunanmu terpecah saat salah satu dari pelayan menepuk ringan pundakmu. netramu menoleh, menangkap raut khawatir dari salah satu pelayan yang kamu yakini lebih muda dari usiamu sekarang.

"apakah nyonya baik-baik saja? nyonya terlihat pucat."

"aku tidak apa-apa." ucapmu, menenangkan sedikit rasa cemas dari pelayan tersebut.

under red moon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang