reason.

154 27 1
                                    

dua hari, tiga hari, lima hari berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dua hari, tiga hari, lima hari berlalu

kamu masih di tempat yang sama, di kamar yang menjadi tempat terlarang untuk dimasuki. dari jendela sempit, pemandangan selir-selir lain tengah bercengkrama membuatmu iri. ingin rasanya kamu lompat dari sini dan berlari mencari kebebasan. namun nyatanya, kamu tidak seberani itu untuk melakukan hal nekat.

beberapa pelayan silih berganti, hanya datang ketika kamu berganti pakaian dan membawakan makanan. tak adil. walaupun kamu bukanlah orang pendendam, namun ada rasa tak nyaman di hatimu. seolah-olah, kamu ingin berada di antara orang-orang yang bebas.

muak.

"menikmati pemandangan?"

"ahh!"

badanmu terlonjak kaget tatkala suara berat dan penuh otoriter memenuhi gendang telingamu. berbalik arah, kamu menemukan sosok tinggi menjulang dengan empat tangan terlipat di dada serta dua pasang mata yang mengarah lurus ke netramu. almighty Sukuna, the one who's right in front of you.

"t-tuan sukuna."

menundukkan kepala, memberi hormat kepada suamimu yang kini hanya terdiam setelah mengucapkan sepatah kata. tak terbendung seberapa takut dirimu akan presensinya saat ini. apalagi, dia benar-benar besar dan menjulang, penuh intimidasi. bergerak sedikit saja, maka ia tak akan segan untuk menghancurkan tubuh mungilmu menjadi berkeping-keping.

"bukankah kau kusuruh untuk beristirahat? kenapa melamun di tengah jendela?" tanyanya. oh tidak, suaranya begitu dingin dengan nada tak suka.

kamu melirik ke samping, mencari-cari alasan yang pas untuk dilontarkan. sukuna bukanlah orang yang mudah untuk dibodohi, tentu kamu tahu akan hal itu. bagaimana jika kamu berterus terang saja? apakah mungkin ia akan memberi belas kasih seperti sebelumnya? tarikan napasmu terdengar berat, sebelum pandanganmu bertubrukan dengannya.

"saya hanya sedang bosan dan memilih untuk melihat-lihat pemandangan sebentar," kamu beralasan

tentu hal ini mengundang kernyitan di kening monster itu. tatapan sukuna menajam, seolah-olah hendak menusuk jiwa melalui pandangan kalian. keringat dingin mulai membasahi telapak tangan, kamu menunduk untuk mengurangi degupan jantung yang terasa tidak nyaman. kesunyian diantara kalian terlalu keras, hingga membuatmu tak berkutik seperti patung. batinmu berteriak, meminta untuk dilepaskan dari penjara yang merangkap sebagai kamarnya.

"jangan bertingkah, kau masih dalam masa hukuman."

apa?

kamu segera mendongakkan kepalamu, menatap punggung lebarnya yang perlahan menjauh. tidak, bukan itu jawaban yang kamu inginkan. bukan rasa sakit akan diabaikan yang saat ini hinggap di hatimu.

"tunggu, tuan!"

kamu hampir berteriak, menghentikan langkah kakinya yang kemudian berbalik menghadapmu sekali lagi. sungguh besar nyalimu, menghentikan raja kutukan yang saat ini menunggu sepatah kata tidak berguna keluar dari bibir kecilmu.

"saya mohon, sekali saja keluarkan saya dari sini. saya berjanji tidak akan ceroboh lagi." ucapanmu begitu asa, mengharap welas asih dari raja kutukan.

sorotnya tetap sama, tajam nan dingin. sukuna bergeming sesaat. lagi-lagi, keheningan ini membuatmu tak nyaman. kamu menatap presensinya dengan pasrah, ketika ia berbalik dan pergi tanpa menjawab permohonanmu. setelah pintu tertutup, tubuhmu goyah seketika. bersimpuh dengan air mata jatuh dari pelupuk mata.



***




"sampai kapan anda terus mengurungnya, sukuna-sama?"

suara uraume terdengar menggema, menatap lurus kedepan sembari mengekori tuannya. untuk pertama kalinya, ia begitu penasaran akan sosok manusia yang tuannya bawa kedalam harem. gadis itu terlihat berbeda, dia dapat merasakannya.

"entahlah, mungkin sampai dia bisa berbicara sambil menatap mataku tanpa takut."

sukuna berjalan melewati tiap-tiap kamar, melintasi lorong panjang menuju ke suatu tempat. pikirannya saat ini begitu kacau, hanya karena seorang gadis manusia yang ia nikahi beberapa hari lampau. seringai licik terpampang di wajahnya, begitu mengingat satu hal yang membuat suasananya menjadi membaik.

"lagipula, kasurku akan terasa dingin jika ia kulepas begitu saja."

n: i'm dealing with writer block rn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

n: i'm dealing with writer block rn. hope it doesn't looks weird to read.

under red moon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang