trueform!sukuna x fem!reader (Heian era).
seharusnya, kamu hanyalah seorang selir yang berkewajiban melayani dan melahirkan. seiring berjalannya waktu, kamu mulai mempertanyakan perihal perilakunya terhadapmu yang sangat berbeda dari apa yang sudah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
secercah cahaya perlahan mengisi pandanganmu. samar-samar, telingamu menangkap gumaman-gumaman abstrak. lambat laun, berubah menjadi seruan panik. beberapa orang mulai memanggil namamu, sedangkan lainnya seperti terburu-buru pergi mengambil sesuatu. seakan mati rasa, lemas pasca kambuhnya alergi. berbagai pertanyaan mulai memenuhi pikiranmu.
apa yang terjadi?
berapa lama kamu pingsan?
dan ... dimana ini?
bibirmu terasa lengket, sulit untuk terbuka. netramu berpendar pada sekitar ruangan yang kamu tempati. kamu masih mengingat jelas, ornamen kamarmu cenderung lebih simple dan feminim. tidak ada guratan berbentuk naga, ataupun kasur besar di dalam michōdai mewah.
"dimana ... aku....??"
suaramu begitu serak, tercekat dikarenakan keringnya kerongkongan. tubuhmu seakan kaku, badanmu sakit semua. ah, ingatan buruk itu memutar kembali. masih terasa jelas kamu yang mencoba memakan lobster besar, berakhir tak sadarkan diri karena alergi yang kambuh.
"anda di kamar tuan sukuna, nyonya."
ucapan seorang pelayan itu cukup membuat tubuhmu terlonjak. bola matamu melebar sempurna, begitu pula dengan degup jantung yang mendadak berhenti seperkian sekon. keterkejutanmu tak dapat didefinisikan. setelah berhasil melewati alergi dan hampir mati, kini kamu dihadapkan dengan masalah baru.
kenapa harus berada di kamarnya?
pertanyaan itu tak sempat terlontar, sebab pintu masuk tiba-tiba saja telah dibuka paksa oleh sang pemilik. benar, itu dia. mata merah, bau anyir darah, dan tatapan tajam menghunus jiwa. beberapa pelayan menahan nafas, memberi hormat kepada raja sebelum bergegas pergi karena ketakutan melihat tuannya dalam keadaan tidak baik.
sekarang, hanya ada kamu dan dia.
netramu beralih menatap hal lain, menjadikan objek sekitar sebagai pemandangan yang lebih layak untuk dinikmati. gendang telingamu menangkap geraman halus dari sukuna. tungkainya melangkah lurus kearahmu, sebelum kedua bahumu ia cengkram dengan kuat. menimbulkan sensasi kebas dan berdenyut, kamu hampir berteriak.
"sampai kapan kau bertindak bodoh seperti ini, hm? apa kau tau, tindakanmu yang ceroboh hampir membuatmu mati?!"
suaranya begitu lantang di akhir kalimat, membuatmu tersentak. bulir-bulir air mata jatuh dari pelupuk mata, sedangkan tubuh ringkihmu bergetar ketakutan. tak dapat dipungkiri bahwa sosoknya jauh lebih menakutkan dari dekat.
"sa-saya minta maaf ... saya tidak bermaksud-akh!"
ucapanmu terpotong dengan pekikan saat dua tangannya mencengkram lehermu dengan kuat. sesak, rasanya mau mati. pasokan oksigen kian menipis, paru-parumu kembang kempis. kamu bersusah payah menghirup udara, sedangkan cengkramannya enggan melonggar.
"sekali lagi kau bertindak seperti ini, akan kubuat kematianmu menjadi yang paling menyedihkan." ucapnya.
setelah mengatakan itu, tubuhmu dilempar kembali ke tempat tidur. cengkramannya terlepas, menyisakanmu terbatuk-batuk oleh pasokan oksigen yang kembali memenuhi relungmu. tubuhmu lemas, rasanya berputar-putar. eksistensi nya masih di sana, menatap penuh cemooh presensi lemahmu yang tak bisa apa-apa selain menangis ketakutan.
"aku melarangmu keluar dari kamar ini. kau akan dikurung selama tiga hari." titahnya mutlak, sebelum berbalik dan melangkah ke arah pintu.
lagi-lagi, kamu menangis sendirian. tidak ada yang membantu. hidupmu tak ada bedanya dari sebelumnya, menyedihkan.
untuk sekali saja, kamu ingin mencicipi rasa dari kebahagiaan.
***
tak terasa langit yang tadinya cerah, berubah menjadi biru gelap. hanya ada pancaran bulan dan beberapa bintang bersinar. cahayanya menyelinap melalui jendela, menerangi ruangan dalam sunyi yang mencekam. tubuhmu menyamping, merasakan ketidaknyamanan pada tidur malam ini. kamu tak dapat bergerak bebas, ataupun kabur dengan mudah. keningmu mengkerut, merasa gelisah akan empat tangan menguncimu dengan satu badan besar menempel tepat di punggung.
benar, kamu terjebak dalam rengkuhan sukuna.
kasur yang seharusnya nyaman untuk ditiduri, kini terasa sesak untuk sekedar menutup mata. ketidaknyamanan ini bermula saat rengkuhan penuh kepemilikannya mengurung tubuh mungilmu di kegelapan. tak ayal, kamu terbangun pagi-pagi sekali dengan keadaan kurang tidur. terlalu takut dalam pemikiran apakah kamu akan dihukum jika kelepasan mendengkur, atau terlalu banyak bergerak.
"tidurlah, hari masih terlalu muda untuk terbangun."
Suara serak berat dari belakang menyapu telingamu, membuat bulu kuduk merinding. Kamu dapat merasakan hembusan napasnya tepat di pucuk kepalamu, sembari mengeratkan rengkuhannya melingkar di dada dan perut. Perlahan, kepalamu menengok ke belakang, melihat sosok yang tengah terlelap tenang. Dadanya bergetar, mengeluarkan dengkuran halus yang entah kenapa, membuatmu merasa hangat ketika menyentuh punggungmu.
Kamu menghela nafas pelan, tidak ingin membantah perintahnya yang mutlak. Di keheningan malam dan dingin yang menyelimuti ruang, kamu terlelap dalam rengkuhan hangat milik sang penguasa.
Menjagamu aman, dari ketakutan dini hari.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
michōdai: tempat tidur tradisional di zaman heian, terletak di nurigome moya.