Lavender biru merupakan bunga yang hanya mekar sekali dalam seratus tahun. Kelopaknya dapat mekar selama satu bulan, kemudian akan layu begitu saja. Bunga ini terbilang sangat langka, bahkan hampir mustahil untuk ditemukan. Khasiatnya pun tak main-main, dapat menyembuhkan berbagai penyakit bahkan dirumorkan bisa membangkitkan seseorang dari kematian.
Kamu baru bisa bernapas dengan lega tatkala mendapat surat dari adikmu setelah satu bulan berlalu. Pada kertas buram dengan tinta pekat, ia menulis bahwa kondisinya berangsur membaik. Daichi bahkan sudah bisa beraktivitas seperti semula, meski membutuhkan lebih banyak istirahat. Hal itu menjadi kabar yang menggembirakan hatimu. Tak sia-sia pengorbananmu menjadi bantal guling dari iblis bertangan empat itu.
Mengingat malam dimana kalian menghabiskan waktu bersama, membuatmu tak bisa tidur pada malam-malam selanjutnya. Pikiranmu berkelana pada kemungkinan-kemungkinan bahwa ia memperlakukan selir-selirnya dengan perlakuan yang sama.
Memang bajingan.
Kamu terlalu sibuk memaki betapa mata keranjangnya sang suami, sehingga kamu tak tersadar bahwa kakimu melangkah terlalu jauh dari paviliun. Netramu berpendar, berusaha mengingat taman kecil yang nampak asri dan nyaman. Jika taman ini adalah taman surga, mungkin kamu akan percaya.
"Mencari sesuatu?"
"Ah!"
Badanmu berjengit kaget tatkala suara serak berat itu menyapu telingamu. Speaking of the devil, he is right behind you. Kamu refleks berbalik, membungkuk untuk memberi hormat kepada sukuna. Sang raja nampak diam sejenak, mengamati gerak-gerik kecilmu. Mungkin ia melihatmu seperti sosok boneka kecil yang rapuh.
"Saya memberi salam kepada Yang Mulia." tuturmu sopan.
Sepasang tangan atasnya terlipat di depan dada, sementara keempat netranya meneliti tubuh mungilmu. Tatapan seperti es, menusuk ke dalam rusuk dan membuatmu merinding. Netramu masih menatap lurus ke tanah, mewanti-wanti perkataan selanjutnya yang akan terlontar dari bibir pria tersebut.
"Ini tamanku." tegasnya.
Raut terkejut terpatri jelas di wajahmu. Pantas saja, kebun ini bak surga dengan beberapa bunga langka yang bahkan hampir mustahil untuk ditemukan di luar. Ternyata, raksasa ini pemiliknya. Untuk sejenak, kamu terpesona melihat berbagai macam bunga yang memiliki kelopak unik dan harum yang khas. Tanpa sadar, bibirmu membentuk lengkungan tipis, menarik atensi dari sang raja.
"Apa ... kamu suka?" Tanyanya, yang dibalas anggukan kecil darimu.
Saat usiamu masih belia, kamu lebih sering menghabiskan hari bersama dengan tanaman dan hewan. Hutan dan taman bukanlah tempat yang menakutkan untuk singgah sejenak, melepas penat dari kejamnya kehidupan. Sukuna melihatmu dari dua sisi kanan matanya, mengamati wajah damaimu yang tampak jauh lebih tenang dari biasanya.
"Saya ... suka sekali bunga." gumam mu tanpa sadar, terhipnotis dalam kecantikan warna-warna elok dari bunga dan atmosfir taman.
Kamu membungkuk, membiarkan kedua netramu mengamati dengan jelas bunga primrose yang tumbuh subur di sini. Tatapanmu sendu, laksana seorang kekasih yang rindu akan pujaan hati.
Sukuna yang mengamati gerak-gerikmu pun diam-diam sangat puas dengan tamannya. Dalam hati, ia berterimakasih pada uraume yang kerap mengingatkannya untuk tidak membakar habis lahan ini. Tanpa diduga, kamu menyukainya dan itu sudah cukup untuk membuat Raja kutukan puas.
Tungkaimu melangkah beriringan dengan Sukuna. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk mengajakmu jalan-jalan sebentar menelusuri taman. Tentu, hal ini membuatmu tambah gugup. Wajahnya begitu datar, dan entah mengapa kamu merasa bahwa sepasang mata kanannya terus melirikmu. Terkadang, ia akan menanyakan sesuatu dengan nada datar dan tegas, membuatmu seolah berada dalam interogasi tersirat.
Meski begitu, kamu merasa aman dengannya. Tak ada lagi kekhawatiran yang kamu rasakan seperti dulu. Mungkin, pernikahan ini tidak terlalu buruk bagi hidupmu.
--
author's: sorry for... Ghosting you. These papers refused to left me.

KAMU SEDANG MEMBACA
under red moon.
Fanfictiontrueform!sukuna x fem!reader (Heian era). seharusnya, kamu hanyalah seorang selir yang berkewajiban melayani dan melahirkan. seiring berjalannya waktu, kamu mulai mempertanyakan perihal perilakunya terhadapmu yang sangat berbeda dari apa yang sudah...