Langit gelap. Kilauan kerlap-kerlip bintang menghiasi malam yang hitam pekat. Bulan muncul dengan malu-malu, hanya sebagian dirinya ia tampakkan.
Aku bergeming.
Diam di dalam balutan selimut karena udara dingin membekukan segala angan. Terdengar suara detak jam yang berirama, kadang terdengar suara derit ranjang ketika aku membalikkan badan.
Aku menatap sinar lampu luar yang menerangi halaman depan rumahku dan menembus dari celah kaca jendela yang ditutup tirai. Sesekali anjing kepunyaan tetangga sebelah melolong pendek.
Imajinasi liarku sambung-menyambung menjadi cabang tak tentu arah. Sudah tengah malam, bahkan hampir fajar, dan aku masih terjaga. Tidak seharusnya aku masih terjaga pada jam segini.
Jam beker yang tiba-tiba saja berbunyi nyaring memekakkan telinga karena kuletakkan di samping bantalku, membuatku tersentak kaget.
Dengan segera kumatikan suara bising itu. Lalu aku menyingkapkan selimut dan terduduk di tepi ranjang.
Aku harus membangunkan orang-orang rumah untuk sahur.
(( dalam rangka bulan puasa ))
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata yang (Tak Sempat) Terucap
Poëzie[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU] Teruntuk pembaca, ini hanyalah sekedar tulisan tak bermakna, tidak perlu dibaca sampai tuntas, ini hanyalah sekedar tulisan tak berarti, jangan terlalu dianggap serius, ini hanyalah serentetan kalimat yang ti...