•Perasaan•

76 5 0
                                    

Skandar tiba-tiba membawaku pergi menjauh dari para wartawan yang meliputnya.

"Skandar apa yang sebenarnya terjadi dan apa-apaan itu tadi?" tanyaku.

Dia menunduk, seolah menyesal akan sesuatu hal.

"Kau tak apa Skandy?"

"Maafkan aku Belle, karena melibatkanmu dalam hal ini. Aku sungguh minta maaf" sesalnya.

"Apa yang telah terjadi?"

Dia menatapku dan kemudian menatap sekitarnya.

"Kau sudah membaca artikel hari ini?" tanyanya.

Aku mengangguk "Ya, aku sudah. Jadi apa hubungannya dengan ini"

Skandar memijat pelipisnya seolah ia lelah dengan semua ini.

"Itu semua bohong, artikel yang beredar hari ini adalah kebohongan belaka. Mereka mencoba menghancurkan karirku"

Aku menatapnya lekat, terlihat kesedihan dalam sorot matanya.

"Dan wanita itu, aku bahkan tidak mengenalnya. Aku hanya mendengar kalau wanita itu sering kali melakukan skandal yang besar dan mungkin.."

Aku membawa Skandar dalam pelukanku. Aku tahu dia akan menangis seolah ini adalah hal yang membuatnya sakit.

Mengusap punggungnya dan memberikan rasa nyaman padanya.

"Tak apa Skandar. Walau dunia tak mempercayaimu, tapi kamu memiliki aku yang selalu percaya padamu"

"Bella"

"Hum?"

Aku masih menepuk punggungnya.

"Terima kasih banyak untuk semuanya" ucapnya dengan pelan.

Pelan namun terasa sakit saat diucapkan tapi aku tahu bahwa itu tulus apa adanya.

"Tak apa Skandar, jika kau membutuhkanku. Aku akan selalu ada untukmu"

Aku melepaskan pelukannya dan menatapnya. Mengusap sisa air matanya yang menetes, memberikan senyuman hangat padanya.

Ia tersenyum dan kemudian menyentuh tanganku yang kini berada dipipinya.

Ia menciumnya lembut dan kembali menatapku.

Tangannya yang lain kini menyentuh wajahku dengan lembut. Sorot mata tajamnya hanya berada fokus padaku.

"Bella"

Aku hanya berdehem dan tetap tersenyum padanya.

"Seharusnya aku tahu"

"Tahu tentang apa?"

"Perasaan ini. Saat bersamamu Belle"

Aku menaikkan alisku "Perasaanmu?"

Tanpa peringatan sebelumnya, tiba-tiba saja Skandar menciumku.

Mencium bibirku dengan lembut tanpa paksaan.

Aku hanya bisa diam mematung dan menahan nafasku, membiarkan Skandar melakukan apa yang diinginkannya.

The Feel : Skandar KeynesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang