(7) °°••Perasaan aneh••°°

294 22 0
                                    

°°••Vote••°°

7.



Naren menghela nafas ketika kedua orang tua sang ibu telah pergi dari rumahnya.

Ia kembali mendudukan pantatnya kesofa dan kembali berkutat dengan tabnya.

Tetapi, perasaannya menjadi aneh saat keadaannya sepi seperti ini. Ia termenung sebentar dan mengingat sesuatu.

"Wanita itu dari kemarin belum makan. Dan aku hukum tidak makan dua hari. Apakah itu berlebihan?" Gumamnya.

Ia berdiam dirinya kerena merasa bingung dengan perasaan aneh yang berada pada hatinya.

Dengan kasar ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"Arrhhh, persetan dengan wanita itu"

Lain kata lain tindakan. Naren malah berdiri dari duduknya dan berjalan kearah ruangan yang dibuat untuk mengurung Rani.

"Buka" ujarnya kepada sang bodyguard yang ia suruh untuk mengurung Rani, Samuel.

"Baik, tuan"

Samuel dengan segera membuka pintu besi itu. Tetapi ketika ia akan membukanya, seperti ada yang mengganjal didalam.

"Kenapa?" Tanya Naren ketika melihat Samuel kesusahan membuka pintu.

"Maaf tuan, sepertinya ada yang mengganjal didalam. Mungkin wanita itu pingsan" jawab Samuel dan itu malah membuka panik Naren.

Dengan segera ia membantu Samuel untuk membuka pintu. Hingga pintu terbuka perlahan.

Naren langsung masuk kedalam dan melihat Rani yang memang sudah pingsan dengan wajah pucatnya.

Ia langsung menghampiri Rani dan menggendongnya untuk segera dibawa kerumah sakit.

"Siapkan mobil, kita kerumah sakit"

"Baik, tuan"

Samuel segera menyiapkan mobil untuk sang tuan. Sebenarnya ia bingung dengan sang tuan.

Tuannya tak pernah terlihat seperti ini. Biasanya sang tua tak peduli dengan siapapun.

Tapi kenapa ketika wanita itu tak sadarkan diri sang tuan terlihat khawatir dan panik.

Sebingung-bingungnya dia terhadap Naren. Ia lebih bingung kepada pembaca yang malah mencintai produk fiksi daripada produk asli.

Ia tak peduli, dengan segera ia membukakan pintu untuk sang tuan dan segera pergi kerumah sakit.

Ia dapat melihat dari kaca depan jika sang tuan sedang mengusap lembut wajah wanita itu.

"Apa tuan Naren mencintai wanita itu? Huh, padahal jika tuan tak mencintai wanita itu dan tak mau bertanggung jawab biar aku saja yang menikahi wanita itu" batinnya.

Berbeda dengan Samuel yang membatin tak jelas. Kini terlihat Naren yang sedang dilanda khawatir.

Dirinya juga tak mengerti dengan dirinya sendiri. Mengapa ia terlihat khawatir ketika melihat Rani seperti ini.

Ia menatap dalam wajah Rani. Wajahnya memgingatkannya pada seseorang. Tetapi ia lupa siapa orang tua.

"Pak Bayu?"

°°•••°°

Setelah sampai dirumah sakit. Naren segera membawa Rani ke UGd untuk segera ditangani.

Dan saat ini ia dan Samuel dengan menunggu didepan UGD. Ia duduk dikursi tunggu, sedangkan Samuel berdiri dengan tegak disampingnya.

This is about us (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang