°°••Vote••°°
4.
Rani hanya bisa menangis dengan lirih. Dirinya tak memikirkan dirinya, ia hanya memikirkan sang ibu.
Ia tak tahu apa yang akan dilakukan Naren nanti. Ia sudah berpikir pasti Naren akan melakukan hal buruk.
Mobil yang dikendarai Naren berhenti didepan rumah yang cukup mewah. Naren langsung keluar dari mobil dan menyeret Rani agar mengikutinya Masuk kedalam rumah.
"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Rani dengan pekikan.
Naren tak menjawab, dirinya akan membawa Rani diruangan khusus.
"Saya akan memberikan hadiah untuk kamu" ujar Naren dengan seringai dibibir tebalnya.
Rani semakin was-was mendengarnya. Dirinya berusaha melepaskan cekalan dari Naren. Tetapi ia tak bisa karena tenaganya berbeda dengan Naren.
"Lepas!!!"
"Tidak akan"
Brak
Naren langsung menendang pintu kayu didepannya. Naren langsung menyeret Rani masuk kedalam.
Seketika Rani langsung menutup hidungnya saat masuk kedalam. Baunya sangat menyengat, dan baunya seperti, darah?. Amis.
"Kamu tonton saja bersama saya disini" ujar Naren menundukan Rani dikursi usang.
Naren juga mengikat Rani. Rani yang melihatnya menjadi semakin panik.
"Apa yang kau lakukan, bajingan?!!!!" Pekiknya berusaha melepaskan ikatan pada tangannya.
"Kita akan menonton" ujar Naren santai dan duduk dikursi besar disebelah Rani.
"Mulai" ujarnya dan setelahnya banyak orang berbaju hitam membawa seorang wanita yang terlihat lemas.
Rani membulatkan matanya ketika melihat wanita itu. Ia langsung berteriak tak karuan, sedangkan Naren masih duduk santai sambil meminum winenya.
"UMIIII!!!!!, APA YANG KAU LAKUKAN PADA UMIKU?" Teriak Rani sambil memberontak dari duduknya.
Naren tersenyum remeh. "Kamu membunuh ibu saya. Jadi saya akan membalasnya"
"-membunuh ibumu" lanjut Naren dengan senyuman mengerikan.
Rani hanya bisa menangis dan meraung memanggil sang ibu. Sedangkan ibunya sudah tak sadarkan diri.
"Lakukan" perintah Naren dan langsung dilaksanakan oleh orang-orang berbaju hitam.
"JANGAN APA-APAKAN UMIKU. AKU MOHON. Jangan apa-apakan umiku, aku sudah tak punya siapa-siapa selain umiku" pekik Rani dan menjadi lirih ketika dadanya semakin sesak.
Naren yang mendengarnya berdecih pelan. Ia langsung menatap tajam kearah Rani yang saat ini keadaannya jauh dari baik-baiknya.
Air matanya sudah membasahi seluruh wajahnya. Keringat juga sudah membasahi bajunya.
"Saya juga hanya memiliki ibu saya. Tapi kamu malah membunuhnya, saya tidak punya siapa-siapa selain ibu saya. Saya dibenci oleh keluarga besar saya, saya sendiri" ujar Naren dengan cepat ia langsung menarik jilbab milik Rani.
Rani langsung saja mendongkakan kelapanya kala Naren menarik jilbabnya kebawah.
"Tonton saja tanpa berkomentar"
Naren melepaskan tarikannya dijilbab Rani. Ia mengambil lakban didekat meja usang dibelakang Rani.
Langsung saja Naren membungkam Rani dengan lakban itu. Rani tentu saja tak terima, ia menggelengkan kepalanya kekanan-kekiri agar Naren tak dapat melakbannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/355729742-288-k398815.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
This is about us (On Going)
Ficção Adolescente⚠️Follow terlebih dahulu sebelum membaca. ⚠️15+ sebagian prat mengandung kekerasan. ⚠️bahasa kasar. ⚠️bahasa baku, non baku. ⚠️Dilarang plagiat. ⚠️Bijak dalam membaca. ⚠️MASA LALU DARI CERITA "menjadi yang kedua" "Kenapa harus aku?" "Karena ini mem...