Satu persatu anggota keluarga menempati kursinya masing-masing, Ning duduk di sebelah kanan Oma, dan sebelah kanan Ning ada Gus Zaffan.
Sepulang dari masjid, Gus Zaffan langsung menuju ruang makan karena sebagian keluarga telah berkumpul. Ia duduk di sebelah Ning, saat melihat menu makanan hari ini ia tak menyangka ada makanan kesukaannya juga terhidang, ia sedikit tersenyum melihat itu, jujur ia sudah lama tak memakan makanan kesukaannya.
Kursi yang semula, kosong kini telah seluruhnya diduduki, seluruh keluarga memulai makan malam, tak lupa Ning mengambilkan makanan untuk Gus Zaffan. Jika ingat ini adalah pertama kalinya Ning melayani suaminya untuk makan. Setelah selesai dari makan Oma bertanya kepada Gus Zaffan.
"Nak Zaffan, mungkin ini pertama kalinya kamu memakan masakan Ning, bagaimana dengan rasanya. Enak tidak?"
"Iya Oma, enak." Jawab Gus Zaffan dengan senyum simpul. Lalu ia berbisik kepada Ning.
"Jangan GR dulu, saya bilang begitu hanya ingin menyenangkan hati Oma." Bisik Gus Zaffan pada Ning, Ning sendiri hanya mengulas senyum yang dapat diketahui oleh dirinya sendiri. Dalam hati Ning berkata'bilang aja enak, itu udah nambah yang kedua kalinya.'
"Oh ya Oma, Umi zul menginginkan kita pindah kesana." Ning ikut angkat bicara.
"Kalau masalah itu, Oma mengikut terserah apa yang kalian inginkan." Jawab Oma dengan bijaksana, Oma tak dapat menahan cucunya lagi untuk tinggal bersamanya karena cucunya itu telah memiliki suami.
Semua orang telah menyelesaikan makannya. Ning membereskan meja dapur disusul oleh Ning Riza. Mereka membereskan meja makan bersama dan mencuci peralatan makan bersama.
Saat sedang mencuci piring Ning dan Ning Riza tengah bersenda gurau, mereka bermain air layaknya seorang anak kecil.
"Mbak, mbak kenapa gak kerja yang lain aja?, atau mau kerja sama Ning juga gak papa!" tanya Ning pada Ning Riza.
"Gak papa. Mbak hanya sudah nyaman dengan menjadi pengajar di pondok, dan lembaga amal." Jawab Ning Riza singkat.
Memang dari dulu Ning sudah mengajak Ning Riza untuk kerja dengannya, tapi Ning Riza selalu menolak dan beralasan bahwa Ning Riza sudah nyaman menjadi pengajar di pondok dan ingin tetap mengamalkan ilmunya tersebut.
Ning juga sudah pernah bilang pada Ning Riza, jika mengajar juga dapat menjadi sampingan, tetapi Ning Riza tetap kekeuh menolaknya dan katanya ia tak bisa melakukan hal itu.
Setelah mencuci piring, Ning berjalan menuju kamar. Di dalam kamar sudah ada Gus Zaffan yang duduk di balkon kamar Ning. Ning memasuki kamar dengan mengucapkan salam, ia mendekat ke arah Gus Zaffan dan duduk di kursi yang berada di samping Gus Zaffan.
Hening mereka masih terdiam dengan pikiran mereka masing-masing, baik Gus Zaffan maupun Ning belum ada yang berniat membuka suara. Hingga Ning berniat membuka suara namun...
"Gus!"
"Ning!" Ucap mereka bersamaan laku terdiam kembali.
"Gus Zaffan duluan saja!" ucap Ning mempersilahkan Gus Zaffan untuk memulainya terlebih dahulu.
"Kamu aja gak papa!" namun Gus Zaffan malah mempersilahkan Ning untuk memulai duluan. Mereka seperti sejoli yang baru saja berkenalan dan masih canggung dengan satu sama lain.
"Em.. ya terima kasih, ini masalah umi." akhirnya Ning lah yang mengawali pembicaraan itu.
"Iya umi juga bilang sama saya." jawab Gus Zaffan.
"Menurut Gus Zaffan bagaimana?" tanya Ning meminta pendapat Gus Zaffan.
"Saya ikut kamu saja mau bagaimana mana."
"Kalau umi sama Abi kesepian di sana, besok pindah kesana juga gak papa."
"Yakin mau besok?" tanya Gus Zaffan memastikan.
"Iya gak papa." Jawab Ning dengan mantap.
Jam demi jam telah berlalu. Malam yang hening mulai bergeser menjadi pagi. Adzan subuh telah berkumandang, Ning bersiap-siap melaksanakan shalat subuh, dan setelahnya melaksanakan rutinitas paginya. Sambil menunggu Gus Zaffan pulang, Ning menyiapkan barang yang akan ia bawa. Ia membawa 1 koper dan 1 tas ransel berukuran sedang.
Ning tidak menyiapkan barangnya Gus Zaffan, karena ia masih merasa tidak enak untuk melihat barang pribadi Gus Zaffan. Ia takut dikira lancang. Ning menunggu Gus Zaffan sambil membuka hp kerjanya. Ternyata kerjaannya telah menumpuk, tetapi masih bisa dihandel.
Ning mematikan hp nya saat mendengar suara pintu terbuka, dan yang masuk adalah Gus Zaffan. Ning pun menyalami Gus Zaffan. Gus Zaffan silih berganti melihat koper Ning dan kopernya sendiri. Seakan tahu maksud tatapan Gus Zaffan, Ning pun membuka suara.
"Maaf Gus, saya tidak menyiapkan barang anda, saya takut dikira lancang." ucap Ning sambil menunduk.
"Iya tidak apa-apa saya tahu." ucap Gus Zaffan santai. Gus Zaffan mendekat ke arah barang-barangnya yang berada di walk in closed, ia pun mengambil koper kecil, ia hanya mengambil beberapa pakaian serta beberapa barang yang akan ia bawa pulang, selebihnya ia tinggal di sini.
Sarapan pagi dimulai, Ning dan Gus Zaffan menjalankan perannya sangat baik, sudah seperti artis-artis yang ada di ibukota. Ning dan Gus Zaffan menikmati sarapan masing-masing. Oma juga senang melihat cucu dan suaminya akur.
Pagi ini hanya Ning, Gus Zaffan, dan Oma yang sarapan, karena seluruh anggota keluarga yang lain sedang sibuk entah mengapa. Sarapan telah selesai semua peralatan makan pun telah dibereskan seperti semula.
Hening Ning maupun Gus Zaffan belum ada yang berani membuka suara, karena tak ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Ning pun memulai pembicaraan.
"Oma Ning dan mas Zaffan, sudah sepakat hari ini ingin pindah ke rumah Umi Zul." Ning menunduk karena takut jika Oma akan bersedih.
"Kok cepat banget Ning?" tanya Oma tak mengira.
"Maaf Oma, tapi Ning janji, Ning akan sering mengunjungi Oma, tapi Oma janji jangan sedih ya." Bujuk Ning pada Omanya. Dan ia juga membentuk jarinya seperti huruf V. Gus Zaffan yang melihat itu hanya mengulas senyum tipis.
"Ya sudah kalau begitu, itu sudah kewajiban mu untuk mengikuti kemanapun suamimu pergi." Oma mengusap pucuk kepala Ning dengan sayang.
Sudah jauh-jauh hari Oma telah memikirkan hal ini. Ning cucu kesayangannya akan meninggalkannya untuk mengikuti suaminya dan memenuhi kewajibannya. Oma telah mempersiapkan semuanya, Oma harus ikhlas melepaskan cucunya untuk menjalani hidup baru.
Ning dan Gus Zaffan pamit dengan Oma, berhubung Anggita keluarga yang lain sedang sibuk, Ning pun menitipkan salam untuk seluruh anggota keluarganya kepada Oma. Ning dan Gus Zaffan kembali ke kamar untuk mengambil barang mereka masing-masing. Ning tidak membawa mobil sendiri, kali ini ia pergi satu mobil bersama Gus Zaffan karena ini adalah permintaan Gus Zaffan sendiri, dan ia pun hanya mematuhinya saja. Mungkin kain kali ia akan mengambil mobilnya.
****
Holla🙌🏻
Jangan bosan-bosan ya membaca cerita ini, karena ini hanya permulaan semua konfliknya belum muncul jadi stay tune terus, terima kasih 🤗❤️🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Ning
General FictionASLI KARYA PENULIS. NO PLAGIAT!!!! Gus Zaffan dan Ning. Perjodohan yang mengharuskan keduanya untuk bersatu, walaupun awalnya tidak mengenal satu sama lain. Awal pernikahan Gus Zaffan sangat membenci Ning hingga dengan kekuatan cinta Ning dan fakta...