BAB 22 KOMA

37 4 5
                                    

"Hah suami saya kecelakaan gimana keadaannya sekarang?" Tanya Ning dengan panik.

"Suami Ibu mengalami koma!" Jawab orang itu.

"Baik saya akan ke sana sekarang!" Dengan langkah tergesa-gesa Ning menghampiri Alvaro untuk mengantarkannya karena dia takut kalau dirinya kenapa-kenapa saat mengendarai dalam keadaan khawatir yang berlebih.

Alvaro mengemudikan mobil Ning dengan kecepatan yang lumayan cepat. Ia bersama satu bodyguard duduk di depan dan Ning duduk di belakang dengan perasaan khawatir.

Terlintas dalam pikiran Ning apakah Abi, Umi, dan Oma sudah mengetahuinya. Ning membuka ponselnya dan mencari nomor umi.

"Assalamualaikum mi!" Sapa Ning.

"Wa'alaikumus salam!" Jawab umi.

"Mi apa Umi dan Abi sudah tahu tentang Mas Zaffan?" Tanya Ning.

"Iya ini Abi dan Umi sedang manuju kesana!" Jawab umi dengan nada khawatir seperti Ning.

"Yaudah, Umi tutup dulu wassalamualaikum!" Umi menutup telepon terlebih dahulu.

"Wa'alaikumus salam!" Jawab Ning. Ning kini mencari nomor Omanya dan meneleponnya.

"Assalamu'alaikum!" Sapa Ning.

"Wa'alaikumus salam kamu kenapa kok panik gitu?" Tanya Oma yang telah mengetahui nada bicara Ning.

"Ini Oma Gus Zaffan masuk rumah sakit larena kecelakaan!" Ning memberi tahu Omanya.

"Innalillahi ya Oma akan datang ke sana, dimana rumah sakitnya?" Tanya Oma.

"Di Mega jaya Ma!"  Jawab Ning.

"Ya sudah Ning tutup dulu wassalamualaikum!" Tutup Ning.

Gedung rumah sakit telah terlihat. Ning meminta agar Alvaro langsung kembali ke kantor. Dengan langkah tergesa-gesa  Ning memasuki rumah Sakit dan langsung menuju resepsionis.

Ning bertanya pada resepsionis dimana Gus Zaffan dirawat dan kata penjaga resepsionis Gus Zaffan masih berada di ruang ICU belum dipindahkan ke ruang lain. Ning langsung menuju ruang ICU untuk melihat keadaan Gus Zaffan.

Di depan tuang ICU Ning menunggu dokter keluar dari ruangan. Tak lama setelah Ning sampai Abi dan Umi juga datang, Umi tak dapat membendung tangisnya karena putra semata wayangnya tengah terbaring lemah di atas kasur rumah sakit.

Tak kuasa menahan tangis Ning juga meneteskan cairan bening di pipinya. Ning mencoba menenangkan Umi agar sabar dalam menghadapi ujian ini. Tak lama Oma menyusul Ning, Abi, dan umi yang telah berada di luar ruang ICU.

Dokter keluar dari ruangan memberikan kabar kepada keluarga Gus Zaffan. Semula yang duduk langsung berdiri dan yang jauh langsung mendekat.

"Dengan keluarga Pak Zaffan?"  Tanya dokter tersebut.

"lya saya Ibunya!" Umi mendekati dokter dengann tergopoh-gopoh sambil menahan tangis.

"Bagamana keadaan anak saya dok?" Tanya umi selanjutnya.

"Maaf Bu, anak Ibu sekarang mengalami koma karena benturan yang sangat keras pada tubuhnya dan Pak Zaffan juga mengalami keretakan tulang di tangan kanan dan kaki kanannya!" Penjelasan dokter tersebut pada Umi, Ning, dan juga Abi.

Karena tak sanggup mendengar keadaan putranya, seketika badan Umi lemas dan jatuh pingsan. Abi meminta agar Ning yang menemi suaminya dan Umi akan dibawa pulang oleh Abi.

Dibantu beberapa suster Abi membawa umi menuju mobil dan meninggalkan daerah rumah sakit. Ning masih terpaku  mandaengar keadaan suaminya, air yang mengalir dipipinya kian banyak, ia bertanya pada dokter.

"Apakah saya sudah boleh menjenguk suami saya dok?" Tanya Ning pada dokter.

"Iya Bu silahkan dan mohon untuk sering mengajak ngobrol pasien, agar pasien cepat sadar, karena pasien masih dapat mendengar kita walaupun pasien koma dan itu akan merangsang pasien agar cepat sadar!" Ucap dokter tersebut.

"lya dok terima kasih atas sarannya, saya akan segera membayar administrasinya, agar suami saya dapat langsung pindah ke ruang VVIP, dan saya juga meminta pada dokter agar dapat menangani suami saya supaya cepas sembuh!"  Ucap Ning.

"Iya Bu terima kasih saya akan usahakan untuk itu, kalau begitu saya permisi!" Dokter tersebut melenggang pergi diikuti satu perawat di belakangnya.

Ning masuk ke ruang ICU untuk menemui Gus Zaffan diikuti oleh Oma. Sedari tadi air mata Ning mengucur dari matanya mengiringi langkahnya menuju tempat Gus Zaffan.

Saat Ning memasuki ruangan Gus Zaffan Ning mengucapkan salam. Ning masik dengan hati-hati . Sedikit demi sedikit Ning mendekati Gus Zaffan, ia duduk di samping brankarnya dan Oma duduk di sebelah Ning.

Tubuh Ning terpaku melihat tubuh Gus Zaffan di penuhi luka. Ning menggenggam tangan Gus Zaffan dengan kuat, ia menyandarkan kepalanya di samping tubuh Gus Zaffan, air matanya terus mengalir tanpa dapat dicegah.

Oma hanya dapat menenangkan Ning dengan memeluk tubuhnya dan mengusapnya dengan perlahan. Tak lama Ning bertidur di samping Gus Zaffan dengan tangan masih menggenggam tangan Gus Zaffan. Setelahnya Oma pamit pulang karena hari sudah sore, walaupun tak ada yang menjawabnya.

****

Ning merasa ada yang mengusik tidurnya dengan memanggil namanya. Saat terbangun Ning sudah di kelilingi dokter dan beberapa perawat, Ning masih setia menggenggam tangan Gus Zaffan.

"Maaf Bu Ning ruangan sudah siap, jadi Pak Zaffan akan segera di pindahkan!"  Ucap dokter yang menghadap Ning.

"Iya dok silahkan?" Ning melepaskan genggamannya dengan berat hati, dan ia juga menjauh dari tubuh Gus Zaffan agar dokter dan perawat dapat leluasa memeriksa Gus Zaffan dan memindahkannya.

Brankar di dorong oleh dokter dan beberapa perawat, Ning hanya mengikuti di belakangnga, ia tak kuasa melihat tubuh suaminya di penuhi alat-alat medis untuk menunjang hidupnya.

Setiap detik, setiap menit, Ning selalu merapalkan shalawat dan do'a untuk Gus Zaffan agar cepat sehat dan dapat melewati masa komanya. Dengan senang hati ia akan merawat suaminya setulus dan seikhlas mungkin.

Telah lama benih-benih cinta telah muncul di hati Ning untuk Gus Zaffan, walaupun ia menikah karena dijodokkan tetapi ia muncoba sekuat hati untuk belajar mencintai suaminya dan sekarang ia telah menuainya, tetapi belum semuanya karena ia belum dapat membuat suaminya jatuh cinta padanya. Walaupun raganya bersamanya tetapi hatinya masih milik orang lain yaitu tantenya, walaupun sakit menyadari kenyataan itu, tetapt ia tak akan menyerah sebelum Gus Zaffan yang memintanya, maka ia dengan senang hati akan meninggalkannya walaupun di lubuk hatinya berat tetapi ia akan mencobanya.

Di ruangan yang baru, semua keperluan Gus Zaffan telah tersedia. Ning masih setia menunggu dan menemani Gus Zaffan. Sejak mendapat kabar suaminya masuk rumah sakit, ia belum sempat pulang ke rumah untuk menyiapkan keperluannya dan keperluan Gus Zaffan.

Ting!

Bunyi ponsel Ning, ia segera membukanya.

Abi
Assalamu'alaikum Ning
Ning Abi dan Umi gak bisa ke sana
Mungkin besok ke sananya

Anda
Wa'alaikumus salam Bi
Iya Bi gak papa

Abi
Beneran gak papa

Anda
Insyaallah bi

Abi
Ya sudah
Wassalamu'alaikum

Anda
Wa'alaikumus salam

****

Stay tune terus ya, terima kasih 🙏🏻❤️

Cinta Sang NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang