BAB 16 PENASARAN

35 3 0
                                    

Semua anggota saling tanya satu sama lain, saling melempar candaan dan berbagi cerita motivasi.

"Bi, Ning mau ngajar di pondok, boleh apa tidak?" Tanya Ning pada Abi.

"Boleh-boleh saja, kamu mau ngajar apa?" Abi berbalik nanya pada Ning.

"Hmm nisa'iyah boleh?" Putus Ning dengan pilihannya.

"Iya, nanti jadwalnya dibuatin sama suami kamu," jelas Abi pada Ning.

Mengetahui jawaban Abi yang memperbolehkan Ning ngajar, Ning merasa sangat senang. Sejak awal pindah ke rumah suaminya, ia sudah ingin mengajar di pondok dan membagi ilmu kepada santri-santri agar bermanfaat.

Hari mulai larut, Gus Zaffan dan Ning telah kembali ke kamar. Saat Ning hendak bersiap tidur, Gus Zaffan tiba-tiba mendekat kepada Ning dan tidur di samping Ning. Ning menggeliat karena merasakan tempatnya semakin sempit dan tubuhnya juga menopang beban yang berat. Tubuhnya yang tak seberapa dengan Gus Zaffan, kini berada dalam dekapan Gus Zaffan.

Sofa yang hanya muat untuk ditiduri satu orang, kini menjadi dua orang karena Gus Zaffan yang memaksa tidur di samping Ning.

"Gus sempit!" Protes Ning pada Gus Zaffan, dan mencoba mendorong tubuh Gus Zaffan agar berpindah tempat.

"Sudah diam. Saya mau begini!" Sanggah Gus Zaffan. Dan Gus Zaffan malah menyusupkan kepalanya pada ceruk leher Ning yang seketika membuat Ning menggeliat karena merasa geli.

"Gus geli Gus, jangan begitu!" Ucap Ning lagi.

Gus Zaffan tetep kekeuh dengan keadaan seperti itu. Ia mencari kenyamanan pada ceruk leher Ning. Ia sangat suka dengan bau tubuh Ning yang sangat menenangkan dan dapat membuat dirinya nyaman juga merilekskan tubuhnya dari masalah yang seharian datang.

Ning tak lagi mempermasalahkannya, ia mengikuti apa mau suaminya itu, juga karena ia sudah ngantuk. Gus Zaffan telang memejamkan mata sedari tadi. Mata Ning mulai memberat, ia memejamkan matanya, tak lama terdengar dengkuran halus dari Ning, ia telah pergi ke alam bawah sadarnya dan terbuai oleh mimpi.

Ting!

Bunyi pesan masuk pada ponsel Gus Zaffan. Gus Zaffan segera membuka ponselnya dan membaca pesan yang masuk. Memang sedari tadi Gus Zaffan tidak tidur, ia hanya memejamkan matanya dan mencari ketenangan di dekat Ning.


Asyrof

Gus bisa datang ke resto gak?
Ada yang mau diomongin nih

Iya

Lama menyecroll ponsel, Gus Zaffan berdiri dan beranjak menuju ranjang untuk tidur. Ia takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika lama-lama berada di dekat Ning. Ia gak mau melakukan hal itu tanpa ada dasar cinta dan bukan hanya untuk pemuas nafsu belaka.

Karena sudah terbiasa bangun malam untuk qiyamullail Ning kali ini terbangun dari tidurnya, walaupun Ning sedang halangan. Ning mendudukkan dirinya dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia sudah tak mendapati Gus Zaffan di sampingnya. Ia mengedarkan pandangan ke atas ranjang dan Gus Zaffan sudah ada di ranjang.

Cukup Ning mengumpulkan sebagian nyawanya. Ning beranjak dari sofa dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Karena sudah terlanjur bangun, Ning sekalian bebersih kamar.

Setelah selesai, Ning turun kebawah untuk membantu memasak sarapan pagi.

Matahari mulai muncul dari persembunyiannya, membelah awan yang bergulung-gulung. Ning tengah bersiap pergi kerja, dan Gus Zaffan telah berangkat ke kantor Madin untuk bermusyawarah dan setelahnya pergi ke resto Asyrof.

Cinta Sang NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang