tujuh

1K 94 6
                                    

••

"Bagian ku belum." Ucap Samuel yang tidak di dengar oleh anggota kelompoknya.

Jika kemarin dia berkelompok acak dan mendapatkan teman yang hanya menumpang nama saja membuat Samuel mengerjakan sendiri, justru sekarang dia berkelompok dengan anak yang ambis yang hanya bicara pada orang pintar saja.

Jujur Samuel bisa di katakan pintar dalam pelajaran.

Tapi bukan berarti dalam semua pelajaran.

Samuel tidak suka dengan pelajaran IPS.

Bukan karena gurunya, tapi karena pelajaran itu mengenai sejarah membuat dia selalu mengantuk jika berada di kelas.

"Seseorang yang ingin membuat usaha itu merluin ide dulu atau modal ya?" Ucap salah satu dari mereka bertanya,

"Ide dulu ga si?" Balas salah satu dari mereka mulai berdiskusi.

"Terus modal nya gimana kalau ide dulu?"

"Ngapain bingung kan ada google mending tanya aja di situ." Usul dari mereka malas berfikir.

"Jangan curang itu, mending mikir aja."

"Halah gapapa curang dikit ga ngaruh."

"Lambe mu enggak ngaruh, dosa tau curang itu mending mikir aja."

"Kek lo enggak pernah curang aja, sok suci amat."

"Udah woy jangan pada berantem ayo buru, nanti Bu Tuti marah-marah, udah sore banget ini."

"Tanya si miskin sana," Bisik salah satu dari mereka menyenggol teman sebelahnya.

"Apa yang lo harapin dari dia bodoh, dia itu engga bisa apa-apa."

"Ngawur lo, ga tau aja lo nilai Matematika dia bagus woy. Apalagi nilai IPA jangan di ragu kan lagi."

"Iya gue tau yang itu, tapi lo tau engga nilai IPS dia kemarin."

"Kagak, berapa emang."

"Lima puluh," Ucap di sertai nada alay.

"Masa? Kok bisa?"

"Engg--"

"Udah woy malah bahas yang lain buru ayo mikir." Potong nya karena merasa jengkel melihat percakapan tidak bermutu.

Samuel yang mendengar semua memilih mengutarakan apa yang ada di otaknya dengan cara membaca tulisannya "Menurut aku ide dulu, soalnya ide penting usaha engga akan maju kalau engga ada idenya. Kalau soal modal bisa di pinjem kek bisa minjem di tangga atau di yang lain."

Merasa tak ada tanggapan Samuel menatap teman-temannya yang terlihat berdiskusi sendiri tanpa mengajaknya.

Apa suaranya kurang keras ya?

Padahal dia sudah bicara keras, kelas pun sepi.

Menghelas nafas, Samuel mencoba ikut berggabung walaupun tidak terlihat.

Patience || Slow Up ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang