prolog

44 2 0
                                    

ibu bian&bian
★★★

"kamu itu ngga pantes hidup, rakabian! kamu udah bunuh kakak kamu sendiri! kamu ngga pantes hidup disini, mati kamu rakabian!"

anak itu meringkuk di atas lantai yang dingin, memeluk tubuhnya sendiri, air matanya menetes deras, berlomba-lomba turun melewati wajahnya yang membiru akibat pukulan wanita yang berada di depannya itu dengan amarah yang menggebu-gebu.

seorang laki-laki dengan setelan dokternya tertangkap netra milik bian, laki-laki itu memeluk ibunya dari belakang yang hendak memukul kembali tubuh miliknya yang rasanya seperti mau remuk saja.

"berhenti bu, tolong berhenti..."

seakan tuli, wanita itu tetap berusaha memberontak untuk kembali memukul anaknya yang sudah terkulai lemas berada dibawah kakinya itu

reza menoleh ke belakang, pak slamet sudah datang ketika dia memanggilnya tadi, berdiri dengan gusar ketika melihat apa yang terjadi di depan matanya.

"tolong bawa bian ke rumah sakit pak, saya akan menghubungi markus" ucap reza yang masih memeluk tubuh aruna yang terus memberontak ingin memukul anaknya lagi

pak slamet mengangguk, segera mengangkat tubuh ringkih bian dan membawanya ke rumah sakit seperti titah tuannya barusan

"jangan bawa pergi anak itu! dia harus diberi pelajaran karna sudah membunuh kakaknya sendiri!" hardik aruna yang mencoba melepaskan pelukan reza dibelakang

aruna mendengar suara isakan pelan dari arah belakang, sosok yang memeluknya erat itu kian meluruh hingga terduduk di lantai membuat dirinnya juga ikut meluruh dengan reza

aruna berbalik, benar saja, dilihatnya tubuh reza yang bergetar hebat dengan kepala menunduk.

seakan mengerti perasaan reza, tangis aruna kian mengeras

keduanya meraung-raung di kamar milik bian seakan tak ada yang mau mengalah atas kesakitan keduanya

reza menarik nafasnya dalam, perlahan menggenggam tangan aruna yang masih bergetar

"bu...sekalipun kamu ngambil jantung itu, dean ngga akan bisa balik lagi ke dunia ini, justru seharusnya kalau kamu emang sayang sama dean, kamu harus sayang juga ke bian. karna jantung dean sudah menyatu dengan pembuluh darah bian"

aruna mengangkat kepalanya, menatap laki-laki didepannya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan

"kalau seandainya bahagianya ibu itu cuma kamu, aku rela menukar segalanya sama kamu, dean"
~rakabianarghani

"kamu itu segalanya buat ibu, tolong tunggu sebentar lagi, rakabian"
~radeanarghani

"raga ayah disini, akan selalu disin buat kamu, mas bian. ayah akan mengusahakan segala bagian hidup kamu, meskipun nyawa ayah jadi taruhannya"
~rezaabraham

"tolong ampuni ibu, rakabian..."
~arunaelias

"kita serupa waktu, tidak boleh berhenti sebelum tuhan yeng menghentikan"
~ibuA


Ibu bian&bianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang