PART MASIH LENGKAP
_________________________________________
⚠️ BANYAK KATA UMPATAN⚠️
Surat kematian Kaniya menjadi pukulan berat tersendiri dikehidupan Kahiyang. Dia merasa janggal akan kematian Kakaknya itu. Terlebih, Kaniya-Kakak Kahiyang ditemu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mata Ema memandang lekat sebuah gosip panas yang sudah tersebar di SMA Bina Pintar. Nama Abimayu mulai menjadi bahan omongan di dalam base tersebut. "Guys ... cokiber kalah tadi malam." Ema memandang Galuh dan Canada, sembari mengangkat gawai dan memperhatikan postingan base.
"Yang ngalahin ... cewek? Yang bener aja?!" Galuh segera merebut gawai Ema. Dia men-scroll kolom komentar. Sungguh, cewek misterius itu membuat dirinya penasaran. Dia berhasil mengalahkan sosok Abimayu yang sudah bersahabat dengan jalanan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Matanya kaya kenal. Coba zoom dibagian mata, deh, Gal. Aku kaya pernah natap mata ini." Galuh menuruti ucapan Canada. Ia semakin memperbesar gambar pada bagian mata.
"Eh, gue juga gak asing, Can. Itu kaya mata ... aduh gue lupa lagi," kata Ema berusaha mengingat-ingat. Demi alek, dia gak bohong. Ema tidak asing dengan netra cewek asing yang debut di base sekolah.
Kesunyian mulai terpencar. Ema, Canada, dan Galuh tengah berperang dengan pikiran masing-masing guna memecah rasa penasaran tingkat tinggi mereka. "Siapa, sih?!" Galuh mulai frustasi.
"Kahiyang," kata Canada menatap lekat mereka. "Kalian percaya kalo ini foto Kahiyang?"
Brak!
Suara gaduh itu timbul akibat Ema yang tiba-tiba menggebrak meja. Potensi yang ditimbulkan membuat Canada dan Galuh menjadi pusat perhatian anak kelas. "Ih, Ema. Malu ..."
"Sorry, ya, Guys. Obat Ema lagi habis, sorry," ucap Galuh sembari menangkupkan kedua tangan di depan dada. Sungguh, dirinya berasa menjadi seorang artis gara-gara tingkah Ema yang mencuri perhatian mereka.
"GUE GAK PERCAYA KALO ITU KAHIYANG, CAN!" teriak Ema tidak terkontrol. Lagi dan lagi, Galuh serta Canada menjadi pusat perhatian. Kali ini, tatapan sinis diberikan kepada mereka. Canada langsung mengambil buku dan menjadikannya sebagai alat pelindung rasa malu. Ia menyembunyikan muka di balik buku itu, "Ema ya ampun ..."