JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN YA!
HAPPY READING
┗━✦❘༻༺❘✦━━┛
E
ma, Canada, dan Galuh melongo melihat seragam Kahiyang yang basah kuyup. Tadi tiba-tiba motor Abimayu mogok di tengah jalan. Sebenernya, Kahiyang ingin membantu Abimayu mendorong motornya hingga sampai di sekolah.
Namun, gara-gara di jam pertamanya dipegang oleh Bu Dayu, Kahiyang meninggalkan Abimayu bersama motor mogoknya itu. Anggap saja Kahiyang ini kurang ajar.
"Buset, dapat juara berapa lo, Ka? Basah banget tuh baju,” kata Ema menunjuk seragam Kahiyang. Dia menatap tidak percaya kepada cewek yang baru sampai di pukul 07.05 ini.
Nafas Kahiyang masih terengah-engah. Dia menjatuhkan pantatnya di kursi samping Ema dan menidurkan kepala dengan bantalan tas. "Syukur Bu Dayu belum datang."
"Kok bisa sampek basah gini, sih, Ka? Kaya orang habis kejebur," kata Galuh menutup buku novel yang ia pinjam ketika menjumpai kalimat 'tamat' dibagian akhir kertas. Dia dapat melihat raut lelah yang ketara di wajah Kahiyang.
"Minum dulu, Ka." Memang terbaik Canada ini. Kahiyang langsung menyahut botol minum yang diberikan cewek lugu dengan rambut kepang dua itu. "Pelan-pelan," tambah Canada.
"Huft, lega! Thanks, ya, Can." Kahiyang mengembalikan botol dengan isi yang sudah kosong total ke Canada. "Sorry gue habisin." Kahiyang meringis kecil.
Canada tersenyum maklum. Dia menerima uluran botol dari Kahiyang dan menyimpannya ke sisi kanan tas. "Santai, lagipula di kantin air minum ada banyak, kok. Jadi, aku nanti bisa beli lagi."Kalau Kahiyang cowok, mungkin Canada ini sudah ia pacarin. Canada ini the real green flag yang sebenarnya. "Cewek modelan kaya lo tuh pasti udah punya pacar, ya, Can?"
Baru saja Canada ingin menjawab, bahunya sudah dirangkul oleh Galuh. "Mana boleh bocil ini pacaran sama nyokap bokapnya? Bisa-bisa dia kena omel 7 hari 7 malam kalo ketahuan pacaran," jawab Galuh.
"Lo strict parents?"
Canada mengangguk lesu mendengar pertanyaan Kahiyang. Orang tuanya selalu membatasi apapun yang ia lakukan. Semuanya harus sesuai dengan apa yang orang tua Canada mau. "Gimana, ya, cara biar bisa bebas kaya kalian? Capek," keluh Canada terdengar lelah.
Kahiyang merangkul Canada erat-erat, memberikan energi semangat ke dalam jiwa manusia yang sedang ditekan oleh batinnya. "Suatu saat nanti, lo bakal ngerasain fase bebas, fase leluasa, dan fase lega. Memang, sebelum sampai di fase itu, lo harus ngelewatin fase-fase tersedih, terlelah, dan ter-menyebalkan. Anggap aja kalo ini salah satu rintangan buat dapatin door prize kebahagiaan."
"Nah! Setuju gue sama Kahiyang. Gak mungkin dong Tuhan langsung ngasih kebahagiaan itu tanpa adanya sebuah usaha dari hamba-Nya?" tambah Ema.
Galuh mengangguk cepat menyetujui perkataan itu. Dia menarik Ema yang sedang duduk di bangku untuk berdiri di sampingnya. "Gue, Ema, sama Kahiyang udah nganggep lo kaya adek kita sendiri, Can. Gue jadi keinget perjuangan kita buat bisa ajak lo deket kaya gini."
"Perjuangan gimana maksudnya, Gal?" Kahiyang bertanya dengan bingungnya.
Galuh menepuk kening dan mengaduh pelan. "Astaga, gue lupa kalo lo murid baru. Gue ceritain aja, ya, biar gak ada rahasia-rahasiaan. Sebenernya, dulu mau deketin Canada itu susahnya kebangetan. Soalnya si Can—"
"Selamat pagi semuanya. Di mohon untuk segera berada di tempat duduk masing-masing daripada saya suruh angkat kaki dan pergi di mata pelajaran saya!"
Mata mereka ber-empat melotot tidak percaya atas kedatangan Bu Dayu yang terkesan tiba-tiba. "Anjing Bu Dayu!" pekik Ema langsung berlari ke arah bangku miliknya. Bisa gosong muka dirinya nanti jika harus bersanding dengan matahari di lapangan tengah.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIAR [REVISI]
Подростковая литератураPART MASIH LENGKAP _________________________________________ ⚠️ BANYAK KATA UMPATAN⚠️ Surat kematian Kaniya menjadi pukulan berat tersendiri dikehidupan Kahiyang. Dia merasa janggal akan kematian Kakaknya itu. Terlebih, Kaniya-Kakak Kahiyang ditemu...