"I'm not going anywhere"
"no you're not. kamu pergi sam"
"Luna.."
"you're lying"
"I know"
"why you always lying?"
"sorry.."
"bad liar"
"Indeed"
Aku membiarkan Luna untuk benar-benar menangis di pundakku. Aku tahu dia pasti sangat lelah. Jujur memang salah ku karena menjauh. aku salah dam hal itu. dan aku cukup paham akan kesalahan itu.Aku sangat tahu benar, kenapa aku memutus kontak dengan siapapun yang terlibat dengan luna.
sejujurnya, Itu hanya karena aku tidak ingin menjadi bebannya lagi. Sudah begitu paham untukku pribadi. Aku tau bahwa perasaannya padaku itu adalah salah satu penghambat dia untuk jadi sosok yang lebih baik lagi.
Oleh karena itu, kubiarkan Luna untuk terbang tinggi dengan segala mimpi dan pencapaian-pencapaian tertinggi nya sekarang. Pencapaian yang dulunya hanya pernah ia impikan ketika aku dan dia masih di umur 7.
"How's life lun?"
"bad. always bad"
"why?"
" cuz you not there with me"
"silly.."
"tai"
"haha"
Dapat kulihat tangisnya mulai reda. Sekarang hanya beberapa sesegukan kecil yang membuat luna susah bicara. Tak apa, jika ia sibuk menangis maka tugasku sibuk menenangkan nya. sudah begitu fungsi sahabat seharusnya kan?.
"Aries baik ga?"
"hm?"
"as your partner"
"baik"
"lagu kalian bagus bagus, gw suka."
"makasih"
"gw suka suara lo, gw suka dengerin lirik lirik nya. Dan menurut gw kalian cocok"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga terakhir
Fanfictionkalau semua meninggalkan aku, apa aku juga boleh tinggal kan diriku sendiri?