Pagi yang cerah menyinari halaman rumah Ara, di mana tanaman-tanaman bunga begitu indahnya menghiasi sekelilingnya. Ara dengan penuh semangat menyiram tanaman-tanaman tersebut, menikmati keindahan pagi yang masih segar. Angin sepoi-sepoi melambai, membuat momen tersebut semakin nyaman.
Namun, keindahan pagi itu tiba-tiba terganggu oleh rasa sakit yang menusuk perutnya, mengirimkan getaran yang tak terduga.
"Auw," rintih Ara, tubuhnya yang semula berdiri kini terhuyung dan akhirnya terduduk di tanah, memegang perut yang sakit.
"Veraa!" Teriakan itu memecah keheningan dapur, di mana Vera tengah sibuk merinci sayuran untuk persiapan makan pagi. Mendengar teriakan sahabatnya, Vera langsung meninggalkan segala urusannya dan berlari ke halaman rumah.
"Ara, kau kenapa?" tanya Vera dengan ekspresi khawatir ketika melihat keadaan sahabatnya yang terlihat kesakitan.
"Perutku sangat sakit," ucap Ara dengan rintihan kesakitan.
Vera, yang melihat basah di bagian bawah pakaian Ara, segera menyadari bahwa situasinya sangat serius. "Ara, ketubanmu pecah."
Sementara rasa sakit masih menyiksa tubuh Ara, Vera dengan sigap memesan taksi untuk membawa mereka segera ke rumah sakit.
"Tunggu di sini, Ara. Kita akan segera ke rumah sakit. Aku sudah memesan taksi," kata Vera, bergegas masuk ke rumah untuk mengambil barang-barang yang diperlukan.
Situasi yang tenang dan indah tadi berubah menjadi momen yang mendebarkan, di mana ketidakpastian dan kekhawatiran mulai menguasai pagi yang cerah itu.
🍁🍁🍁
Persalinan Ara, yang diprediksi akan terjadi pada akhir pekan, ternyata datang lebih cepat dari perkiraan.
Suasana di dalam taksi terasa hening, hanya terganggu oleh rintihan kesakitan Ara yang semakin intens.
Vera, duduk di sampingnya, mencoba memberikan dukungan dengan penuh perhatian. "Bertahanlah, Ara. Kita akan segera sampai ke rumah sakit. Semua akan baik-baik saja," ucap Vera dengan nada lembut, berusaha menenangkan sahabatnya yang merintih kesakitan.
Sementara itu, Aksa, yang sedang tengah asyik dalam rapat bisnis di kota yang sama, mendapatkan panggilan mendesak dari Vera. Tanpa ragu, dia langsung menghentikan rapat dan dengan tergesa-gesa menuju rumah sakit tempat Ara akan melahirkan.
Di ruang persalinan yang terang benderang dengan dinding putih bersih, suasana penuh ketegangan memenuhi udara. Ara, dengan pembukaan yang telah mencapai 5, berjuang menahan rasa sakit, sambil menunggu dengan harap-harap cemas kehadiran Aksa yang belum kunjung tiba. Rintihan kesakitan terus mengisi ruangan, menciptakan ketegangan yang dirasakan oleh semua orang di dalamnya.
Ketika Aksa melangkah masuk ke pintu rumah sakit, langkahnya cepat dan penuh ketegangan. Penciumannya kini dipenuhi aroma antiseptik yang khas. Langsung ia menuju ke ruangan tempat Ara berada, hatinya berdebar tidak karuan. Meskipun terlambat sedikit, Aksa berharap dapat memberikan dukungan maksimal untuk wanitanya.
Dengan lembut, Aksa mendekati Ara yang sedang berjuang dengan rasa sakit. Meskipun terlihat lelah, Ara tersenyum kecil ketika melihat Aksa. "Aksa," bisiknya pelan.
"Demi Tuhan, maafkan aku yang terlambat," kata Aksa dengan suara yang penuh penyesalan, sambil mencium kening Ara dengan lembut.
Ara hanya membalasnya dengan senyuman lembut. Meskipun kata-kata tak bisa diungkapkannya, namun kehadiran Aksa sudah cukup memberikan ketenangan pada saat-saat genting ini. Aksa, di samping tempat tidur Ara, terus memberikan dukungan. Ia memijat lembut punggung Ara, berusaha meredakan rasa sakit yang tak tertahankan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [END]
Romance[A ROMANCE STORY] "A-aku ke sini ingin memberitahumu jika saat ini aku sedang hamil. Dan sekarang kita akan memiliki anak seperti impianmu dulu. Kau pasti bahagia bukan?" "Kau yakin itu anakku?" "Maksudmu?" "Waahhh, hubungan kalian sudah sejauh itu...