Suatu ketika di bulan April tahun 2020,
Sudah pukul 08:30 tapi Robot belum datang juga. Padahal sudah berulang kali Pak Ridy menegurnya agar disiplin. Tapi rupanya apa yang ia bicarakan pada Robot, tidak berguna sama sekali.
Di jalan yang ramai, Robot dengan kuda besinya melaju kencang. Menerjang lautan roda yang berbaris memenuhi jalan. Tentu saja jarak antara kampungnya dengan SMAN 1 Anyer tidak begitu jauh, dan yang membuat Robot selalu telat adalah karena dirinya seorang yang disiplin bangun siang.
Ya, sudah bisa ditebak saat ia tiba di kelas, Pak Ridy langsung menghukumnya untuk hormat pada bendera merah putih di tengah lapangan yang panas. Hanya ia satu-satunya yang dihukum, dan selalu dirinya.
Sudah bukan pemandangan yang aneh bagi siswa siswi melihat seseorang berdiri tegap dengan postur tubuh yang idealis di tengah lapangan. Siapa lagi jika bukan Robot?
Ada yang senang melihat wajah Robot yang dingin, ada juga yang benci karena ketidakdisiplinannya.
Saat waktu istirahat tiba, Robot belum diperbolehkan menurunkan lengannya dari kepala hingga pelajaran selanjutnya dimulai. Dia sangat cuek dengan tatapan dari banyak orang.
Bahkan ada pula yang memanfaatkan momen tersebut untuk memandangi wajah seorang Robot yang menggelora. Sayangnya, tidak banyak yang berhasil meraihnya. Karena seorang Robot bukanlah seorang pemain wanita. Tapi masih saja ada beberapa orang yang menganggap Robot adalah pemain wanita.
Sesungguhnya dia adalah pria yang setia meskipun julukannya di sekolah adalah Robot, preman sekolah, berandalan yang ganas. Robot, sih, masa bodo dengan semua itu. Toh, sejatinya manusia hanya bisa menilai dari apa yang ia lihat saja. Padahal seseorang itu belum pernah mengobrol panjang dengan Robot.
"Dia siapa?" tanya gadis bermata biru dengan rambut yang tergerai cantik.
"Namanya Marva Lazuardi Arken, tapi orang-orang biasa manggil dia Robot," jawab gadis berambut pendek di sebelahnya.
"Kenapa dia dihukum?" tanya gadis bermata biru lagi.
"Dia sering dihukum. Tapi terlalu banyak hukuman yang dia terima. Entah itu telat datang sekolah, berkelahi, dan masih banyak lagi. Sekarang mungkin karena telat," jawab gadis berambut pendek itu.
Gadis bermata biru itu sepertinya penasaran dengan sosok Robot. Mungkin karena ia adalah murid baru di SMA 1 Anyer. Gadis asal Jakarta yang diketahui bernama Eunola Robin Heksalysta atau lebih sering dipanggil Lista.
Gadis berambut pendek di sebelahnya adalah Ruby Hanamia, sepupu Lista, asli orang Anyer.
Sembari melewati lapangan, hendak menuju kantin, Lista beberapa kali melemparkan pertanyaan pada Ruby tentang orang-orang di sekolah itu.
"Ada Angin, dia cowok yang jadi musuh bebuyutan Robot. Dua cowok itu nggak bisa kalau saling tatap atau cuma sekedar ketemu lewat, pasti berantem, tanpa alasan," terang Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionMarva Lazuardi Arken harus menghadapi kehidupan yang pahit semasa hidupnya. Ditambah lagi saat seorang Eunola Robin Heksalysta hadir di hari-harinya. Perjalanan Marva bertambah semakin sulit dan rumit tatkala ia harus menyelesaikan urusan keluargany...