Sejak hari itu, Lista semakin tergila-gila pada Robot yang membuatnya selalu mendekati lelaki yang ia anggap malaikat. Robot juga sudah bisa menerima kehadiran Lista pada hari-harinya.
Untuk sementara, tidak ada yang janggal dengan pendekatan mereka. Lista merasa baik-baik saja. Bahkan ia selalu merasa nyaman dengan Robot meski dirinya hanya dibawa ke warung makan pinggir jalan, angkringan biasa, dan rumah usang itu. Tempat paling spesial keduanya adalah bibir pantai. Robot selalu membawa Lista ke bibir pantai setiap sore menjelang malam hanya untuk melihat keindahan senja yang meredup.
Keduanya belum sama-sama terbuka mengenai diri sendiri. Lista yang bungkam tentang keluarganya, dan Robot yang membisu tentang kehidupannya. Karena mereka tahu bahwa apa yang disembunyikannya sekarang akan terkuak seiring waktu berjalan.
"Aku dengar kamu bakal pergi dari kota ini setelah lulus sekolah, itu bener?" tanya Lista saat kepalanya bersandar pada pundak Robot.
Keduanya sedang berdiri di pagar pembatas yang menghadap langsung ke pantai dan kaki langit. Berada di sebuah lokasi bernama Pantai Karang Bolong, Anyer. Tempatnya sedang sunyi, dan ini adalah tempat favorit mereka.
Di sana lah mereka menghabiskan waktu, hingga senja dilahap habis oleh kegelapan.
"Aku punya cita-cita untuk mati di Banda Neira. Jadi, pasti aku akan keluar dari kota ini. Bersembunyi sendirian, menghindari orang-orang yang berusaha menyakitiku," jawab Robot sambil mengelus rambut Lista.
"Aku boleh ikut?"
"Ikut mati?"
"Iya. Denganmu, apa pun itu, aku setujui. Meski mati bersama sekalipun," ungkap Lista.
"Aku juga sudah bosan hidup. Aku sudah lelah menjalani hari-hari yang menyebalkan. Tapi dengan adanya kamu, aku jadi semakin kuat. Aku selalu bersemangat. Entah karena apa, aku juga nggak paham. Padahal kamu nggak bertindak banyak buat bikin aku terpikat, tapi aku sudah merasa terikat," ucap Lista sembari menggenggam erat tangan Robot.
Robot tak membalas. Ia hanya diam memandangi langit kemerahan di sudut pantai. Disusul pandangan Lista yang juga menikmati memudarnya warna langit di ujung sana.
"Ken, apa kita mau seperti ini saja?"
🤖
Robot menjelma palsu, ia lelah seperti ini. Membohongi perasaannya sendiri. Menyembunyikannya dari Lista yang telah berharap banyak pada keputusannya.
Tapi untuk saat ini ia tidak memikirkan apa pun tentang Lista. Karena fokusnya saat ini adalah, bagaimana ia mendapatkan uang lebih banyak agar ia bisa mewujudkan cita-citanya untuk mati di Banda Neira.
Ujian sekolah dan liburannya sebentar lagi akan dimulai, sedangkan Robot masih mengirim paket dengan Deanggra, sorenya jualan kopi di pinggir pantai, dan malamnya balap liar. Jika hanya mengandalkan ketiga itu, Robot tidak akan bisa mengumpulkan lebih banyak.
Robot pun menemui seorang kenalannya yang bernama Nita Utari. Teman yang berprofesi sebagai seorang penulis yang telah menerbitkan dua buku terkenal berjudul "Touch Your Heart" dan "Alara Bianchi".
"Assalamualaikum," salam Robot mengetuk pintu rumah Nita.
Di dalam sana terdengar jawaban salam, suara langkah kaki semakin mendekat, lantas membuka pintu. Terlihat gadis keturunan minang menyambutnya begitu ramah.
Seperti kebanyakan teman lama, Robot dan Nita mengobrol hal-hal masa lalu tatkala mereka berada di SMP yang sama.
Selain itu, Nita juga memberitahu tentang caranya menerbitkan buku. Robot ditantang untuk menjadi aktif di sosial medianya, menulis setiap hari, dan Nita akan mengabulkan apa yang diinginkannya. Nita berjanji akan membantu Robot menerbitkan buku pertamanya.
Terlalu banyak yang mereka bicarakan hingga tak bisa disampaikan dengan tulisan penuh dialog. Robot pun pamit undur diri, berterimakasih dan pergi.
"Tidak perlu banyak teman, cukup beberapa saja. Karena yang penting dari pertemanan adalah saling mendukung; bukan menjatuhkan. Bukan menyesatkan; tapi membenarkan. Bukan berarti teman yang mengajakmu tertawa adalah yang terbaik. Justru, teman terbaik yang kamu miliki adalah seseorang yang berada di sampingmu ketika kamu terpuruk." —Marva Lazuardi Arken.
Setelah Robot mengunjungi kediaman Nita, ia bergegas menuju pantai Goa Langir di Sawarna. Selain makam dari keluarga sultan Maulana Hasanudin, dan Suku Baduy, pantai juga menjadi ciri khas Banten.
Di Goa Langir, Robot menikmati kesendiriannya di antara bebatuan di pinggir pantai. Memikirkan banyak hal, termasuk Lista.
🤖
Di Anyer hujan sedang mengguyur, cahaya senja yang setiap hari berwarna, kini hanya abu-abu tak bermakna. Sedangkan Lista sudah berharap pada langit, di tempat favorit.
Ruby yang tidak suka diajak pergi ke sana kemari hanya bermain game sedari tadi. Ia tidak tahu alasan Lista mengajaknya ke tempat biasa Lista dan Robot berdua.
"Ru," panggil Lista.
"Hm," balasnya.
"Bisa bantu aku?"
"Bantu apa?" tanya Ruby masih fokus pada gamenya.
"Bantu aku supaya bisa pacaran sama Robot."
Sontak, Ruby terkejut mendengar jawabannya. Tangannya refleks menjatuhkan gadgetnya. Ia lalu menghampiri Lista dan sama-sama berpegang pada pagar pembatas tempat mereka berteduh. Menikmati hujan yang langsung turun ke laut.
"Kamu nggak bercanda, Lis?" tanya Ruby.
"Aku serius!"
"Kamu tau, kan, itu hal yang mustahil?"
"Mustahil bagi kamu dan orang lain, tapi nggak bagi aku. Aku berhasil naik ke motornya, aku berhasil chattan panjang sama dia, aku membuktikan apa yang menjadi kemustahilan bagi orang lain mendapatkan hal-hal itu dari Robot. Dia juga pasti suka sama aku, aku yakin itu, Ru."
"Bukan itu yang bikin aku khawatir, Lis. Tapi, keluargamu! Gimana kalau mereka tahu kamu pacaran untuk yang kedua kalinya? Yang udah aja, ditendang ke penjara cuma karena ketahuan main. Dan, kamu cerita, cowok yang waktu itu sama kamu, cowok yang punya segalanya. Gimana nasibnya kalau kamu ketahuan sama Robot yang nggak punya apa-apa?"
Lista terdiam untuk beberapa menit. Apa yang Lista katakan itu benar. Lelaki yang sempat bersamanya berakhir di penjara atas tuduhan pelecehan, padahal lelaki itu adalah lelaki baik dan Lista mencintainya.
Saat mengingat apa yang telah terjadi pada hubungannya di masa lalu, pikiran Lista jadi terbelah.
"Iya, Ru. Aku jadi bingung sekarang. Aku suka sama Robot. Tapi di sisi lain, aku nggak mau Robot kenapa-kenapa gara-gara aku. Ahhh, aku harus gimana?!"
"Satu-satunya solusi, kamu harus lupain apa yang kamu mau dari Robot. Itu kalau kamu nggak mau Robot kenapa-kenapa. Tapi kalau kamu mau menanggung risiko, silakan. Aku sebagai sepupu dan sahabat kamu, nggak melarang kamu buat mencintai seseorang, Lis."
Lista memeluk Ruby. Menangisi nasibnya yang terlahir di keluarga yang mengekang kehidupannya. Seorang ayah yang harusnya menjadi lelaki pertama yang mencintai juga dicintai olehnya, malah menjadi lelaki yang membuatnya mengenal rasa benci.
Percuma menjadi anak dari seorang pengusaha sukses kalau uang sebanyak apa pun tidak dapat membeli kebebasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionMarva Lazuardi Arken harus menghadapi kehidupan yang pahit semasa hidupnya. Ditambah lagi saat seorang Eunola Robin Heksalysta hadir di hari-harinya. Perjalanan Marva bertambah semakin sulit dan rumit tatkala ia harus menyelesaikan urusan keluargany...