[07]

28 8 7
                                    


✧ ✧ ✧

[Dalam dunia yang hancur ini, tubuhku perlahan berubah menjadi sesuatu yang tidak lagi kukenal.]

Dari suara bip yang jedanya selalu serupa, juga pada aroma yang menyiksa hidung, mudah menebak tempat tersebut. Rumah sakit. Sayang, kedua mata terlalu berat untuk dibuka, pula jemari terlalu kaku untuk bergerak. Tiada yang dapat tubuh ini lakukan, selain mendengar dengan saksama.

"... darah?"

"Stabilitas ...."

"... batang otak ...?"

"... donor ...."

Ragam suara berlalu-lalang cepat menimpa satu dan yang lain, mengalir dari satu telinga keluar telinga seberang. Entah karena pekerjaannya yang payah atau karena kesadaranku yang muncul dan tenggelam. Tubuh yang tidak dapat digerakan, bau rumah sakit, juga kesadaran yang datang lalu hilang dalam selang waktu yang entah berapa lama, apa hidupku sudah pada ujung waktu?

Suara langkah kaki menjadi lagu yang mengisi pikiran penuh racauan. Dari setiap Tak lalu Tok, aku menghitung. Tepat pada angka 23 langkah itu berhenti, atau kesadaranku yang justru tertarik. Dalam detik terakhir itu sebuah kalimat menggapai telinga, lebih jelas dan lebih dekat dibanding sebelumnya.

"Baik, kita mulai penyambungan pertama."


[Dalam takdir menyedihkan yang dipermainkan oleh Seseorang, hidup ini berubah.]

Aku ingin berteriak.

SAKIT!

Lalu meronta.

HENTIKAN!

Juga membuka mata.

LEPASKAN AKU!

Dari sentuhan dingin pertama yang menyentuh kulit hingga detik ini, tiada perasaan lain yang mendominasi selain, sakit. Dalam tubuh yang setengah mati ini aku sepenuhnya sadar. Dalam mata yang terpejam, tubuh yang kaku, juga napas yang teratur itu kesadaranku merekam setiap penyiksaan ini. Kulit yang tersayat, otot yang dirobek, tulang yang digergaji lalu dipelintir, saraf-saraf yang diuji kepekaannya, pula ragam siksaan lain yang mungkin dilakukan di meja operasi.

Setiap jaringan tubuhku yang disulam dengan benda asing, pula pada setiap darah yang kini mengalir bersama chip canggih yang kecepatannya melebihi saraf mengantarkan rangsangan, terekam dengan jelas rasanya dalam kepala. Jantung kini tidak berdetak sendirian, ada benda asing yang bergerak berdampingan bersama jantung. Pita suaraku dirobek dan diganti dengan sesuatu yang lebih kasar untuk digunakan. Kedua mata pun ditarik keluar dari tempatnya berada, menjadi sesuatu yang mereka percaya melebihi kemampuan manusia.

Dan satu per satu yang dulu adalah milikku dari sejak lahir telah direnggut selamanya dariku.


[Tidak lagi menatap dunia, seindah dua mata yang lalu.]

"Manusia pertama yang berdetak dari inti droid!"

Itu adalah kalimat milik seseorang yang selalu menemani saat orang-orang ini melucuti seluruh tubuhku. Berteriak penuh sukacita, seakan sedang mengagumi sebuah mahakarya. 

"Bangunlah, Vias."

Aku membuka mata pada perintah itu, seakan kendali akan tubuh sudah sepenuhnya direnggut dariku. Dari pandangan yang detik awal mengabur lalu berubah fokus dalam kecepatan menakutkan itu aku menangkap seseorang. Kedua matanya tidak lagi berwarna cokelat seperti yang kuingat dulu, berganti menjadi kaca bening yang warnanya dapat berubah-ubah. Rambut panjang bergelombang itu kini dipangkas habis meninggalkan tempurung kepala yang setengah  adalah ragam besi yang disulam ke dalam kepala. Tubuh bagian kiri telah sepenuhnya berubah menjadi milik robot, bukan tubuhku yang lama.


[Pada masa sebelum masa depan menyapa, siapa lagi yang dapat mengingatku.]

Seberapa pun mereka berusaha untuk mengubah tubuh ini, isinya tetaplah seorang manusia. Emosi yang bergejolak adalah yang pertama kali merebut kendali tubuh yang kini terlihat asing. Kekuatan yang mengalir adalah sesuatu yang bukan milik manusia.

Aku menarik kedua tangan yang terikat oleh besi kuat dengan sekali usaha. Teriakan juga kepanikan mengisi telinga, tetapi apa peduliku. Dengan tubuh menjijikan ini aku telah seutuhnya berubah menjadi monster. Itu, mengapa ...

Tolong ...

JANGAN LIHAT AKU!

✧ ✧ ✧

"AKH!"

Seorang wanita terlonjak dari tidur singkatnya. Rambut pixie cut yang terlampau pendek pada bagian kiri itu basah oleh peluh. Tidak hanya karena memori menyeramkan yang mengisi kepala, juga panjangnya perjalanan jatuh. Sungguh, keberuntungan atau kebodohan, bahwa tubuh itu menyimpan sebuah roket. Sehingga tepat sebelum ia mencium tanah, pengendalian otomatis demi penyelamatan bekerja otomatis.

Membawa wanita itu menyentuh ujung lubang dengan nyaman.

"Astaga hanya mimpi." Masa lalu lebih tepat.

Belum sempat mencerna kekacauan dalam kepala, sebuah hologram asing muncul di depan mata.

"Menyimpan rekaman memori."

"Hah? Apa-apaan ini?"

Lalu dari hologram tembus pandang itu muncul log terakhir pada baris ketujuh, dengan sebuah nama juga tanggal.

Vias, Februari 07

✧ ✧ ✧

Tema cerita: songfic Unravel (Ado cover)

Baca juga cerita [01] untuk dapat menikmati kisah ini.

Baca juga cerita [01] untuk dapat menikmati kisah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To the Edge of the Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang