[09]

16 6 0
                                    


✧ ✧ ✧

Ada masa kala manusia hanya menginginkan ketenangan. Mungkin karena angka yang terlalu besar menempel di punggung. Atau mungkin akibat dunia yang terlampau berisik dengan dramanya.

TING!

Adalah sebuah lagu indah di telinga Danny, yang kemudian menariknya pada pojok dapur demi mengintip kue-kue yang baru saja selesai dipanggang. Dalam rumah kecil yang terimpit toko-toko raksasa, di sanalah toko kuenya menetap.

Tidak pada tempatnya, kata orang yang berlalu.

Sangat unik, kata wanita-wanita yang senang mencari spot bagus demi kehidupan digital mereka.

Lalu, tidak tahu diri, kalau kata kebanyakan yang lain.

Sayangnya Danny, sudah terlalu lelah meladeni semua suara itu. Sehingga kalimatnya berlalu bagai angin bising. Berisik, tetapi tidak mengganggu.

Sambil membiarkan croissants dingin dengan sendirinya di suhu ruangan, pria itu sudah siap menghias ragam donat yang masih polos.

Sudah setengah batch donat rasa tiramisu terhias dengan cokelat leleh yang bertabur bubuk kopi, saat sebuah suara memenuhi ruangan kecil penuh akan aroma.

"DAAAAAANNNNNNYYYYY!" Teriakan seorang gadis kecil itu benar-benar mampu memecah gendang telinga.

"Aw! Jian!" Pukulan keras tepat di kepala adalah yang gadis itu terima dari bocah lelaki yang wajahnya benar-benar jiplakan dari sang gadis.

Kedua kembar ini adalah pelanggan setia Danny, ibunya lebih tepat. Namun, bocah kecil ini lebih suka memilih sendiri dibanding dilarang-larang oleh ibu mereka.

"Halo. Lana, Jian," sapa Danny pada dua bocah berumur sebelas itu.

"Setengah lusin donat, Danny." Begitu pinta bocah lelaki bernama Jian.

Gadis bernama Lana menjadi yang pertama memilih rasa. "Dua tiramisu-eh! Tiga tiramisu-"

"Satu almond,"

"Hm, udah berapa itu, Jian?"

Bocah lelaki bebalas dengan tatapan kesal, tetapi menunjukkan empat jarinya kepada adik kembar.

"Dua lagi," balas Danny dengan senyuman.

"Satu mamah, satu papah." Lana mengangguk dengan semangat lalu fokus pada varian rasa yang tersedia.

"Mamah tiramisu-"

"Oh, berarti aku satu lagi! Stroberi!" Sambil mengangguk senang Danny kembali mengambil satu donat merah muda ke dalam kotak.

"Papah ... Hm. Matcha?" tanya Jian tidak yakin.

"Ugh! Ya, yang pahit itu."

Lalu donat terakhir masuk ke dalam kotak bungkus khusus. Pria itu kemudian beranjak ke meja kasir, dan layaknya anak yang dapat diandalkan Jian sudah menyiapkan kartu pembayaran. Satu setuhan, lalu pembayaran berhasil.

"Kenapa gantungan kunci itu dipasang di sana Danny?" Lana menunjuk tepat pada bagian dada pria, di mana kelinci dengan hiasan menyerupai gantungan kunci menetap.

"Ini bukan gantungan kunci, Lana." Sedikit malu dengan desain yang ia pilih, hingga badge penanda tokonya itu lebih mirip gantungan kunci dibanding tanda pengenal.

"Jangan pakai rantai, terlihat seperti gantungan kunci." Kini Jian ikut memberi kritik.

Sekali lagi pria itu tunduk oleh malu, sambil berusaha keras menjelaskan. "Itu bukan rantai melainkan ayunan."

"Ayunan yang aneh." Jian pun ikut mengangguk setuju pada kalimat yang dibagi Lana.

Tidak lagi ingin dipermalukan dengan desainnya yang terlihat aneh di mata anak kecil, Danny segera menyerahkan bungkus donat yang telah terbungkus rapi, beserta bukti pembayaran.

"Ini donatnya. Itu lihat kalian sudah ditunggu," tunjuk Danny pada wanita rupawan yang mengintip di balik jendela tembus pandang.

Jian dan Lana seketika mengerutkan kening, lalu mengambil pesanan mereka.

"Sampai jumpa lagi, Danny." Lana yang ceria melambai penuh antusias, diikuti anggukan cepat dari Jian, juga anggukan penuh hormat dari sang ibu.

Sungguh, kembar yang berlawanan. Mungkin butuh seminggu lagi sebelum Danny dapat bertemu dengan kembar itu. Memang terkadang kelakuan keduanya menbuat dirinya khawatir, tetapi sosok mereka selalu paling dirindukan.

Satu jendela pemberitahuan muncul di komputer kasir miliknya.

"Simpan cerita sekarang?"

Sayang, Danny membaca sekilas dan langsung menekan Ya, mengira pertanyaan lain untuk menyimpan transaksi terakhir dalam sistem. Tidak sedikit pun curiga pada pertanyaan yang membuat namanya tersimpan dalam sebuah rekaman asing.

Belum seminggu berlalu setelah bocah kembar mengunjungi toko miliknya, dunia yang ia kenal kemudian terputar balik.

Danny, Februari 09

✧ ✧ ✧

Tema cerita: makanan/minuman kesukaan dengan tokoh utama kebalikan dari gender penulis.

Baca juga ceritaku yg berjudul Spoon of Tears untuk menikmati kisahnya lebih lanjut.

Baca juga ceritaku yg berjudul Spoon of Tears untuk menikmati kisahnya lebih lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To the Edge of the Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang