[25]

11 6 0
                                    


✧ ✧ ✧

Setelah berenang di luasnya langit, seorang bocah lelaki yang kedua tangan tidak lepas dari bulu elang raksasa kini menangkap sebuah kota yang menetap di langit. Bukan berarti kota tersebut berada di atas sana karena tanah yang menjulang tinggi. Tidak, ia benar-benar mengambang di atas langit dengan nyaman, tidak terlihat akan jatuh barang sedetik pun.

Lebih membingungkan lagi ketika bentuknya terbalik.

Alat-alat asing memenuhi setengah bagian atas, mengeluarkan asap ragam warna juga serbuk-serbuk hitam. Sedangkan bangunan megah, unik dan berkilau berada tepat pada bagian setengah ke bawah. Seakan di sana adalah tempat wajar bagi bangunan dibuat. Tidak tahu pula bagaimana pengghuninya menginjakkan kaki dengan tempat tinggal seperti itu.

Elang raksasa yang selama ini menemani perjalanan bocah kecil kini berputar sekali mengelilingi kota asing. Dari asap macam warna yang keluar dari mesin-mesin asing itu cukup menandakan kehidupan yang sibuk. Sayangnya, tidak ada satu pun yang bergerak di tempat itu.

Burung besar terbang mendekat membiarkan sang bocah menggapai bangunan-bangunan licin yang hanya terbentuk dari kaca dengan desain membosankan, kotak dan ragam bentuk bersudut. Dalam jarak sedekat ini, tetap saja tidak ada jiwa yang tertangkap kedua mata. Seakan sebuah kota dibiarkan di tempat ini seorang diri tanpa penghuni.

Siapa yang menyangka kota tersebut lebih luas dibanding yang terlihat dari jauh. Isinya pun begitu penuh. Bangunan, bangunan, jembatan, jalanan besar, jalur terbang, lalu yang aneh adalah sebuah danau. Kubangan raksasa yang terisi air itu berada di sana tanpa airnya tumpah setetes pun. Benar-benar menunjukkan ada sesuatu yang selama ini menahan ragam benda agar tidak tertarik ke permukaan dunia.

Lalu sebuah warna asing tertangkap mata sang bocah lelaki. Ia memberi isyarat agar mengarahkan terbang sang elang menuju satu tujuan. Semakin dekat, semakin terlihat.

Bahwa itu adalah sebuah gelembung besar.

Dari semua bentuk yang memiliki sudut tajam, hanya satu ini yang memiliki bentuk bulat mulus. Namun, gelembung sebesar elang raksasa pun adalah sebuah keanehan tersendiri. Elang besar mempertahankan posisi dekat dengan gelembung pudar yang tidak terlihat apa yang ada di dalamnya.

Terdorong rasa penasaran sang bocah menyentuh permukaan gelembung. Hanya sedetik, lalu permukaan yang berwarna abu kebiruan itu berubah saat itu juga menjadi hijau daun. Sebagai hewan yang melihat warna, perubahan ekstrem itu membuat elang besar terkejut.

Dalam kecepatan menakutkan ia mengambil jarak.

Beruntung instingnya bekerja, sebab gelembung besar kemudian berubah-ubah bentuk, menjadi tidak karuan. Hingga akhirnya satu tetes besar keluar darinya, membentuk gelembung yang lebih kecil, lalu jatuh ke permukaan kota yang terbalik.

Gelembung kecil tidak diam saja, ragam bentuk ia coba, hingga akhirnya siluet yang sangat dikenal menjadi wujud akhirnya.

Itu adalah wujud sang bocah lelaki.

Tubuh kurus, dengan mata hijau dan rambut cokelat. Akurasinya benar-benar menakjubkan.

Gelembung itu bergerak, menarik kepala hingga membalas tatapan bocah yang wujudnya ia tiru, lalu berlari. Tidak perlu berbagi perintah, baik elang maupun sang bocah tidak membiarkan makhluk asing itu pergi.

Dari jalan berliku, lalu lorong dan jalur terbang mereka ikuti. Sang bocah beberapa kali harus menatap tegak lurus untuk menangkap penirunya. Sempat kehilangan arah, karena terlalu lincah, hingga akhirnya elang besar menangkap pergerakan pada bangunan tertinggi di kota itu.

Pada bagian puncak makhluk itu berdiri. Menunggu dengan sabar, seakan tidak pernah merasa terancam dengan pengejarnya.

Ketika jarak hanya terpaut beberapa kepak, bocah tersebut bertanya, "Kau apa?"

Balasannya adalah sebuah jari yang mengarah kembali kepada yang melempar pertanyaan. Tidak paham arti tersebut, akhirnya sang bocah kembali menarik pertanyaan yang lebih penting.

"Bagaimana cara membuka jendela kebenaran?"

Seakan mulut tidak dapat berbicara, balasan lain adalah tangan yang kini mengarah pada dadanya sendiri. Bukan, bila diperhatikan bukan padanya melainkan benda yang seharunya menggantung di sana. Sang bocah dengan cepat menarik pandangan dan menatap benda yang berada tetap di dada.

Kalung bulat dengan ragam perhiasan rumit.

Sesuatu yang ditinggalkan sang ibu sebelum selamanya menutup mata. Alasan mengapa sang bocah menjelajah setengan permukaan dunia, demi mencari yang disebut sebuah kebenaran. Bukan kebenaran yang sebenarnya di cari, melainkan sang ayah yang memiliki tugas menjaga jendela tersebut.

Ia raih kalung emas lalu menyerahkannya pada makhluk yang mencuri wujudnya.

Tepat ketika benda berpindah tangan, saat itu wujudnya berubah. Bulat bagai gelembung asal.

Kalung tersebut kemudian menyatu bersama sebuah alat asing yang berada pada puncak bangunan tertinggi. Setiap bentuk juga sudut rumit itu terpasang sangat cocok, seakan itu adalah tempatnya selama ini.

Setelah beberapa klik sebuah cahaya putih keluar dari alat tersebut, membutakan siapa pun yang menangkapnya.

Penguasa Kunci Kebenaran, Februari 25

✧ ✧ ✧

Tema cerita: New Weird

Bener-bener genre yang baru pertama kali kusentuh, mungkin ga sesuai tapi selamat menikmati.

Bener-bener genre yang baru pertama kali kusentuh, mungkin ga sesuai tapi selamat menikmati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To the Edge of the Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang