••Seteleh kejadian dimana Samuel di pukulin habis-habisan oleh para sepupunya, kini malah justru dia terkena demam.
Badannya yang sangat panas, mata sayu, wajah pucat membuat Samuel terlihat seperti orang sakit parah.
Tapi biar bagaimana pun, tidak menutup kemungkinan jika Samuel harus melakukan aktivitas seperti biasa.
Salah satu nya sekolah.
Tentu saja orang yang dia panggil dengan sebutan Tuan, tidak akan menerima alasan apapun.
Kakinya melangkah pelan menuju ke arah ruang makan yang dekat dengan kamarnya, memang letak kamarnya berada di bawah di antara para pembantu.
Saat ingin mendudukan diri di kursi neneknya berteriak kepada nya.
"Mau ngapain?" Ucap Nurmana Ibu dari Devano dan kedua anaknya.
"Makan," Ucap sopan Samuel masih berdiri.
"Enak saja makan di bawah," Balas sinis Nurmana menatap benci kepada anak di depannya, gara-gara anak itu hidup anak yang selalu dia manja menderita.
"Tapi--"
"Tidak ada tapi-tapian, mau makan tidak?? Jika tidak ya sudah bukan urusan saya." Balas acuh Nurmana melanjutkan makanannya yang sempet tertunda tadi.
Sedangkan yang lain acuh dan tidak peduli.
Menghelas nafas pelan, Samuel memilih mengambil piring kosong dan nasi putih. Lalu mengambil lauk yaitu tempe dan mendudukan dirinya di bawa.
Samuel mulai memakan-makanannya pelan, hatinya merasa sakit melihat Papanya sendiri bahkan acuh kepada dirinya tapi anehnya Samuel sudah merasa terbiasa dengan rasa sakit itu.
Selesai memakan-makanannya. Samuel memilih berdiri dari tempat duduk melangkah kakinya ke tempat pencucian piring, dan mencuci piringnya.
Saat ingin melangkah ke arah meja makan, mata terfokus melihat Kakaknya Raffa terlihat menampilkan senyumnya yang tampak tak pernah terlihat.
Sejujurnya Samuel bisa melakukan apapun demi orang yang dia sayang termasuk Kakaknya.
Bahkan rasa sayang kepada Kakaknya lebih besar dari pada rasa sayangnya ke sang Papa.
Karena bagi Samuel, Kakaknya adalah sosok pahlawan yang membuat dia bisa bertahan sampek sekarang.
Tersenyum lebar Samuel melangkah ke arah Papanya berniat untuk salim.
"Mau apa?" Ucap datar Devano tanpa memandang Samuel.
"Ingin pamit Tuan."
"Tidak usah sana pergi," Ucap ingin Devano.
Mendengar Samuel hanya tersenyum lalu bergegas-gegas untuk berangkat ke sekolah.
"Setelah pulang sekolah, datang ke ruangan saya." Ucap Devano pergi dari sana diikuti yang lain.
••
"Berhenti sekolah!" Ucap datar Devano duduk di ruang kerjanya memandang anak di depan nya.
"Maksudnya?" Ucap tak mengerti Samuel sungguh, dia baru pulang sekolah dan sekarang mendengar ucapan tidak masuk akal seperti ini? Terlebih lagi badannya sudah sangat lelah dan sakit semua jangan lupakan dia mengalami demam tadi pagi, dan sudah beberapa kali Samuel mimisan di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patience || Slow Up ||
Short StoryKetika dua rumah yang sama-sama tidak menerima keberadaan seorang pemuda bernama Samuel. Bukan tentang rumah yang berbentuk bangunan. Patience yang artinya kesabaran seorang pemuda yang sedari kecil tinggal dengan neneknya saja lalu tiba-tiba Papany...