Debaran Yang Sama

187 44 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
.
.
.
.
.

Malam ini, Jungkook tak bisa tidur sama sekali. Dia terus terbayang akan wajah Ara dan senyuman gadis itu. Dia sudah merubah posisi beberapa kali, tetap saja ia tak bisa terlelap. Hingga pada akhirnya, Jungkook pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara seseorang sedang bicara dari arah kamar Jiyeon.

"Jiyeon bicara dengan siapa subuh hari begini?" gumam Jungkook.

Dia mendekati daun pintu kamar Jiyeon berniat untuk menguping, tetapi dia tak mendengar dengan jelas apa yang Jiyeon katakan. Hanya gelak tawa samar yang terdengar oleh telinganya. Jungkook menghela napas berat lalu memilih untuk turun ke dapur.

"Jiyeon berbicara sebahagia itu dengan siapa?" batin Jungkook. Anehnya, dia tidak merasa cemburu, melainkan rasa malu dan kecewa yang besar terhadap Jiyeon.

"Astaga!" Jungkook terkejut saat dia terpeleset di lantai yang licin.

Karena tidak fokus dan tanpa persiapan, Jungkook terjatuh menimpa seorang perempuan yang tengah mengepel lantai di dapur. Benar. Dia adalah Ara. Dua pasang mata itu bertaut, mereka sama-sama merasakan dada yang bertalu semakin kencang.

Disaat yang sama, mereka berdua memegangi permukaan dada mereka masing-masing untuk meredam debaran yang dapat disadari oleh satu sama lain. Jungkook mengedipkan kelopak matanya dengan gerakan cepat dan buru-buru menoleh ke lain.

"M-maafkan saya, Tuan. Saya.." ucapan Ara terhenti ketika Jungkook kembali menatap dirinya, membuat sengatan aneh pada tubuhnya kembali terasa. "Saya tidak sengaja. Tapi, bisakah anda.." Ara memejamkan kedua matanya sejenak. "Bangun dari atas tubuh saya?"

Jungkook terkesiap lalu segera bangun dari atas tubuh Ara. Saat Ara hendak bangun, Jungkook mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu. Ara sempat berperang dengan pikirannya sendiri.

"Kalau aku menolak, itu tidak sopan. Tapi kalau aku menerimanya juga bukankah itu pun tidak sopan? Aku harus bagaimana ini?" Aera membatin.

"Kau tidak bersalah, Ara. Jangan minta maaf. Aku yang harusnya minta maaf karena tak hati-hati. Dan sudah kubilang, panggil Jungkook saja," ucap Jungkook memecah keheningan. "Aku bukan majikanmu."

Dengan ragu, Ara menyambut uluran tangan Jungkook. Bokong dan belakang kepalanya memang terasa sakit karena terantuk dengan keras lalu ditimpa oleh beban berat tadi. Tubuhnya yang jauh lebih kecil itu terasa remuk ketika Jungkook menimpanya.

Jungkook menarik tangan Ara dan membantunya untuk berdiri. Dapat ia lihat jika wajah Ara sedikit meringis ketika berusaha untuk berdiri dengan benar. Mereka berdua sama-sama memperhatikan jemari mereka yang saling membelit.

LISTEN TO YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang