Senja Sepanjang Masa

216 49 28
                                    

***
.
.
.
.
.

Ara dan Ibunya sudah tiba di rumah sewa milik Ara. Mereka berdua kemari dengan menaiki taksi, tidak diantar oleh Jungkook karena Eunji menolak. Saat ini, Eunji tengah meneliti tempat tinggal putrinya selama setahun belakangan ini. Karena Ara dan Jungkook tadi terburu-buru pergi ke bandara, mereka tak sempat mengemas barang milik Jungkook yang berada di rumah itu.

"Tuan Jungkook sering datang kemari?" tanya Eunji pada putrinya. Dia sedang melihat ada beberapa sepatu pria di rak sepatu, ada jaket pria juga yang berada di gantungan pakaian dekat laundry, seperti baru dicuci.

Tak hanya itu, terdapat beberapa foto Ara dan Jungkook yang terbingkai maupun di tempel pada pintu lemari pendingin.

"Iya, Bu," jawab Ara dengan jujur.

Eunji memejamkan matanya sejenak setelah dia juga melihat ada dua sikat gigi di dekat wastafel. "Ara, sudah sejauh mana hubungan kalian?"

Ara menelan kasar ludahnya. Seperti dugaannya, reaksi Eunji pasti akan begini. Tapi, dia ingat jika Jungkook mengatakan bahwa sebaiknya Ara jujur saja perihal hubungan mereka pada Eunji.

"Kami berkencan, Bu."

Eunji berbalik lalu menatap Ara dengan binar kecewa pada matanya. "Ara, bukankah Ibu sudah menasihatimu supaya jangan berhubungan dengan Tuan Jungkook? Kenapa kau tidak mau mendengarkanku? Ibu terus berpikir bagaimana caranya supaya kebutuhanmu di sini tercukupi dan bisa membayar uang sewa tempat tinggalmu. Jadi, ini alasanmu tak mau menerima uang dari Ibu lagi? Tuan Jungkook yang membayar sewa rumah dan menghidupimu selama di sini? Apa kau telah menjual dirimu pada Tuan Jungkook? "

"Bu …." Ara memberanikan diri untuk menyuarakan isi hatinya. "Aku dan Jungkook saling mencintai, Bu …."

Eunji menghela napas panjang. "Hidup ini tidak sesederhana dua orang yang saling mencintai, Ara. Kita ini orang miskin sedangkan Tuan Jungkook orang berada. Perbedaan status sosial kalian sangat jauh. Kau pikir di kehidupan nyata akan ada pria kaya raya yang bisa hidup berdampingan dalam waktu yang lama dengan gadis miskin seperti di novel fiksi? Kesetaraan itu penting, kau tahu?! Supaya pencapaian atau cara hidupnya tak melukaimu.”

Ara tak lagi menjawab Ibunya. Dia hanya menunduk sedih, air matanya sudah meleleh tanpa bisa ia tahan lagi.

"Ibu tidak ingin kau merasakan sakit seperti yang pernah Ibu rasakan dulu, Ara. Cukup Ayah dan Ibu yang merasakannya," ujar Eunji lirih.

Ara memberanikan diri untuk mengangkat kepala dan menatap Ibunya. "Setiap aku bertanya tentang Ayah, kau tak pernah memberitahu dengan berbagai alasan. Kau bilang, akan mengatakan padaku jika sudah saatnya nanti. Kapan itu, Bu?"

Eunji duduk di samping Ara lalu menggenggam tangan putrinya itu. Pandangannya tertuju pada luar jendela. Hiruk pikuk ibu kota kembali mengingatkannya pada memori yang telah lama ia kubur dalam-dalam.

"Aku dan Ayahmu juga saling mencintai, Ara. Karena rasa cinta itu, kami memaksa keadaan meski orang tua Ayahmu tak merestui hubungan kami. Ibumu ini hanyalah seorang yatim piatu dan miskin. Aku pikir, semua akan baik-baik saja asalkan kami tetap bersama. Kami menikah diam-diam hingga lahir kakakmu. Tapi, ternyata kehadiran bayi kami tak mengubah hati kakek dan nenekmu. Mereka tetap memisahkan kami. Aku dijauhkan dengan putraku sendiri," ucap Eunji mengingat luka yang telah lama ia simpan sendiri. Ia menyeka air mata yang jatuh membasahi pipinya.

LISTEN TO YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang