Bab 50

100 0 0
                                    

Mobil sport klasik melaju memasuki pekarangan rumah bernuansa ala Eropa.

Pria berparas tampan bak bintang artis korea membuka pintu berjalan menghampiri seorang gadis bermain santai di taman samping rumah, bisa disebut Mansion.

"Selamat sore Nona suster. Kita bertemu lagi." sapa nya berjalan mendekatinya tersenyum ramah sedikit membungkukkan setengah badan nya.

Cup

Mengecup kening bayi dalam gendongan gadis itu. "Kenapa kamu melihatku begitu." kata Juno wajah tampannya tepat berada di bibir mungil Moza yang saat ini menatapnya intens.

"T tidak. A aku aku hanya." kata Moza mencoba cari alasan.

Gengsi dong kalo dia ketahuan curi pandang pada lelaki berusia sepuluh tahun lebih tua darinya.

"Kamu mau." tawar nya tanpa rasa tau malu tubuhnya condong ke depan menatap manik mata gadis di depannya yang nampak gelisah.

Juno menyunggingkan senyuman ia berhasil menggoda Moza hingga membuatnya salah tingkah.

"Bercanda." lanjutnya.

Huff

Helaan nafas lega terdengar cukup keras, ternyata Moza benar benar lega kalau itu hanyalah candaan belaka.

"Tapi semisalnya kamu mau." kata Juno menggantung.

Moza segera menolak nya. "Saya tidak mau, kau lebih pantas jadi."

"Suamimu. Maukah kamu jadi wanitaku seutuhnya." Juno meneruskan perkataan nya.

Sontak membuat gadis yang bekerja sebagai suster muda di rumah sakitnya melotot kaget. Apa baru saja dia sedang dilamar, mana mungkin seorang pria dewasa bisa menyukai gadis yang umurnya terpaut jauh darinya.

"Aku datang kesini untuk bertemu keponakanku. Sekalian ketemu sama kamu, tadi pulang kenapa tidak nungguin aku selesai." ujar Juno berjongkok sambil mengambil alih bayi mungil di gendongan Moza.

'Dih, pd banget. Siapa lo.'

Oppa korea itu tampak lues menggendong bayi yang kata dia keponakannya.

"Hai baby, dimana ibumu. Kenapa kamu bersama tante muda ini." tanya Juno melirik kearah gadis di sampingnya. Tentu saja ingin mendengar jawaban darinya.

"Baby Anandra, paman sedang bertanya." ujar Juno sedikit menekankan kata katanya.

Moza mengarahkan dagu ke arah rumah Diana. "Ada tuh di dalam sama kak Andre, aku dengar liat dia lagi pegang surat."

"Surat." gumam nya. "Surat apa." tanya Juno.

"Tau." mengedakkan bahu. "Surat cinta kali." celetuk Moza asal.

Juno pergi dari sana meninggalkan gadis itu sendiri.

"Hai kau mau kemana." seru nya bukan karena tak ingin ditinggal oleh Juno tapi Ananda ada bersamanya.

"KUA." teriak Juno lantang.

Hah...!

"Untuk apa om kesana. Emangnya siapa yang mau nikah." tanya Moza bergumam pada diri sendiri.

"Kita berdua." sahutnya. "Oh iya. Ini, aku titip baby Andre junior." berbalik menghampiri Moza yang berdiri tak jauh darinya.

Juno melangkahkan kakinya memasuki Mansion Diana. Sesaat ia menghentikan langkahnya melihat David berada di ruang tamu bersama Diana ia tak sengaja mendengar pembicaraan dua orang dari balik pintu.

"Maafkan aku, ini semua ku lakukan karna aku sangat mencintaimu." kata Devan meraih kedua tangan Diana yang beberapa kali menepisnya.

"Pergi dari sini. Kau bahkan tega mencelakai saudara mu sendiri, asal kau tau dia itu kakak kandungmu, kau tidak merindukannya." ujar nya melontarkan fakta.

"Kamu."

"Ya aku tau semuanya." tukas Diana.

"Diana." lirih David memohon.

"Aku membenci abangmu! tapi aku tak sampai hati berniat membunuhnya." sarkas nya.

David memang bukan pelaku tabrak lari yang Andre alami hingga koma, tapi secara tidak langsung mantan suaminya ikut terlibat, walau tidak turun tangan.

"Diana tolong maafkan aku." ucap David terdengar sungguh sungguh.

"PERGI. AKU BILANG PERGI PERGI." didorong nya tubuh David keluar pintu rumahnya.

Mengejutkan

Amarahnya menggebu gebu, ternyata David menikahi Diana hanya pancingan, umpan kelemahan seseorang demi tujuan utama nya ialah menguasai semua harta mendiang ayahnya.

Rasa amarah, kecewa, benci, terluka bercampur satu.

Disaat hatinya mulai terbuka untuk lelaki, dia malah datang oleh sebuah tujuan, hatinya terluka berulang kali.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang