“Ada beberapa permintaan akhir-akhir ini, dan itu mulai tidak terkendali.” Lisa melirik pria berambut panjang sambil berbicara.
Mereka sedang melacak sesuatu, saat ini sudah larut malam, jari-jarinya yang sakit serasa mau lepas, seperti menunggu tinta pulpen meresap ke dalam kulit tangannya. Loker kembali terbanting di sekelilingnya, sepatu ketsnya berdecit keras di lantai.
"Tugaskan mata-mata untuk mencari tahu apa yang terjadi di sini. Minta pelacak kita untuk memburu jejak apa pun. Aku ingin tahu persis apa yang terjadi di ruangan ini. Jika subjeknya masih hidup, dia tidak bisa diserahkan ke tangan anggota lain. Tangkap dia dengan cara apa pun. Ini perintah, Kapten Li!" Pria itu memerintahkan tiga anggota lainnya dengan gigi terkatup.
"Lee Yong, aku sudah menghubungi seorang kenalan forensik untuk menyelidiki bekas yang tertinggal, mereka sedang dalam perjalanan ke sini," Lisa mengeluarkan cerutunya, menyalakannya dengan api kecil, "Beri tahu anggota keluarga kalian, istri, anak-anak, malam ini pasukan sedang gerhana, kita tidak bisa kembali. Terimakasih, aku harus mencari udara segar..." lanjutnya.
Mengerikan sekali, sinkronisitas yang membuat seluruh tim memandangnya ketika mendengar kalimatnya. Semua orang menyadari kata-kata yang muncul di ujung lidah Kapten Li, sudah menjadi semacam ritual bagi Lisa untuk membacakan pesan-pesan itu dengan lantang sebelum setiap pertempuran serius.
Di luar dia bersandar pada kusen pintu sambil menghisap cerutunya. Matanya menerawang jauh dikegelapan malam, pada pukul sebelas malam ini ia mendapat telepon darurat tentang pembunuhan dengan motif mutilasi. Ada banyak noda darah saat dia pergi ke lokasi pembunuhan.
[Aku tidak kembali malam ini. Mohon jaga dirimu dan tidur nyenyak ^▪︎^]
Dia mengirimkannya ke Davikah dengan satu ketukan. Tak lama setelah pesan itu dibaca, ponselnya bergetar, saat melihat ID penelepon, ia tersenyum lebar. Tidak ada salahnya mengangkat telepon istrimu untuk membicarakan keadaan darurat, pikir Lisa.
Jadi dia mengangkatnya.
Bang bang bang bang
Suara tembakan yang teredam mencapai telinga. Kewaspadaan langsung menyelimuti Lisa karena sepertinya musuh mengetahui markas rahasia mereka.
Ponsel yang terhubung dengan panggilan itu langsung terlupakan. Lisa mengisi kembali senjatanya, melepas penutup telinganya dan menatap tajam ke dalam kegelapan malam.
"Hai! Apa yang terjadi padamu!? Jawab aku!, semuanya baik-baik saja kan?" Davikah yang masih terhubung dengan panggilan telepon langsung panik karena pihak lain.
Lisa yang mendengar kepanikan datang dari telepon, ingin menjawabnya, namun terhenti ketika sebuah bayangan jatuh dari pagar. Ketika pintu depan berderit terbuka, dia bertemu dengan tatapan pria bertopeng yang menembakkan peluru ke bahunya.
Lisa mundur sedikit dengan suara teredam sambil memegang bahunya yang berlumuran darah. Ponselnya terjatuh ke tanah karena refleks dan mati.
"Kapten Li! Kapten Li! Di serang!!" Lee Yong berteriak dari dalam markas. Detik berikutnya Lisa menyadari bahwa mereka dikepung di markasnya sendiri.
Semua prajurit yang berpartisipasi secara berkelompok mulai membentuk pertahanan dari segala penjuru. Total ada lebih dari dua puluh tentara terlatih yang mengambil bagian dalam misi tersebut.
Sekelibat bayangan jatuh, Lisa menembakkan senjatanya tanpa terkendali. Orang-orang ini sedang bertarung secara spiritual. Ketika Lisa mengisi ulang pelurunya, dia tiba-tiba didorong ke pagar besi oleh kilatan cahaya hitam yang dengan cepat menghilang. Saat Lisa menjadi lebih waspada dan menajamkan telinganya, sesuatu dari pelipisnya jatuh ke kulit tangan yang memegang pistol. Bayangan yang menyerempetnya meninggalkan luka terbuka lebar di pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Li met his match
Fanfiction(𝐃𝐢𝐩𝐞𝐫𝐛𝐚𝐫𝐮𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐬𝐚) Yang diinginkan Davikah hanyalah kehidupan yang damai dan bahagia. Sayangnya, segalanya tidak berjalan sesuai keinginannya. Hal terbaik berikutnya yang bisa dia dapatk...