Sekarang tinggal lah dua orang saling memandang Diana berjalan menghampiri Juno yang berdiri mematung di ambang pintu.
"Kak Jun." sapa Diana menepuk bahu lelaki yang bersekiap dada entah tatapan tertuju kemana.
"Kak." mengibaskan kedua tangannya ke depan wajah lelaki itu.
Juno pun tersadar dari lamunannya. "Eh... kamu ada disini."
Diana mengecimingkan muka pertanyaan itu seharusnya ia lontarkan. "Oh iya, aku kesini mau kasih kabar soal... kondisi Andre." ujar Juno ragu ragu.
"Bagaimana kondisinya kak, apa dia sudah sadar." tanya mendapat gelengan kepala dari Juno.
"Belum ada tanda tanda dia akan sadar. Tadi Andre sempat kritis, denyut jantungnya semakin lemah." jelas Juno tak tau lagi harus berbuat apa. Ia sudah berusaha keras mencari cari pendonor dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya.
Drett
Drettt
Drettt
Juno mengangkat panggilan dari pihak rumah sakit. Wajahnya seketika cemas pergi dari sana tanpa pamit atau memberitahu pada Diana.
"Kak." berlari keluar halaman.
"Aku pergi dulu Na, nanti aku jelaskan." seru Juno menancap pedal gas mobilnya meninggalkan kebingungan wanita yang menatapnya penuh tanda tanya.
Dari taman samping Moza berjalan menghampiri Diana dengan raut wajah tak dapat dibaca.
"Kak Nana. Ada apa, om Juno." tanya Moza tangannya ke arah punggung mobil Juno yang sudah tak terlihat lagi.
"Aku tidak tau. Tunggu aja kabar darinya." jawab Diana beralih menatap putranya. "Tadi dia rewel nggak."
Moza tersenyum. "Tidak kak. Malah seneng banget aku ajak main keliling taman, sampe bobok nih." sambil memberikan Anandra ke gendongan ibunya.
"Ulu ulu sayang, capek ya main sama bibik Zaza." kedua tangan terulur untuk menggendong sang putra.
Cukup lama menitipkan anaknya ke suster bibir. Gadis itu bisa juga mengurus bayi, terlebih lagi usianya terbilang masih muda.
"Ayo Za kita masuk. Bibik udah masakin makan malam untuk kita." ajak nya mempersilahkan masuk.
"Yeah! akhirnya." antusias Moza sedari tadi siang perutnya belum sempat diisi sesuap makanan pun ia sangat lapar sampai keroncongan.
Atau mungkin ibu satu anak itu dengar betapa riuhnya cacing cacing di dalam perutnya berbunyi.
Moza menginjakkan kaki ke ruang makan sana sudah ada banyak menu tersaji di atas meja.
"Hei! Nona. Apa kamu tidak akan kenyang kalo cuma liatin aja." menekan kedua bahu Moza ke kursi.
"Eh, kak." kaget. "Dimana Putramu kak." tanya Moza.
"Hmm... kan kamu sendiri yang." kata Diana.
Moza tertawa cekikikan ia tak pintar basa basi. "Iya kak aku lupa."
"Oh ya, kenapa kak Nana masak sebanyak ini." tanya Moza bingung.
"Tuh." dagunya mengarah pintu.
Menampakan lelaki paling gadis muda itu rindukan, beberapa kali gagal bertemu gara gara jadwal padat perkerjaan nya.
"Assalamualaikum." ucap nya memberi salam.
"Masuk aja kak. Kita makan bareng." seru Diana mempersilahkan masuk.
Letak meja makan terhubung langsung setelah ruang tamu sehingga bisa lihat jelas siapa saja orang yang bertamu ke rumahnya.
"Kalian makan dulu, aku." ujar Diana mengetuk ponselnya pelan, berjalan ke luar pintu rumah duduk di teras sambil mengangkat panggilan.
Drettt
Drettt
Drettt
"Hallo kak."
(....)
"Apa, kau serius. Tadi siang aku."
(....)
"Baiklah aku kesana sekarang."
Tutt
"Ada apa Na?" tanya Moza melihat raut tak bersahabat pemilik rumah itu.
"Kamu pergi saja, biar rumahmu aku yang jaga." seru nya.
"Makasih kak Gan, tapi." menatap Moza.
Gadis itu langsung paham kemana arah pembicaraan Diana. "Gampang kak, ada aku."
"Baiklah. Aku titip putraku sama kalian." mengambil kunci mobil kebetulan apa yang ia cari ada di sofa ruang tamu.
Baru satu langkah menuju pintu ia berbalik. "Oh iya, jika dia rewel kamu langsung hubungi aku, di dalam kulkas ada susu Asi, kamu hangatkan dulu nanti kalo dia bangun." pesan Diana hati khawatir harus meninggalkan putranya.
"Siap empat lima kak Nana. Hati hati ya nyetirnya, jangan sampai salah jalan." seru nya mendapat cubitan kecil ia rasakan di hidung.
Dari dulu tungkat keusilan kakaknya tidak pernah berubah.
"KAKAK."
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
IPAR KEMATIAN (END)
RandomPernikahan adalah sebuah momen terindah yang di idamkan semua pasangan, tapi tidak untuk Diana. Di malam pertamanya kakak iparnya sendiri dengan sengaja menjebak dalam hubungan terlarang, merebut hak yang seharusnya di berikan bersama sang suami ia...