Bab 6 : Kebahagiaan di Balik Kesedihan

229 108 102
                                    

Awali dengan Bernadya dulu ya😁
Happy reading, Semoga kalian suka ya

Janji di Bawah Langit Senja~

Mentari pagi menyapa panti asuhan "Harapan Baru" dengan hangat. Udara segar menembus jendela kamar Aletta, membuatnya ingin bangun dan menikmati hari baru. Aletta bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah jendela. Dia menatap halaman panti yang masih sepi.

Aletta mengeluarkan kotak kecil dari saku celananya. Kotak itu berisi foto-foto Aletta dan Rafka. Aletta mengeluarkan foto yang menunjukkan mereka sedang menanam tanaman di kebun panti. Rafka terlihat sangat ceria, dengan senyum yang menular.

"Aku kangen kamu, Raf," Aletta berbisik sambil menatap foto itu.

Aletta menatap kebun panti yang terlihat dari jendela kamarnya. Dia teringat saat-saat dia menanam tanaman bersama Rafka. Mereka menanam bunga matahari, tanaman tomat, dan sayuran lainnya.

"Aku akan menjaga tanaman kita, Raf," Aletta berbisik dalam hati.

Aletta berjalan turun ke halaman panti. Dia mencari Pak Johan yang biasanya sedang menyiram tanaman di kebun.

"Pak Johan! Pak Johan!" Aletta berteriak memanggil.

Pak Johan menoleh ke arah Aletta. Dia tersenyum lebar. "Oh, Aletta. Pagi-pagi sudah ceria ya?"

"Pagi, Pak. Mau bantu nyiram tanaman ya?" Aletta bertanya dengan mata yang berbinar.

"Tentu saja, Nak Aletta, Bantu Pak Johan nyiram tanaman di kebun. Kamu pintar nanam tanaman loh, Aletta." Pak Johan menggeleng dengan senyum yang hangat.

Aletta menggeleng malu. "Nggak kok, Pak. Aku cuma belajar dari Rafka."

Pak Johan menatap Aletta dengan tatapan yang penuh arti. "Rafka anak yang baik, Ta. Dia pasti senang melihat kamu menjaga tanaman yang pernah kalian tanam bersama."

Aletta tersenyum sedikit. Dia merasa sedih saat mengingat Rafka, tapi dia juga merasa bahagia karena Pak Johan masih mengingat Rafka.

Pak Johan memberikan Aletta sebuah siram air. Aletta menerima siram air itu dengan senang. Dia menyiram tanaman dengan hati-hati. Dia mengingat Rafka yang selalu mengajarkan dia cara menyiram tanaman dengan benar.

"Rafka pernah bilang ke Bapak, katanya 'Tanaman ini seperti teman kita. Kita harus menjaganya dengan baik. Karena tanaman juga memiliki perasaan. Mereka akan sedih jika kita tidak menjaganya'." Pak Johan berkata sambil menatap Aletta.

Aletta terdiam, matanya menatap taman bunga di depan mereka. Kalimat Rafka itu masih terngiang di telinganya. Aletta terkenang saat dia pertama kali bertemu Rafka di taman bunga ini, di bawah langit senja yang sama indahnya.

"Ya, Pak," jawab Aleta pelan. "Rafka memang selalu mencintai tanaman."

Pak Johan tersenyum dan mengangguk. "Rafka adalah anak yang baik. Dia mencintai alam dan selalu mengerti perasaan mahluk hidup lainnya."

"Benar, Pak," jawab Aletta. Rasa rindu pada Rafka menyergap hatinya.

"Dia sudah menghilang selama berbulan-bulan," kata Pak Johan, suaranya sedih. "Bapak juga tak tahu di mana dia sekarang."

Aletta menunduk. Air matanya menetes pelan. Dia ingin menemukan Rafka. Dia ingin tahu apa yang terjadi padanya.

"Aletta, jangan bersedih," kata Pak Johan sambil menepuk pundak Aletta. "Rafka pasti baik-baik saja. Dia pasti sedang bahagia di mana saja dia berada."

Aletta mengangguk lesu. Dia mencoba menenangkan diri. Dia mencoba menghilangkan perasaan sedih yang menyelimuti hatinya.

Aletta menunduk, menatap tanaman-tanaman yang sedang mereka siram. Ia teringat saat mereka berdua menanam bunga matahari di taman ini. Rafka begitu bersemangat, bercerita tentang mimpi-mimpinya untuk menjelajahi alam semesta dan mencari tahu tentang planet Mars.

Janji di Bawah Langit Senja (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang