Bab 11 : Senja di Balik Tembok kaca

219 94 105
                                    

Hai, wah kamu menyelam  sangat cepat dan jauh ya, selamat membaca

Janji di Bawah Langit Senja~

"Sayang,  kamu  mau  makan  apa?  Mama  sudah  memasak  mie  goreng  favoritmu,"  kata  Mama Rafka  dengan  senyum  yang  lembut.

Rafka  tersenyum  sedikit.  "Nggak  usah, Ma.  Aku  nggak  lapar."

"Kamu kok seperti lagi  nggak  enak  badan?  Kamu sakit sayang?"  Ibu  Rafka  bertanya  dengan  nada  yang  prihatin.

"Enggak  kok, Ma.  Aku  cuma  capek  aja,"  Rafka  menjawab  dengan  suara  yang  rendah.

Mama Rafka  menatap  wajah  Rafka  dengan  tatapan  yang  penuh  keprihatinan.  "Kamu  kok  terlihat  sedih,  Sayang?  Kamu  kangen  teman-teman  kamu  di  panti  asuhan,  ya?"

"Nggak  kok, Ma,"  Rafka  menjawab  dengan  suara  yang  gemetar.

"Kamu  nggak  usah  berbohong  sama  Mama,  Mama tahu  kamu  lagi  mikirin  Aletta,  kan?"  Mama Rafka  menatap  wajah  Rafka  dengan  tatapan  yang  penuh  kesedihan.

Rafka  menunduk.  Dia  takut  Mama  akan  memarahinya  karena  dia  menghilang  dari  panti  asuhan  tanpa  memberi  tahu  Aletta.

"Mama tahu  kamu  mencintai  Aletta,  Rafka,"  kata  Mama Rafka  dengan  suara  yang  lembut.  "Tapi,  kamu  harus  memahami  bahwa  kamu  sudah  memiliki  keluarga  baru  sekarang.  Kamu  harus  menjalani  hidup  baru  di  kota  besar  ini."

"Aku  kangen  Aletta, Ma,"  Rafka  mengucapkan  kata-kata  itu  dengan  suara  yang  gemetar.  "Aku  ingin  kembali  ke  panti  asuhan."

"Jangan  berkata  seperti  itu,  Sayang,"  Mama  Rafka  menatap  wajah  Rafka  dengan  tatapan  yang  penuh  keprihatinan.  "Mama  tahu  kamu  sedang  sedih,  tapi  kamu  harus  kuat.  Kamu  harus  bisa  beradaptasi  dengan  kehidupan  baru  di  kota  besar  ini.  Kamu  harus  mencari  teman  baru  di  sekolah.  Kamu  harus  menikmati  hidup  baru  ini."

Rafka  tersenyum  sedikit.  Dia  mencoba  menenangkan  hatinya.  Dia  tahu  Mama memiliki  maksud  baik  untuk  dia.  Tapi,  Rafka  merasa  kesepian  dan  kehilangan.

"Ma,  aku  ingin  jalan-jalan,"  kata  Rafka  dengan  suara  yang  rendah.

"Mau  jalan-jalan  ke  mana?"  Mama Rafka  bertanya.

"Ke  mana  aja,"  Rafka  menjawab  dengan  suara  yang  gemetar.

"Ya  sudah,  hati-hati  ya,  sayang,"  kata  Mama  Rafka  dengan  senyum  yang  lembut.

Rafka  berjalan  keluar  dari  rumah.  Dia  berjalan  tanpa  tujuan.  Dia  menatap  bangunan-bangunan  menjulang  tinggi  yang  menyelimutinya.  Dia  merasakan  seolah-olah  dia  terkurung  di  balik  tembok  kaca  yang  tinggi.

Rafka mencari tempat pelarian. Dia ingin menghilang dari kehidupan barunya yang terasa hampa. Dia ingin kembali ke panti asuhan, ke tempat di mana dia merasakan kebahagiaan bersama Aletta.

Rafka berjalan tanpa tujuan.  Dia melewati jalanan ramai dan taman kota yang sepi.  Matahari mulai terbenam,  mewarnai  langit  dengan  warna-warna  jingga  dan  ungu.  Rafka  teringat  langit  senja  di  panti  asuhan,  langit  senja  yang  pernah  dia  nikmati  bersama  Aletta.

"Aletta..."  Rafka  berbisik  dengan  suara  yang  gemetar.  "Aku  kangen  kamu."

Rafka  menarik  napas  dalam-dalam.  Dia  merasa  sedih  dan  kesepian.  Dia  merasa  terbebani  dengan  janji  yang  telah  dia  ucapkan  kepada  Aletta.  Dia  merasa  bersalah  karena  menghilang  tanpa  memberi  tahu  Aletta.

Janji di Bawah Langit Senja (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang