⁰⁰

1.2K 124 12
                                    

Kalau 3 tahun lalu pas jaman kuliah Jaemin ngomong ke Jisungnya gini :

"Sayang, nikah yuk. Nikah kan enak."

Dan selalu dibalas Jisung :

"Otak kamu kotor, perlu dibersihkan!"

Lain lagi pas mereka udah masuk ke dunia kerja. Jaemin yang udah jadi Arsitek handal, juga Jisung yang udah jadi seorang Psikolog di salah satu rumah sakit ternama.

"Sayang, nikah yuk?"

"Gimana kalau besok?"

"Apa sekarang aja biar cepet? Biar buntelan lemak lucunya cepet ada hehehe."

Jisung hanya menggeleng menghadapi tingkah Jaemin itu. Ucapan Jaemin yang ngawur seperti biasanya, semenjak dulu waktu mereka masih jadi anak kuliahan.

"Ngajak nikah udah kayak ngajak beli sarapan, enak banget." Ujarnya.

"Oke aku ulangi, will you marry me?" Dan yang ada Jaemin tertawa setelahnya, Jisung juga sama.

"Udah sana nanti kamu telat loh." Suruh Jisung. Setelah rutinitas mengantar dirinya, Jaemin kan harus kembali bekerja juga. Hari ini memang jadwalnya menengok proyek di lapangan jadi harus berangkat lebih pagi dari biasanya.

Sekilas Jaemin melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. "Yang tadi itu serius." Katanya sebelum melangkah pergi. "Jawabannya essay dikumpulin paling lambat besok pagi jam 8." Lanjutnya sambil tertawa lalu menghilang di balik pintu.

Jisung hanya berdecak. Sudah ke sekian kalinya Jaemin mengajaknya menikah. Entah serius atau bercanda. Dan tidak pernah sekalipun ia menjawabnya. Di usianya yang hampir menginjak 27 tahun, tentu sudah ada pernikahan dalam bayangannya. Apalagi sudah 10 tahun hubungannya dengan Jaemin, bukanlah waktu yang singkat.

Kalau kata Jeno "10 tahun itu harusnya udah kelas 5 SD."

Biasanya Jaemin akan menyangkalnya.

"Lo kira usia anak."

Lalu akan terjadi perdebatan tidak bermutu diantara keduanya yang tidak selesai-selesai dan hanya bisa membuat Jisung menggeleng pasrah.

Jaemin dengan kemapanan yang ia capai saat ini? Siapa yang tak ingin menikah dengannya? Jisung juga ingin sebenarnya. Meski itu hanya sekedar keinginan belaka. Bukan karena Jisung meragukan Jaemin dan keseriusannya. Tapi karena hal lain ....

Gamophobia.

“Gamophobia adalah ketakutan akan pernikahan dan komitmen. Perpisahan, perceraian, atau pengabaian yang menyakitkan selama masa kanak-kanak atau dewasa turut andil dalam seseorang mengidap gejala ini. Kondisi fobia ini menandakan ketakutan yang berlebihan dan terus-menerus terhadap hubungan, komitmen, atau pernikahan."

Jisung mendesah berat. Itu adalah diagnosa kepada dirinya yang dikatakan oleh Ning-ning.

Tentu Jisung paham betul apa itu Gamophobia. Karena ia mempelajari dan mendalami bidang itu juga. Kesal dan resah karena teori yang ia pelajari sekarang malah balik menimpa dirinya.

"Apa gue bisa sembuh?"

"Semua tergantung diri lo sendiri. Cuma diri lo yang bisa ngelawan phobia itu." Jawab Ning-ning.

Masih terngiang ucapan Ning-ning hari itu. Dan Jisung rasa itu tidak mudah, sekuat apapun ia melawan perasaan itu datang lagi. Beginikah rasanya jadi pasien? Ternyata tidak segampang itu melakukan apa yang psikolog katakan.

"Ning, jangan bilang sama siapapun."

Dan Ning-ning  mengangguk menyanggupi.
Ning-ning adalah temannya sejak kuliah. Dan sekarang seseorang yang memiliki profesi sama dengannya sebagai psikolog di rumah sakit yang sama. Jisung harap Ning-ning akan menjaga rahasianya.

Jisung memijat pelipisnya sendiri. Kepalanya serasa berdenyut mengingat itu semua. Perceraian orang tuanya dulu benar-benar membawa dampak yang bisa dikatakan buruk untuk dirinya sekarang. Kenapa harus ia yang mengalami semua ini? Kenapa rasa sakit yang dahulu ia dan sang mama rasakan, kembali menghantuinya dalam bentuk phobia seperti ini?

"Ngopi yuk? Ngantuk, beberapa hari ini gak bisa tidur." Jisung mengangkat wajahnya. Dan menemukan seseorang yang tengah tersenyum manis padanya. Tumben, ia sudah di sini sepagi ini?

"Kalau gak bisa tidur itu minta obat psikiater jangan temuin psikolog. Masa calon dokter gak ngerti."

"Males nemuin psikiater dikira orang gila nanti guenya."

"Orang gila itu gak ada. Mereka sakit jiwa, mentalnya yang sakit."

"Iya terserah. Ning-ning mana?"

Jisung lekas berdecak sambil memandang heran. "Kok malah nanya, kamu kan yang serumah."

Dan ia hanya tertawa. Adiknya Ning-ning, Lee Heeseung.

 Adiknya Ning-ning, Lee Heeseung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Ada yang bisa nebak, ini lanjutan book yang mana? 😁

𝓢𝓽𝓪𝔂 𝓦𝓲𝓽𝓱 𝓜𝓮 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang