Tak pernah lelah Launa menjaga Elang yang masih belum sadarkan diri, mengompres kain kecil lalu ia letakkan ke kening mulus Elang.
Elang demam tinggi dan bahkan sempat kejang-kejang beberapa waktu yang lalu, membuat Launa tak tega melihatnya, meringis melihat banyaknya ruam menghiasi dada Elang yang dibiarkan terbuka.
Tidak itu saja fokusnya, suster sempat memasangkan selang katater hingga keluarlah cairan kuning kemarahan masuk ke urine bag di samping bawah. Sungguh Launa teriris melihatnya.
Hanya Launa yang menjaga Elang, Mahendra memutuskan keluar untuk menghubungi mantan calon besan mereka yang sedang berada luar negeri.
Gerakan kecil pada jari telunjuk Elang mengalihkan fokus Launa,mata nan sayu terbuka perlahan, mengerang kesakitan, bergerak gelisah mencari kenyamanan.
“Tenang sayang.” Launa mengusap dada Elang yang kembang kempis
Elang yang diperlakukan demikian merasa nyaman dengan perhatiannya wanita tua yang berada di dekatnya, sama halnya dengan suaminya, Elang diperlakukan seperti anaknya sendiri.“Tan ….”
“Mama, Elang. Sudah berapa kali saya bilang, panggil saya Mama.” Potong Launa, sedikit kesal setiap Elang memanggilnya tante.
Elang hanya mengiyakan perkataan Launa, menolak pun percuma, Launa lebih tegas dibandingkan Mahendra yang selalu memaksanya.
“Kenapa aku disini, Ma? Jam berapa sekarang?” Elang baru menyadari hari sudah gelap, pasti anak dan istrinya mencarinya.
Launa menahan Elang untuk tidak bangun, apalagi Elang mengerang saat sesuatu mengganjal area pribadinya, dapat ia lihat disampingnya, selang keruh kemarahan menyembul dari selimutnya.
Elang sedikit menyingkapnya agar Launa tidak melihat area pribadinya, benar saja, sebuah selang panjang yang mengalirkan air seninya terhubung pada urine bag di samping. Sangat keruh dan bahkan bercampur dengan darah.
“Tenang sayang,” ucap Launa melihat raut terkejut Elang.
Elang mengerang frustasi, ia ingin pulang, tetapi selang katater menghalangi pergerakannya. “Mama, tolong panggilkan suster, aku ingin minta lepaskan selang ini. Pasti Ellen dan Dion menungguku di rumah.
Launa menggeleng. “Tidak bisa, kamu harus dirawat dulu. Setelah sembuh baru boleh pulang.”
Elang menghembus napasnya kasar. “Mama … aku mohon,” bujuknya memegang tangan Launa.
Launa membuang muka tak sanggup melihat tatapan memelas Elang. Ia tidak akan goyah dengan bujuk rayuan. “Nggak bisa! Atau Mama suruh perawat untuk mengikat kamu di brangkar?”
Elang seketika diam, ini yang membuatnya menghindari Launa yang selalu memaksanya tanpa bisa menyangga.
Launa tersenyum melihat Elang pasrah, membantunya berbaring kembali, merapikan selimut yang hampir tersingkap.
Dilain sisi, suasana tegang melingkupi sekumpulan orang-orang. Dua orang paru baya dengan muka datarnya menatap Ellen dan Dion di depannya.
Yang ditatap terkejut dan bingung kenapa mereka tiba-tiba pulang.
Ellen tidak menyangka mami dan papinya tiba-tiba berada di indonesia. Setahunya, kedua orang tuanya akan menetap dalam waktu yang lama di luar negeri.“Dimana Elang?” tanya pria tua—Ardi Herlambang dengan dingin, menatap anak dan cucunya yang tampak santai.
“Mungkin pria itu berada di kantor, dia kan gila kerja,” jawab Dion tanpa beban, memantik gemuruh emosi.
“Begitukah caramu berbicara kepada yang lebih tua?” tegur wanita paruh baya—Yumita Ananda.
“Mi, Dion masih kecil ….”
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomanceCinta tak pernah salah melabuhkan rasa, mengisi kekosongan yang tak pernah diinginkan, hingga hati yang dipaksa menerima, menggoreskan luka tak pernah iba. Hingga hari itu tiba, penyesalan menghancurkan egoisan semesta, membuka tabir ketulusan jiwa...