Karma

1.5K 174 30
                                    

"Kajev." dagunya disandarkan pada punggung yang sudah lama tidak Gavi lihat dengan jarak yang sedekat ini. Maniknya memandang lurus, begitu enggan untuk menoleh pada sosok yang paling ia hindari ini.

"Apa?" kakinya melangkah, menapaki jalanan yang lembab dengan hati-hati, membawa Gavi dipunggungnya bukanlah hal yang berat, lelaki itu bahkan terasa ringan, Kajevrian hanya takut salah mengambil langkah.

"Kenapa lo selalu ada disekitaran sini?" nafasnya berhembus dengan tenang, begitu berbanding terbalik dengan jantungnya yang berdegup begitu cepat, pun dengan degupan keras yang dapat dia rasakan dari Kajevrian. Entah hal apa yang dirasakan sosok yang beberapa waktu lalu begitu ia puja itu rasakan hingga mampu buat jantungnya berdegup begitu cepat. Gavi tidak ingin tahu. "Tempat ini bahkan jauh dari rumah atau tempat lo biasa main."

"Gue gak boleh main disini?" Kajevrian balik bertanya, tawa kecilnya menguar sesaat setelah ia dapatkan pukulan kecil dipundak.

"Bukan itu yang gue maksud!"

"Pertanyaan lo menjurus kesana." ujarnya lagi.

"Berhenti berlaga seolah-olah lo gak paham sama apa yang gue tanyakan!" matanya berotasi, ia tahu betul jika Kajevrian mengerti atas pertanyaan yang dilontarkannya.

"Cari suasana baru." jawabnya singkat, Kajevrian turunkan Gavi dari gendongan lalu dudukan lelaki yang lebih kecil darinya itu diatas trotoar jalan.

"Tempat ini bahkan bukan tempat baru buat lo." suaranya mengecil, Gavi merunduk, memandang Kajevrian yang begitu sibuk membersihkan sandal beludrunya dengan sapu tangan yang entah Kajevrian dapat dari mana.

"Tempat ini selalu baru buat gue."

"Lo selalu datang ketempat ini, sebelumnya." keningnya mengerut, bingung. Ia tahu sekali sebelum kemalangan diantara mereka terjadi, Kajevrian selalu menyambangi alun-alun setiap kali jam sekolah usai.

"Ya, sama lo."

Ringan, jawaban Kajevrian atas perkataannya dijawab begitu ringan seolah tidak akan menimbulkan reaksi apapun padanya.

"Gue selalu datang ketempat ini, berdua, sama lo." lanjutnya lagi. "Cuma sama lo."

"Lantas, tempat ini seharusnya bukan tempat baru lagi buat lo." Gavi rasa, suaranya tidak akan dapat Kajevrian dengar karena volumenya yang lebih mirip seperti berbisik.

"Gue datang kesini sendiri sekarang." kekehannya menguar, kini tubuhnya ditegakan, kedua maniknya menatap pada sepasang mata Gavi yang masih terlihat sembab. "Tempatnya sama, tapi dengan suasana yang berbeda. Sampai sini lo paham?"

"Lo dan cara berpikir lo, kalo itu gue, lo akan menjudge gue kaya gitu kan?"

"Lo—" tawanya menguar, dia tertawa dengan hatinya yang membuncah begitu bahagia secara tiba-tiba. "Sekarang, setelah lo mati-matian menghilang dari gue, kehebatan lo bertambah satu."

"Apa?"

Buat gue rindu

"Copycat orang lain." kening Gavi disentil, kekehannya masih menguar.

"Sakit, sialan." keningnya diusap, ia beri tatapan tajamnya pada Kajevrian yang masih tertawa. Lihat, lelaki arogan itu masih begitu jahat. "Setelah hari itu, gue selalu berharap untuk gak ketemu sama lo disini atau ditempat manapun yang gua datangi. Tapi lo, dan pemikiran lo yang gak pernah bisa gue pahami, malah buat gue selalu bertemu diwaktu-waktu yang gak pernah gue harapkan." kedua tangannya mengepal erat, Gavi berharap apa yang keluar dari mulutnya tidak terdengar bergetar ditelinga lawab bicaranya. "Kajev, bukannya bakal lebih mudah kalo lo juga menghilang dari hidup gue?"

Morosis • JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang