Satu Sisi

1.3K 158 29
                                    

Class meeting, betapa Gavi membenci kegiatan yang begitu banyak menguras energinya. Kakinya sudah terasa lelah karena Skyler yang terus menarik tangannya untuk mengikuti kemanapun sahabat kecilnya itu melangkah. Memaksanya untuk ikut mengabadikan momen class meeting sekolah mereka selama tiga hari kedepan. Melelahkan, pilihannya untuk tidak mengikuti perlombaan apapun buat Gavi berakhir sengsara.

"Stop ngeluh, lo gak lagi nanggung beban semua manusia dibumi." Skyler berucap, buat wajah Gavi semakin terlihat ketus. "Bentar lagi futsal, lo handle semuanya bareng sama Michell ya? Inget kan orangnya yang mana?"

Mengangguk, Gavi lepaskan kamera yang menggantung dilehernya itu untuk sesaat. "Gue gak harus bawa kamera lo juga kan?"

"Gak, kayanya bakal nambah orang." lensa kameranya ditutup, Skyler tatap jam yang melingkari pergelangan tangannya. "Kalo kelas kita lolos, gue bakal berhadapan sama kelasnya Kajevrian."

"Lo takut?"

Skyler tertawa mendengar pertanyaan konyol yang Gavi lontarkan. "Kita punya empat orang pemain inti tim futsal termasuk gue, Kajevrian gak akan mampu babat habis pemain sendirian dilpangan, ya walau ada Sagara tapi bocah loyo macam dia paling cuma jadi beban buat si Kajevrian."

"Kai! Mulut lo itu! Jago banget kalo dipake buat ngerendahin orang." matanya berotasi, Gavi tidak tahu dengan apa yang selama ini dilakukannya hingga hidupnya dipenuhi oleh orang-orang bermulut pedas seperti Skyler dan Kajevrian.

"Benar kok, Sagara kalo gak loyo gak akan mungkin dimasukin ke Team C."

"Team C apa? Gue gak ngerti."

"Bang Jo bilang futsal tahun ini lumayan banyak diminati, jadi futsal dibagi jadi tiga tim berdasarkan skill, Kajevrian ditim A, gue ditim B, Sagara ada di tim C, semua orang excited buat gabung futsal, gue duga karena ada mantan sialan lo itu, semua orang jadi optimis masuk futsal karena ada orang yang punya tittle pemain muda berkualitas."

"Kajevrian begitu?"

"Kemana aja lo selama 83 hari itu Gavi?" ucapnya sarkas, Skyler tatap kedua manik Gavi yang terlihat bingung. "Mantan lo itu udah dilirik tim nasional buat gabung, tapi si tolol itu malah masuk sekolah yang kemampuan futsalnya jauh dibawah standar."

Sungguh, kemana saja ia hingga baru mengetahui fakta besar seperti ini? Gavi pikir alasan Kajevrian banyak dikenali karena lelaki itu memiliki pesona yang memukau. Dia sungguh tidak begitu mengetahui jikalau lelaki itu memang memiliki kehebatan yang cukup tinggi dalam olahraga futsal. "Kenapa lo baru kasih tahu sekarang?"

"Gue kira lo udah tau, karena lo kelihatan paling tau soal Kajevrian." bahunya dikedikan, Skyler berjalan lebih dahulu, dia perlu memotret beberapa sebelum bersiap untuk bermain dilapangan.

"Tetap dilapangan, selama ini lo gak pernah liat Kajevrian main kan?"

Tubuhnya terperajat kaget saat rasakan tarikan pada tangannya. Gavi menoleh, kalau tidak salah mengingat, itu adalah Sagara. Anggota Futsal Tim C yang tadi dibicarakan oleh Skyler. "Hah?" tanya Gavi dengan raut wajahnya yang bingung.

"Sorry, gue nguping sedikit pembicaraan lo sama Skyler." ucap Sagara dengan suara yang sedikit bergetar sebab merasa tidak enak atas kelakuan lancangnya sendiri. "Gue teman Kajevrian, sama kaya lo dan Skyler, gue juga udah temenan sama Kajevrian dari kecil."

"Gue harus apa dengan informasi ini?" kikuk, sebab Gavi tidak tahu harus bereaksi apa atas perkataan yang Sagara ucapkan.

"Gak untuk dimaksudkan kedalam hal apapun." ujung sepatu futsalnya Sagara diketukan pada permukaan lapangan. "Tapi gue harap, lo sudi untuk sekedar nonton Kajevrian tanding."

"Kenapa gue harus?"

"Lo gak pernah datang ke pertandingan resmi Kajev kan?"

Tertawa itu adalah fakta yang tidak dapat Gavi sangkal, karena baik sebelum ataupun sesudah permainan gila itu dimulai, Gavi tidak pernah memiliki kesempatan untuk menyaksikan pertandingan resmi yang Kajevrian ikuti. Sebab, akan selalu ada hal-hal yang mendadak buatnya gagal untuk ikut hadir meramaikan pertandingan. Yang sering menjadi pemicu kemarahan Kajevrian atas absennya Gavi ditribun.

"Manfaatnya gue nonton Kajev main tuh apa?"

"Siapa tau bisa buat lo naksir dia lagi." gurau Sagara, bibirnya mengulas senyum konyol yang menggelikan. "Sama kaya apa yang temen lo itu bilang, Kajev gak mampu ngelawan tim inti futsal sendirian, gua terlalu loyo buat jadi backingan Kajev dan tim gue terlalu penakut buat maju sendirian. Barang kali, kalo disemangatin lo Kajev bisa ngeluarin seluruh kemampuannya buat bawa kemenangan dikelas gue."

"Gue cuma akan jadi pengkhianat kalo ngasih dukungan buat temen lo itu." Gavi berujar, kameranya ditutup, pikirnya dia akan kembali memotret setelah meredakan haus yang menyerang tenggorokannya secara tiba-tiba ini.

"Lo udah sering ngelakuin itu, jadi pengkhianat buat temen gue sesekali gak akan buat lo dimusuhin satu negara."

"Maksud lo?"

"Lo. Alasan lo gak pernah nonton Kajev tanding itu karena Skyler kan?" Sagara merunduk dengan kekehan yang menguar dibelah bibirnya. "Tiga atau lima kali? Kayanya lima kalo gue gak salah hitung, lo hadir dilapangan yang sama bukan untuk dukung Kajevrian, tapi datang untuk dukung temen lo itu kan, Gavi?"

Dari mana datangnya informasi akurat seperti itu? Gavi ingat jika setiap kali Skyler memaksa untuk beri dukungan ia sudah memakai penyamaran yang diyakininya tidak akan dikenali oleh siapapun. Tapi, darimana Sagara dapat mengetahui dengan tepat kehadirannya ditribun, Gavi yakin SMA ini adalah penyebab utama dirinya dan Sagara dapat saling mengenal.

"Kajevrian." ini adalah hal yang seharusnya tidak ia katakan, sebab Kajevrian sudah mengatakan padanya agar hal ini menjadi rahasia yang tidak boleh Gavi ketahui. Tetapi, Sagara tidak ingin hidup dengan hanya melihat ujaran kebencian yang ditujukan pada teman kecilnya itu. Dia sudah muak, mendengar seseorang mengatakan banyak hal buruk yang seharusnya tidak ditujukan untuk temannya itu. "Dua belas kosong, sekolah temen lu itu kalah telak, dipermalukan dilapangan, itu bukan karena semata dia hebat dalam main futsal. Itu karena lo ada dilapangan, bukan untuk dukung dia tapi untuk dukung temen kecil lo itu. Itu adalah cara dia buat ngeluarin seluruh amarah dan kekecewaannya, temen gua dikhianati, sama orang yang katanya jatuh cinta setengah mati sama dia. Itu balas dendam sempurna untuk pengkhianatan yang lo kasih, Gavi."

"Kenapa?" suaranya bergetar, kalimat Sagara sedikit banyak menusuk kedalam relung hatinya. Kajevrian tidak pernah mengatakan apapun, setiap kali dia tidak dapat hadir dipertandingannya lelaki itu hanya akan diam. Benar-benar diam hingga buat Gavi berpikir jika Kajevrian hanya merajuk dalam artian yang biasa, bukan amarah besar sebab tidak meledak-ledak seperti amarah orang kebanyakan.

"Gavi, Kajevrian kenal lo dengan baik. Tanpa ngeliat wajah lo aja, dia bakal langsung tau siapa yang lagi ada dikedua matanya."

Sungguh? Kajevrian dimatanya bukan sosok yang Sagara bicarakan, tentu saja itu hanya kebohongan. Gavi tidak akan mempercayai apapun, sebab apa yang Sagara katakan seperti taktik untuk membuatnya kembali pada sosok Gavi dahulu yang tidak pernah ingin ia ulangi lagi.

"Sesekali lihat sisi Kajevrian yang lain dan berhenti liat sisi Kajevrian yang dibayang-bayangi Shakeel, dia gak secinta itu sama mantannya, Gavi."







End Of Satu Sisi;-

Morosis • JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang