Jimat Keberuntungan

1.4K 155 16
                                    

Kajevrian itu apatis, bengis, jika saja Gavi tidak ingat beberapa hal baik yang pernah lelaki itu lakukan mungkin, dengan kesiapan yang merajam seluruh hatinya, Gavi rela tuk teriakan 'Titisan Dakjal' 'Cucu Firaun' 'Musuh Negara' 'Buronan Polsek' dan lain sebagainya pada Kajevrian agar lelaki itu setidaknya sadar jika sebagian besar perlakuannya adalah suatu kejahatan, tindakan kriminal sebab begitu telak berhasil buatnya mati rasa.

Tetapi mungkin, hari ini Kajevrian telah tanggalkan sifat apatisnya, mungkin tertinggal atau diamankan sejenak disuatu tempat tak tersentuh yang lelaki itu punya. Sebab, untuk kali pertamanya gurat risau tercetak jelas digaris wajah diamnya ditepi lapangan yang terisolir dari keramaian.

Ucap Sagara perihal Kajevrian perlu diberi semangat nampak benar adanya.

Gavi meringis, membayangkan Kajevrian bersusah payah yakinkan teman satu timnya untuk bergerak maju tanpa peduli siapa yang tengah mereka lawan sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya. Sebab biasanya lelaki itu hanya akan menekankan satu hal, lalu permainan akan usai dengan sempurna dibawah kendalinya. Namun kiranya, hari ini lelaki itu tampak tengah dipersulit, terduduk dengan teman satu tim futsalnya yang jelas terlihat takut dengan kemungkinan yang akan terjadi setelah mereka turun ke lapangan.

Sungguh terlihat dramatis dimatanya saat ini, melihat Kajevrian kembali berbicara setelah diamnya yang cukup lama. Mungkin kembali meyakinkan teman-temannya sebelum pertandingan antar adik kelas dan kakak kelas ini dimulai.

Gavi inginnya kembali menjalankan tugas, melipir kesisi lain untuk memotret segala bentuk kejadian dalam ajang Class Meeting ini. Tetapi sadar kakinya tak mau melangkah ke sisi manapun begitu presisi Kajevrian mendekat kearahnya. Gavi ingatkan pula jika lelaki ini adalah sosok yang buat hatinya hancur hingga mati rasa, risau dan kekacauan lelaki itu bukanlah urusannya. Tapi ucap yang Sagara lantunkan beberapa waktu lalu, terngiang begitu jelas dikepala. Sialan, Gavi tidak mau.

"Semangat." tapi mulut sialannya sontak berucap lirih begitu Kajevrian berdiri begitu dekat didepannya. "Lo keliatan bakal mati kalo gak gue semangatin." sambungnya lagi sebelum bibir tipis yang begitu senang mencaci itu bergerak untuk ujarkan beberapa kata.

"Lo, gak akan pergi 'kan?"

Gavi memilih tidak menjawab, rogoh saku celana olahraganya untuk meraih satu bungkus permen yang sudah disimpannya sedari pagi. "Jimat keberuntungan, buat lo." lalu melipir pergi tinggalkan Kajevrian yang diam dengan tangan menggenggam permen miliknya. Ia tidak akan pergi, tentu saja. Tugasnya hari ini adalah memotret, tidak mungkin untuknya lalai hanya karena Kajevrian tengah bertanding dilapangan.

Sagara berada tidak jauh ketika hal itu terjadi, lelaki berkulit putih nyaris pucat itu terkekeh dengan hati yang berangsur tenang. Kemenangan akan berada dipihak mereka. Sudah jelas.

+++

Semua orang larut dalam kesenangan, rupanya pertandingan futsal antar kelas dibabak pertama ini benar-benar berhasil buat semua orang berteriak heboh, saling teriakan dukungan untuk jagoan masing-masing. Gavi kerepotan, tubuhnya yang kecil dipaksa untuk tetap berada ditengah hanya agar kamera sekolahnya dapatkan momen terbaik selama pertandingan berlangsung. Tubuhnya bahkan hampir terjerembab sebab dorongan dari beberapa orang yang nampak lupa diri akan keadaan sekitar karena terlalu terlena dengan sajian menegangkan yang tengah berlangsung ditengah lapangan. Untung ia memiliki keseimbangan yang cukup bagus.

Kameranya kembali diarahkan, memotret hal yang sekiranya cukup bagus untuk diabadikan. Matanya mengerjap, tiba-tiba saja debaran yang sudah lama Gavi lupakan kembali memenuhi relung hatinya. Karena Kajevrian, tentu saja. Jelas terlihat oleh matanya, Kajevrian menatapnya untuk beberapa sekon dengan senyum lebar ditengah lapangan sana. Momen singkat itu tersimpan dalam rentetan gambar yang Gavi ambil, tersimpan baik didalam kameranya. Mungkin, akan menjadi salah satu gambar abadi untuk dokumentasi sekolah. Atau mungkin, akan menjadi abadi untuk Gavi ingat sepanjang masa. Entah, Gavi rasa ini pantas untuknya kenang sebab akan sulit melihat kembali dihari lainnya.

Morosis • JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang