CHAPTER 8

211 23 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya^⁠_⁠^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote dan komen ya^⁠_⁠^


Happy Reading◜⁠‿⁠◝⁠

***

Bau anyir darah tercium ketika dia memasuki lorong yang hanya mendapat pencahayaan dari lampu gantung yang sudah redup. Membuat suasana semakin mencekam.

Tap tap tap

Dia berjalan dengan langkah tegasnya, tidak lupa dengan tatapan tajam yang selalu dia perlihatkan kepada orang orang.

"Akhhhh lepaskan aku!!!!!"

Teriakan kesakitan terdengar ketika dia membuka salah satu pintu ruangan yang ada di lorong gelap itu.

Seringainya muncul ketika melihat pecundang yang sudah berani bermain main dengannya kini terikat di sebuah kursi kayu dengan keadaan yang memperihatinkan. Dia adalah vanciko, salah satu karyawan papanya yang sudah berani melakukan korupsi di perusahaan papanya.

"K-kau?"

Vanciko melebarkan matanya ketika melihat seseorang yang datang. Sepertinya kali ini dia salah mencari lawan. Dia akan mati sekarang.

"Orang rendahan seperti kau rupanya yang berani bermain main dengan kami" dia tersenyum devil sambil memutar mutar belati kecil yang mengkilap di tangannya.

"A-aku mohon lepaskan aku tuan, aku a-akan mengembalikan semua yang aku ambil" vanciko bergetar ketakutan ketika _dia_ perlahan melangkah mendekatinya.

"Aku tidak peduli dengan apa yang kau ambil, bahkan itu tidak membuat perusahaan papaku goyah sedikitpun"

"Tapi yang sudah berani bermain main dengan kami, hanya satu yang akan dia dapat"

"Kematian"

Jleb

"AKKHHHHH"

Vanciko berteriak kesakitan ketika bola mata kanannya ditusuk belati tajam

"Apa? Kau mau lagi? Hahaha baiklah baiklah"

Dia menusuk bola mata vanciko yang satunya lagi. Dia semakin menyeringai senang ketika melihat belati kesayangannya sudah berlumuran darah.

Dia mulai menggoreskan belatinya di tubuh vanciko. Dia mengukir sebuah gambar tengkorak di dahi vanciko.

"Akkhhh a-aku m-mohon berhenti" vanciko terus berteriak kesakitan

"Aku mengukir gambar yang sangat bagus"

Dia terus menggoreskan belati kesayangannya ke tubuh vanciko. Mulai dari kaki, tangan, dan wajah sampai vanciko menghembuskan nafas terakhirnya.

Dia berdecak kesal ketika melihat mangsanya sudah tidak bernyawa. Dia melangkahkan kakinya keluar ruangan, setelah itu bodyguard yang berjaga di luar memasuki ruangan itu untuk menjalankan tugasnya. Tanpa dia suruh, mereka sudah tau harus melakukan apa.

GENTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang