Abiyaksa Fam's 05

510 93 6
                                    


Keheningan menyelimuti suasana di dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu, ada dua penghuni di dalamnya tengah duduk dengan tenang. Salah satu dari mereka memegang sebuah rok*k di sela-sela jarinya. Mereka duduk saling berhadapan dengan meja menjadi penghalang jarak mereka yang tidak terlalu jauh.

"Gimana? Lo udah ketemu sama dia?" Tanya pria berjas abu dan berkacamata.

"Ya, tentu gue udah temuin dia" Jawab si pria yang memegang rok*k itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, tentu gue udah temuin dia" Jawab si pria yang memegang rok*k itu. Si pria berjas abu-abu itu mengangkat salah satu sudut bibir nya.

"Gue yakin cepat atau lambat, dia percepat tujuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue yakin cepat atau lambat, dia percepat tujuannya. Bertahun-tahun dia nunggu waktu yang tepat buat ngelakuin hal itu, beberapa hari lagi mungkin dia bakal gerak karena dia udah liat lo? So, lo gak akan mungkin kalah cepat dari pria b*doh itu bukan?" Tutur pria jas abu, seraya ia menyeruput kopi hitam yang di belikan oleh orang dihadapanya.

"Hm, gue gak akan diem lagi kali ini. Apapun bakal gue lakuin, demi apapun gue gak mau pria bod*h itu gerak lebih cepat dari gue, gue gak rela demi Tuhan" Ujarnya.

"Lo siap apapun itu resiko nya?" Ujar pria ber jas abu.

"Ya tentu" Jawab tegasnya.

Saat itu ia boleh untuk kalah, tapi kali ini ia tidak akan pernah memberikan kesempatan pada pria b*doh itu. Pria itu harus ia beri pelajaran yang tak akan pernah dilupakan, pria itu harus ia kalahkan. Tak akan ia memberikan kesempatan pada pria yang sedang ia bicarakan itu untuk bergerak lebih maju darinya.

"Ya. Kita mulai permainan nya" Kata pria berjas abu-abu itu. Keduanya sama-sama ambis untuk menghancurkan pria yang sedang mereka bicarakan itu. Bertahun-tahun lamanya mereka membiarkan pria itu bebas melakukan apapun, kali ini mereka tidak akan membiarkanya lagi.


Beralih pada kediaman Abiyaksa, suasana dalam rumah itu terasa mencekam akibat marahnya si sulung pada Jesse. Keduanya saling adu mulut tidak ingin kalah, akibat dari satu kejadian beberapa menit lalu membuat keduanya bertengkar.

"Kamu ini kenapa si terus di bela! Sesekali Jes! Biarin! Biarin dia tanggung jawab karena ulahnya! Jangan terus dibela-belain!" Ujar Mahendra dengan emosi.

Abiyaksa Fam's || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang