Bab 12 : Teman Baru

30 4 0
                                    

Via menyelesaikan pekerjaan nya hari itu. Niat ingin membereskan semua barang-barang yang dia bawa. Salah satu pria berbadan kurus dan kulit putih menyapanya.

"Hai, kenalkan aku Putra." Mengulurkan tangannya.

"Oh, iya aku Via salam kenal." Uluran itu tidak di sambut oleh Via, karena suatu hal.

"Baru ya, semangat oke!"

"Iya, kak! Kakak penyiar juga?"

"Bukan, aku OB haha, bercanda ya, tentu aku penyiar sebelum kamu jadi penyiar di sini."

"Hehe, Oh, maaf-maaf, tidak bermaksud."

"Tidak apa-apa santai, aku senang kok kalau ada yang baru, kan buat menambah teman."

"Iya, kak." Via merasa tidak enak. Lalu, terdengar suara memanggilnya dari kejauhan.
"Via...." Teriak memanggil.

"Iya, aku di sini!"

"Loh, kamu ngapain?" tanya Miko

"Lagi, ngobrol sama dia .... Loh, mana?"

"Ngobrol sama siapa?"

"Sama? Siapa ya tadi? Aduh, lupa namanya."

"Ya, sudah nanti saja, coba kamu bantu saya sini." ucap Miko mengajak Via. Via membantu Miko membuat sebuah cerita yang tragis, cerita tersebut bermaksud untuk di tayangkan dalam siaran berikutnya. Di balik jendela Nisa memandang dengan perasaan cemburu. Mereka pernah menjalin sebuah hubungan, hubungan yang dalam arti sepasang kekasih. Namun, hubungan itu kandas ketika Nisa mendua di belakangnya.

"Kak, kalah soal cerita tragis mungkin aku banyak pengalaman. Tapi kalau di bawakan rasanya tidak pantas saja!" Via memberi saran yang mungkin tidak akan bisa di terima oleh Miko. Ketika ia memberikan selembar kertas print tangan mereka tidak sengaja terpegang. Via pun melihat gambaran dari hidup Miko. Berpacaran, kebahagiaan hingga tragedi. Via langsung tersentak dan jatuh merasakan sakit di dadanya.

"Ada apa Via?" Miko membantu Via untuk berdiri. Tetapi, gambaran kembali muncul di matanya. Via kembali lagi kedua kalinya merasa sakit.

"Please jangan pegang aku!" Menolak untuk menerima bantuan.

"Nisa... Nisa... Kemari." Teriak memanggil Nisa untuk membantu Via. Tetapi tetap saja, muncul kembali gambaran yang sangat cocok dengan Miko.

"Please kalian jangan sentuh aku!" Via menolak kembali.

"Ada apa?" Semua orang yang ada di studio kebingungan. Via berdiri sendiri dan melihat kearah Nisa dan Miko. Lalu ia pergi meninggalkan mereka. Di jalan keluar Via sempoyongan, kepalanya terasa berputar-putar. Dia selalu ingin terjatuh setiap melangkah kecil maupun besarnya. Tubuh ViA terasa tidak bisa terkontrol, perasaan yang begitu marah kepada mereka berdua datang begitu saja. Via mendatangi motor yang terparkir tidak jauh dari studio. Berharap akan baik-baik saja, Via justru menabrak pohon yang ada di depan motornya. Ia jatuh tersungkur hingga orang yang melihat kejadian itu tertawa terbahak-bahak.

"Kamu tidak apa-apa?" Terdengar seorang menanyakan keadaannya sambil mengulurkan tangan. Tangan itu di sambut baik olehnya dan berdiri.

"Eh, kamu? Maaf-maaf kepala ku agak pusing," ucap Via.

"Kalau sakit lebih baik berobat jangan di biarkan."

"Tidak, ini hanya terjadi jika aku menyentuh orang lain. Eh, tunggu sebentar tadi kamu ulurkan tangan kan?"

"Iya, ada apa?"

"Aku pegang kan?"

"Iya, ada apa sih? Oh, maaf aku enggak bermaksud apa-apa cuma mau bantu kamu saja."

"Bu-bukan, bukan itu! Coba mana tanganmu." Via menarik tangan nya dan menggenggam. Dia merasa terheran-heran, karena tidak ada gambaran apa pun. Via mencoba memegang pipinya dan tidak terjadi apa pun lagi.

"Wow, wow! Ada apa ini?" tanyanya.

"Ti-tidak, apa yang terjadi dengan ku ya?" bertanya pada diri sendiri.

"Ya, tidak tau? Memang ada apa?" tanya nya juga heran.

Via masih melihat telapak tangannya. Membolak-balikkan telapak tangan dan berkata dalam hatinya, "Kenapa bisa terjadi? Biasanya aku memegang orang aku bisa melihat memori mereka. Kenapa ini tidak? Kenapa ya?" Via tetap melihat telapak tangannya yang menurutnya sangat aneh.

"Via... Kamu mau pulang kah?" tanyanya.

Via hanya mengangguk kepadanya. Merasa sangat aneh dengan dirinya. Ketika pusing sudah tidak menganggu pandangan. Ia pun berpamitan untuk pulang. Mengendarai motor dengan pelan sambil memikirkan hal yang mustahil. Dia masih bingung mengapa tidak bisa melihat memori ketika memegang tangan pria yang baru dia kenal. Karena asik memikirkan pria tersebut, Via tanpa sadar hampir menabrak sebuah mobil. Ia pun segera menghindari hingga terbentur trotoar.

"Astaga, hari ini rasanya tidak beruntung banget aku! Argh!" ucapnya kesal sambil menendang motor.

"Motor itu tidak ada salahnya, yang salah itu ya pengendaranya." Suara familiar terdengar di telinga Via. Ia langsung menoleh kebelakang berharap itu bukan seorang yang ada di pikirannya. Namun, harapan itu mungkin tidak tepat, Reza di hadapannya dengan seragam polisi.

"Mana SIM mu, biar aku periksa. Ketertiban di jalan itu penting, ketika melamun itu bisa membahayakan diri sendiri bahkan orang lain." Reza tegas namun sambil tersenyum melihat raut wajah Via yang sedikit kesal.

"Ya, aku lebih hati-hati lagi. Sudah ya, permisi!" Via mengambil SIM dan pergi menjauh dari Polisi tersebut.

GARIS LELUHUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang