Bab 15 : Penemuan Mayat

32 3 0
                                    

Titik dimana Via menyerap semua makhluk yang mengganggu para pasien.  Semua energi mereka di kumpulkan dalam satu wadah yaitu di tangan Via. Lalu mereka terlihat berlutut di hadapannya. Menatap wajah Via pun mereka tidak berani kembali.

"Kalian jangan pernah menganggu manusia, jika itu kalian lakukan! Aku tidak akan segan-segan untuk membakar kalian!" Setelah berkata seperti itu, Via kembali dan melihat pasien-pasien tersebut sudah semakin membaik. Tetapi dia tidak menyadari bahwa lantai rumah sakit telah banyak berceceran darah.

Semua terfokus pada pasien yang mengalami kerasukan.
"Astaga, Via! Dokter tolong cepat bantu teman saya!" kata Reza.

Darah semakin banyak, tetapi Via tidak sama sekali mengalami kekurangan darah. Pusing bahkan lemas itu tidak dia rasakan. Bayangan hitam masih mengikutinya hingga rumah sakit.

"Bagaimana ini, Dok! Darah tidak mau berhenti."

"Periksa suhu tubuhnya, tekanan darahnya!"

"Semua normal, Dok!"

"Hei, hei! Sudah-sudah jangan panik. Ini akan cepat membaik," ucap Via yang justru menenangkan dokter dan suster.

"Mbak, jika ini manusia normal. Pasti akan meninggal dengan darah yang keluar begitu banyak!" kata suster.

"Ya, anggap saja saya hanya beruntung."

Semua panik dan mondar-mandir mengganti perban yang telah basah karena darah. Sedangkan Via merasakan sakit itu tapi dia tidak merasakan bahwa akan kekurangan darah.

Saat semua pergi, Via memegang luka dan mengusapmya dengan tangan kirinya. Darah itu pun berhenti dengan luka yang terbuka. Saat dokter dan suster kembali, mereka sudah tidak melihat darah mengalir kembali. Via pun meminta mereka untuk membungkus tangan nya dengan perban tanpa harus melakukan tindakan penjahitan. Setelah selesai mereka perban Via meminta untuk pulang. Di depan ruang tindakan, Reza dan Angga menunggu khawatir.

"Via!" ucap mereka serempak.

"Kalian kenapa masih di sini?"

"Kamu sudah baikkan?" sahut mereka serempak.

"Ah, apaan sih kak! Ngikuti orang bicara aja!"

"Kamu yang ikut-ikutan!"

"Heh!" Via mempalingkan wajahnya seakan lelah melihat merek bertengkar. Via berjalan keluar rumah sakit dan di kejar oleh kakak beradik itu.

"Via, aku antar ya?" kata Reza

"Tidak! Sama aku saja Via!"

Mereka kembali berdebat antara siapa yang akan mengantar Via pulang ke panti. Mendengar hal itu Via membalas, "Itu, mobil siapa?"

"Mobil ku, Via!" sahut Reza.

"Kalau begitu kita pakai mobil itu!"

"Tapi, Via!"

"Ssstt, kamu memang bawa kendaraan?"

"Tidak!"

"Ya, sudah gunakanlah kendaraan yang tersedia. Tapi dengar, ini karena aku lelah berjalan, bukan berarti aku memilih!"

"Haha, jangan berharap deh, Kak!" Angga tertawa terbahak-bahak.

Mereka pun pulang mengantar Via ke panti. Di diperjalanan Via melihat tangan yang terbungkus perban. Sesekali dia meringis karena sakit.

"Via, sebenarnya kamu tidak perlu menolong Angga."

"Aku hanya tidak mau orang lain mati di dihadapan ku!"

"Tapi kalau itu membahayakan dirimu sendiri sebaiknya tidak perlukan?"

"Aku lebih menyayangi nyawa orang dari pada tubuh sendiri."

"Jika itu membahayakan kamu bagaimana?"

"Ya, itu takdir ku! Di dunia ini banyak orang terlihat baik tapi tidak. Kadang juga kita tidak bisa membuat orang lain menyukai kita kan?"

"Iya, memang betul!"

"Nah, begitu juga mereka! Terkadang apa yang kita lihat belum tentu kebenarannya."

"Tapi, itu sangat membuat hidup hancurkan. Apa tidak sebaiknya kamu hilangkan itu?"

"Apa kamu bisa menghilangkan semua kemampuanmu?"

"Emm, ya tidak!"

"Ya, begitu juga aku! Di dunia ini aku cuma mau berguna bagi semua orang, walau harus membahayakan diri sendiri. Egois? Ya, mungkin bisa di anggap seperti itu."

"Hmm, kamu istimewa Via! Itu yang aku suka darimu, kamu menjadi apa adanya dirimu, walau terkadang buat orang kesal, tapi aku suka!"

Mereka saling memandang satu sama lainnya. Pandangan itu terganggu ketika mereka mendengar suara dengkuran Angga yang begitu keras. Spontan mereka langsung tertawa bersama.

"Dasar anak kecil, tidur lagi!" ucap Reza yang tersenyum melihat tingkah adiknya.

"Haha, biarkan saja! Mungkin ini hari terberat buat dia."

"Nah, coba kamu tersenyum seperti ini Via, itu terlihat cantik." Reza merayu Via si wanita dingin.

"Sepertinya aku mau muntah!"

"Kenapa kamu sakit?"

"Iya, kayanya aku keracunan sama gombalan pria playboy."

Reza langsung tertawa mendengar ucapan yang di lontarkan untuknya. Tiba-tiba Reza memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Mengangkat sebuah telpon yang bergetar di balik celananya.

"Halo, Pak! Baik Pak, saya segera ke sana!"

"Ada apa?"

"Ada di temukan mayat dekat jalan besar."

"Ya, sudah ayo kita ke sana!"

"Tapi kamu bagaimana?"

"Ya aku ikut siapa tau bisa membantu?"

Mereka pun langsung meluncur ke tempat kejadian. Sebagian polisi sudah berada di tempat itu. Lokasi penemuan mayat juga telah di beri garis kuning. Tidak ada di temukan identitas korban. Terlihat dari luka yang ada di tubuh korban menandakan bahwa itu korban pemukulan dan pembunuhan dengan menusuk beberapa di bagian tubuh.

GARIS LELUHUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang