Bab 8 : Tumbuh Benih Cinta

52 4 0
                                    

Di perjalanannya Via membuka kembali benda yang di berikan Ibu yayasan. Benda itu semakin tampak aneh dan menyeramkan. Memegangnya pun terasa sangat aneh dan panas. Sambil berjalan Via tetap mengamati benda itu. Hingga ia menubruk seseorang berjaket hitam. Orang itu tetap menunduk Sambil berkata, "Maaf." Lalu pergi kembali.

"Kenapa dia yang minta maaf? Baunya tidak asing, seperti?" Via mengingat sesuatu. Gambaran muncul saat itu dan ia teringat oleh seorang yang menabrak Angga. Ketika Via berlari ke arahnya, dia secepat mungkin ikut berlari menjauh, namun Via kalah cepat dengannya. Lalu, Via berusaha masuk kedalam pikiran orang itu. Membuat orang tersebut merasa terganggu dengan ucapannya.

Percobaan itu membuatnya mengeluarkan darah tetapi berhasil ia lakukan. Orang tersebut berhenti sambil memegang kepalanya. Via lalu berjalan menujunya, sambil menggenggam sebatang kayu. Secepat mungkin ia membuka penutup kepalanya. Bertatapan wajah dengan pelaku penabrakan Angga membuatnya sangat marah.

"Bagaimana kamu lakukan itu?" ucap pemuda itu.

"Butuh bertahun-tahun dan butuh pemicunya." Via memukul pemuda itu dengan sebatang kayu yang di pegangnya.

"Tunggu apa yang kamu lakukan?"

Via mengangkat dengan satu tangan dan memojokkannya di sudut tembok pembatas jalan.

"BW777S, itu mobilmu kan? Kamu menabrak seorang bermobil dengan plat JK480T. Di tangan mu ada sebuah simbol aneh. Jika itu bukan kamu kenapa bau mu sangat aku kenal dan sama dengan bau dari mereka." Via melihat tangannya dan ada sebuah tanda yang sama dengannya.

"Lepaskan," ucapnya.

"Cobalah untuk kabur dari ku. Jika kamu tidak sayang dengan nyawamu, atau seharusnya aku bunuh kamu sekarang dan menyerahkan otak mu ke tempat di mana kamu melakukan ritual," ucapan itu begitu saja keluar dari mulutnya. Tiba-tiba mobil Polisi tampan datang dan memanggilnya. Pelaku melepaskan genggaman itu dan kabur berlari sekencang-kencangnya.

"Via." Teriak Reza sambil berjalan kearahnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya.

"Ini kawasan yang harus aku jaga. Kamu? Siapa dia?"

"Dia adalah orang yang menabrak adikmu dan sekarang dia kabur karena kamu," jawabnya kesal.

Reza langsung menghubungi rekannya. Meminta penjagaan ketat dan memberi informasi detail pelaku penabrakan. Sedangkan Via kembali melakukan perjalanannya.

"Via, tunggu! Aku mau bilang turut berduka atas adik mu," kata Reza.

"Berduka tidak akan mengembalikan dia lagi," balasnya.

"I-iya, kamu mau kemana?"

"Bukan urusanmu!" sahutnya ketus.

"Via, tunggu! Aku tidak bisa meninggalkan mu seperti ini," ucap Reza yang khawatir.

"Siapa kamu? Ini bukan urusanmu, kamu cuma anak baru kemarin yang mengenal aku. Jangan coba-coba untuk mendekatiku atau membantuku." Via melangkah menjauh kembali. Namun tetap langkah itu di hentikan Reza. Ia menggenggam tangan dan menariknya. Seketika langsung gambaran muncul di alam bawah sadarnya. Melihat bahwa mereka akan kecelakaan dan kehilangan nyawa. Via langsung merasa sakit di dadanya. Ia tersungkur ke jalan sambil merintih. Reza yang sempat kesal luluh karenanya.

"Ayo cepat ke rumah sakit."

"Jangan, please sekali ini saja percaya sama aku. Kalau kita nekat pergi, kita berdua akan mati. Please, percaya sama aku."

"Baik, kita gunakan taxi," Solusi Reza yang panik.

"Cukup, jangan, jangan aku akan baik-baik saja. Aku cuma butuh ketenangan," ucap Via.

Ketika duduk di pinggir jalan, tercium bau yang sama. Via kembali berdiri dan memastikan sekeliling. Bau itu tercium begitu dekat. Via mengendus bagai kucing yang sedang mencari mangsa. Bau itu berada di sekeliling Polisi tampan. Mendekatkan hidungnya di baju seragam Reza.

"Eh, ada apa?"

"Sssttt, diam," Sambil menutup mulut Reza dengan jarinya. Via masih mengendus bau yang sama dengan yang pernah di ciumnya. Hingga Reza menghentikan perbuatan Via yang semakin aneh menurutnya.

"Hei, ada apa? Ka-kamu tidak sopan bertingkah begitu." Reza tersipu dengan wajah yang memerah.

"Kenapa kamu memerah? Aku cuma mau mencium bau tubuhmu," ucap Via yang tak kenal malu.

"Heh, jangan sekali-kali kamu begitu. itu bisa membuat aku jadi merasa aneh." ucapnya.

"Hah, yang benar saja cuma begitu merasa aneh. Oh, aku tau kamu bau ketek kan, makanya tidak mau di cium orang, haha, Polisi jorok." Via tertawa melihat tingkah Polisi tampan. Tawa itu mungkin pertama kali ia lakukan. Reza juga semakin bertambah aneh dengan merasakan sesuatu dalam hatinya.

Mereka saling tertawa tanpa alasan yang jelas. Memandang begitu lama di antara mata yang mulai memancarkan percikan cinta. Mungkin itu kiasan yang hanya tertuju pada hati Reza untuk Via. Polisi tampan ini jarang dekat dengan wanita. Mungkin bisa di bilang dia takut untuk mendekati wanita. Beberapa wanita yang pernah dekat dengan nya selalu tewas mengenaskan tanpa tau alasan yang pasti. Bunuh diri pun pernah mereka lakukan hanya karena menyukainya tanpa terbalaskan. Sempat terbesit dipikirannya semua yang menimpa mereka adalah kesalahannya. Namun, terlintas kembali, bahwa dia tidak pernah menolak cinta wanita siapa pun yang menyukainya.

Tetapi kali ini Reza yang seorang Polisi berwajah tampan rupawan. Memiliki badan yang lumayan kekar berotot, sudah memiliki percikan cinta itu untuk wanita sombong, cuek, ketus tetapi baik hati yaitu Via. Tatapan itu tak terlepas dari mata Via. Begitu mengagumi seseorang wanita yang sebenarnya aneh untuk di kagumi.

GARIS LELUHUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang