Gemini

223 20 2
                                    

Gemini Norawit
Fourth Nattawat

.
.
.




Fourth sampai di rumahnya dengan selamat. Menghirup udara rakus lalu mulai membuka pintu rumahnya. Pelukan hangat dari adiknya menyambut Fourth sedetik setelah pintu terbuka. Ia melihat sang mama tersenyum manis padanya dari sofa ruang tamu.

"Fourth, gimana tanding futsalnya?"

Fourth berjalan mendekat sambil menggandeng adiknya. "Fourth berhasil mah. Jabatan ketua tim futsal udah ditangan. Padahal Fourth baru bergabung."

Fourth melihat mamanya berdiri lalu mengusap rambutnya pelan. Ia dapat melihat binar bangga tercetak jelas di mata sang mama. Namun tidak dapat dipungkiri, raut sedih juga sedikit samar terlihat.

"Tadi abang Gemini telpon mama. Katanya jangan marahin abang Fourth karena ninggalin dia sendirian."

Fourth mengangguk paham. Abangnya tidak ingkar janji. Buktinya mamanya tidak marah padanya. "Abang dimana mah? Udah baikan?"

Fourth yakin betul, senyum sang mama luntur dari wajahnya beberapa saat namun kembali muncul lagi. "Abang ganti baju ya, terus ikut mama sama adek ke tempat abang Gemini. Papa udah disana duluan tadi." Walaupun masih bingung, Fourth menurut. Melangkahkan kakinya masuk kamar lalu menggati pakaiannya cepat. Dalam benaknya masih memikirkan kemungkinan dimana abangnya berada.





Fourth masih terus mengekor di belakang sang mama yang juga sedang menggendong adiknya. Ia berjalan dilorong rumah sakit yang panjang. Fourth masih memikirkan tentang semuanya. Apa demam abangnya tambah parah jadi harus dirawat? Atau hanya periksa? Ia menggelengkan kepalanya tidak ingin berpikir lebih jauh lagi. Nanti juga tahu, pikirnya.

"Mas?"

"Sini duduk. Adek tidur ya? Biar papa yang gendong."

Fourth hanya diam mengamati orang tuanya. Ia belum mengerti kenapa ada disini. Raut wajah papanya nampak pucat dan sayu. Ia hanya ikut terdiam menatap pintu yang sejak tadi papa dan mamanya tatap.

Hampir satu jam lamanya ia menunggu, pintu akhirnya terbuka menampilkan dokter dan dua orang perawat keluar. Melihat orang tuanya berjalan menghampiri, Fourth ikut menyusul dari belakang. Berusaha mengerti dan mencuri dengar apa yang sedang dibicarakan.

"Tuan, kondisi putera anda sudah stabil. Saya harap kejadian ini tidak terulang lagi nantinya."

Fourth merasakan pundak orangtuanya meluruh tanda kelegaan. Ia masih bingung, apa kakaknya yang di dalam?

"Terima kasih dokter. Apa kita bisa melihat kondisinya dok?"

"Setelah ini pasien akan dibawa ke ruang rawat inap, nanti kalian bisa melihatnya setelah itu. Mungkin besok baru bisa dibawa pulang jika kondisinya benar-benar sudah stabil."

"Baik. Terima kasih dokter."

Fourth ikut memberi hormat seperti orang tuanya. Beberapa saat kemudian ia melihat tubuh sang kakak yang tertidur pulas di brangkar didorong oleh salah satu perawat. Ia dan kedua orang tuanya hanya mengikuti dalam diam.

"Tuan dan nyonya, pasien bisa di jenguk. Tapi jangan berbarengan ya."

"Baik suster, terima kasih."

Nighthawk  // GEMINIFOURTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang